1. Maraknya produk mi instan yang membanjiri negeri ini ternyata juga diikuti oleh maraknya ijazah instan. Mi instan yang harganya relatif murah bisa menimbulkan kanker dan gangguan kecerdasan otak. Demikian juga dengan ijazah instan, bisa menyebabkan “kanker” yang menggerogoti kualitas pendidikan negeri ini.
Saat ini, kita merasakan hebatnya “kanker” ijazah instan. Kualitas pendidikan negeri ini semakin terpuruk, baik di level pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi.
Tujuan penulis menyampaikan informasi tersebut adalah...
A. Mengimbau agar masyarakat jangan banyak membeli dan mengonsumsi mi instan
B. Memperingatkan kepada lembaga pendidikan agar jujur dalam menilai hasil belajar
C. Memastikan bahwa mi instan dan ijazah instan pasti sama-sama berbahaya
D. Memperingatkan masyarakat agar jangan tergiur dengan pendidikan yang murah dan singkat
E. Mengimbau agar masyarakat jangan terjebak oleh iklan-iklan menggiurkan
Jawaban: D
2. Arti kata instan dalam paragraf tersebut adalah...
A. Ada bungkusnya
B. Langsung dapat dipakai
C. Dibuat oleh instansi tertentu
D. Sesuai kebutuhan
E. Masih mentah/belum matang
Jawaban: B
3. Cermatilah teks berikut!
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) merupakan penyempurnaan dan kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs). Dalam Sidang Umum PBB bulan September 2015 telah disepakati bahwa TPB mencakup 17 tujuan, 169 target, dan 241 indikator. TPB merupakan MDGs yang lebih komprehensif dengan mendorong partisipasi berbagai pihak tanpa terkecuali. MDGs fokus pada pembangunan manusia saja, sedangkan TPB mencakup pembangunan manusia, ekonomi, lingkungan, serta tata kelola. Berbeda dengan MDGs, TPB mengedepankan prinsip no one left behind sehingga upaya implementasi dan pencapaian TPB adalah hasil partisipasi dari empat platform, yaitu (i) pemerintah dan parlemen; (ii) akademisi dan pakar; (iii) filantropi dan bisnis; serta (iv) organisasi masyarakat dan media. Kerja sama antarplatform ini didasarkan pada prinsip saling percaya, kesetaraan, partisipatif, akuntabel, dan saling menguntungkan.
Kata komprehensif dalam teks tersebut mengandung makna...
A. Mengendalikan
B. Parsial
C. Menyeluruh
D. Setengah-setengah
E. Terus-menerus
Jawaban: C
4. Cermati puisi kontemporer berikut!
AH
rasa yang dalam!
datang Kau padaku!
aku telah mengecup luka
aku telah membelai aduhai!
aku telah tiarap harap
aku telah mencium aum!
aku telah dipukau au!
aku telah meraba
celah
lobang
pintu
aku telah tinggalkan puri purapuraMu
(Sutardji Calzoum Bachri)
Tema puisi kontemporer tersebut adalah...
A. penyesalan
B. Penyerahan
C. Pergulatan
D. Pertobatan
E. Perenungan
Jawaban: E
5. Bacalah penggalan novel berikut dengan saksama!
Kami belajar mandiri di sekolah itu, mencuci pakaian sendiri, membersihkan kamar, menyikat kakus, menyapu kelas, membersihkan seluruh gedung, termasuk bergantian memasak di dapur, dan bekerja sungguhan. Ada murid yang menjadi buruh tani, dan bekerja menjadi buruh tani di perkampungan terdekat, menjadi nelayan, kuli bangunan, berjualan kerajinan. Sekolah itu gratis, dan kami bekerja suka rela untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. (Negeri di Ujung Tanduk, Tere Liye, 2018: 161)
Nilai yang terkandung dalam penggalan novel tersebut adalah...
A. Nilai moral
B. Nilai budaya
C. Nilai sosial
D. Nilai agama
E. nilai pendidikan
Jawaban: E
6. Bacalah paragraf berikut dengan saksama!
Mengapa orang bisa tidak tertarik pada kebenaran? Karena manusia tidaklah serasional seperti yang disangka. Nalar kita tidak netral, tetapi tendensius, sehingga apa yang kita harap benar mewarnai hal yang sebenarnya, apalagi jika hal itu menyangkut rivalitas politis. Lee McIntyre dalam Post-Truth (2018) menyebutnya “motivated reasoning”. Nalar macam ini cepat mengubah selentingan tentang politikus sontoloyo, tampang Boyolali, dan sejenisnya menjadi kontroversi dangkal yang menyeret publik ke dalam rivalitas “kita versus mereka”, yakni pihak sendiri selalu benar, sedangkan pihak lawan pasti salah.
Ide pokok paragraf tersebut adalah...
A. Orang bisa tidak tertarik pada kebenaran
B. Manusia tidaklah serasional seperti yang disangka
C. Nalar manusia tidak netral, tetapi tendensius
D. Nalar tendensius bisa mengubah selentingan tentang politikus
E. Nalar bisa berubah ke dalam rivalitas “kita versus mereka”
Jawaban: C
Itulah contoh soal Ujian Sekolah Bahasa Indonesia kelas 12 yang disertai dengan kunci jawaban. Siapkan dirimu, ya. Semoga ujiannya lancar!