[INFOGRAFIS] Gen Z dan Milenial Pilih Kejar Karier atau Passion?

Apa yang kamu bayangkan jika bicara soal karier impian? Job desk yang membuatmu antusias, merasa bersemangat saat bangun tidur, dan enjoy dengan setiap prosesnya? Mungkin demikian bayangan kamu kalau bicara soal karier yang didambakan.
Sayangnya, hidup sering kali memaksa kita untuk memilih. Melepas karier impian demi gaji besar atau ngotot menjalani passion tapi cukup berpuas dengan benefit yang ‘gitu-gitu aja’. Sialnya, hidup harus tetap berjalan dan kegalauan soal karier tetap jadi top of mind para generasi muda.
Gen Z dan milenial sepakat, passion dan karier menjadi keresahan terbesar selama quarter life crisis. Kedua generasi lebih overthinking soal pekerjaan yang dihadapinya dibandingkan masalah lain seperti finansial dan pernikahan.
Pandangan tersebut terbukti dari survei yang dihimpun oleh IDN Times selama Mei hingga Agustus 2024. Sebanyak 234 responden yang terdiri dari milenial (49,1 persen) dan gen Z (44,9 persen), memiliki perspektif yang beragam, kompleks, namun juga insightful terkait quarter life crisis yang mereka hadapi. Yuk, simak pemaparan mendalam terkait fenomena di atas, menurut gen Z dan milenial, bekerja sesuai passion tuh, ‘worth the hype’ gak sih?
1. Mayoritas Gen Z lebih gak yakin dengan karier yang sedang mereka jalani saat ini, dibanding para milenial
Karier yang ideal dapat diartikan sebagai keseimbangan antara passion dan kemampuan profesional. Merujuk pada konsep hidup orang Jepang 'IKIGAI', passion merupakan sesuatu yang kita cintai didukung kemampuan yang dimiliki, sehingga kita merasa bahagia saat menekuninya.
Kelompok orang yang mengutamakan passion menilai pekerjaan baginya adalah panggilan jiwa. Ia akan mencurahkan seluruh usaha untuk mewujudkan mimpinya sejak lama. Perspektif ini selaras dengan pernyataan Sonia Natasha selaku Psikolog, HR Consultant, dan Director of Migunani Consulting.
“Jadi buat saya, passion itu adalah sesuatu hal atau tindakan, aktivitas, kegiatan yang kita sayangi, kita cintai, kita sukai dan kita mampu untuk melakukannya. Kita bagus dalam hal itu. Nah, mampu di sini kan sebenarnya ada di level berapa, tanda kutip, atau skala berapa. Nah, seiring berjalan waktu, kita perlu mengevaluasi, kita perlu mengevaluasi kita ini kemampuannya sampai di mana,” terangnya.
Berbeda dengan golongan orang yang lebih memprioritaskan profesi dibandingkan passion. Dalam hal ini, profesi merujuk pada kemampuan yang dikuasai dan utamanya untuk mendatangkan pendapatan. Orang yang bekerja tak sesuai hasrat pribadi, memilih mengesampingkan bakat atau minat yang dimiliki, utamanya cenderung mengejar income dan stabilitas ekonomi untuk mencapai tujuan personal.
Keseimbangan antara passion dan profesi akan memberi kepuasan hidup bagi individu. Sayangnya, bagi banyak orang, untuk mencapai keseimbangan itu terkesan sulit. Bahkan banyak yang harus mengorbankan satu hal dibanding lainnya.
Dari total 234 responden yang terhimpun, 140 responden mengaku masih ragu dengan career path di masa depan dan masih ingin mengeksplor karier lain jika punya kesempatan. Sementara sekitar 94 responden lainnya merasa sudah mantap dengan karier yang ditekuni saat ini. Berdasarkan data yang diperoleh, gen Z dominan lebih ragu menyoal karier mereka saat ini dibanding para milenial.
Mayoritas partisipan adalah perempuan (70,1 persen) sementara laki-laki menduduki posisi kedua (29,9 persen). Latar belakang pekerjaan informan juga sangat beragam, 70,1 persen responden mengaku sudah bekerja sementara selebihnya, 29,9 persen masih belum mendapatkan pekerjaan atau di luar angkatan kerja.