Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi membalas chat (Pexels.com/Roman Pohorecki)
Ilustrasi membalas chat (Pexels.com/Roman Pohorecki)

Intinya sih...

  • Postingan dan komentar di media sosial bisa jadi jejak digital yang mengancam reputasi di masa depan.
  • Sarkasme dan candaan di internet perlu batasan, karena bisa menyinggung orang lain dan berdampak pada reputasi.
  • Video lucu atau iseng juga perlu dipertimbangkan, karena bisa melecehkan atau menyinggung orang lain dan berdampak hukum.

Zaman sekarang, apa yang kamu lakukan di internet bisa jadi catatan permanen yang ikut kamu ke mana-mana. Entah itu postingan lama, komentar iseng, atau video lucu yang ternyata menyinggung, semuanya bisa jadi ‘jejak digital’ yang kelak bikin kamu pusing sendiri. Masalahnya, tidak semua orang menganggap hal itu sebagai candaan, meskipun kamu gak ada niat buruk sama sekali.

Banyak banget contoh nyata, dari artis, influencer, sampai orang biasa yang tiba-tiba viral karena netizen nemuin unggahan lamanya yang dianggap tidak pantas. Padahal dulu posting cuma iseng, pengen lucu-lucuan, atau ikut tren. Sayangnya, publik sekarang makin kritis dan gampang banget merasa tersinggung. Nah, biar kamu gak jadi korban jejak digital sendiri, yuk, kenali empat hal yang sering dianggap sepele, tapi bisa ngerusak reputasi kamu di masa depan!

1. Komentar jahat di akun publik figur

Ilustrasi haters (Pexels.com/cottonbro studio)

Zaman dulu, mungkin kamu pernah iseng komen julid di akun selebriti atau publik figur. Entah karena ikut-ikutan teman, lagi kesal, atau cuma ingin ngelucu. Namun ingat, internet gak pernah lupa. Komentar yang kamu anggap bercanda itu bisa dengan mudah ditelusuri dan dibuka lagi, apalagi kalau tiba-tiba kamu jadi orang yang dikenal publik.

Banyak kasus di mana seseorang udah kerja keras bangun reputasi baik, tapi tiba-tiba jatuh karena netizen nemuin komentarnya yang dulu nge-bully atau menghina orang lain. Mau ngeles bilang “itu dulu masih bocil” juga gak selalu bisa menyelamatkan. Karena yang dilihat orang bukan kamu sekarang, tapi jejak yang kamu tinggalkan.

Jadi, penting banget buat lebih bijak sebelum ngetik komentar apa pun di media sosial. Kalaupun kamu ngerasa itu lucu, coba tanya dulu ke diri sendiri, “Kalau ini dibaca orang 5 tahun ke depan, aku masih nyaman gak, ya?” Kalau gak yakin, mending tahan.

2. Thread atau tweet sarkas yang kelewat batas

Ilustrasi threads (Pexels.com/Julio Lopez)

Sarkasme emang sering dipakai buat nyindir atau ngelucu. Namun kalau udah kelewat batas, bisa-bisa kamu dianggap menyebarkan ujaran kebencian atau malah menyentuh isu sensitif. Misalnya, becandain soal agama, gender, ras, atau kondisi mental seseorang, hal-hal kayak gitu gampang banget viral, dan bukan dalam arti positif.

Meskipun kamu nulisnya dalam konteks bercanda atau nyindir situasi tertentu, audiens di internet itu luas. Ada yang bisa nangkap maksudmu, tapi gak sedikit juga yang langsung baper atau marah. Apalagi kalau potongan tweet kamu diambil tanpa konteks, bisa-bisa jadi bahan cancel culture.

Jadi kalau mau main sarkas, pastikan kamu tahu batas dan siap dengan segala risiko. Jangan sampai tweet 280 karakter jadi penyebab reputasi hancur dalam sekejap.

3. Postingan lama yang objectify orang lain

Ilustrasi media sosial (Pexels.com/Nothing Ahead)

Pernah nge-share foto orang lain sambil ngasih caption yang merendahkan, seksis, atau body shaming? Dulu mungkin kamu ngerasa itu cuma lucu-lucuan bareng teman, tapi sekarang, hal kayak gitu bisa dikategorikan sebagai pelecehan verbal atau cyberbullying.

Jejak digital semacam ini bisa balik nyerang kamu kapan aja. Bayangin kamu lagi apply kerja, terus HRD nemu postingan lamamu yang terlihat gak menghargai orang lain. Bisa-bisa langsung dicoret dari daftar calon kandidat. Karena sekarang banyak banget perusahaan yang cek sosial media kandidatnya buat lihat karakter.

Makanya, penting banget buat nge-review ulang postingan lama dan hapus yang sekiranya gak pantas. Sekali pun kamu udah berubah, jejak yang tertinggal bisa bikin orang salah paham sama dirimu.

4. Video iseng yang ternyata melecehkan

Ilustrasi mengedit video (Pexels.com/Ron Lach)

Banyak orang yang bikin video iseng demi lucu-lucuan, apalagi zaman TikTok kayak sekarang. Namun sedikit yang sadar bahwa video mereka justru bersifat melecehkan atau menyinggung orang lain. Entah itu karena ngerekam orang tanpa izin, nyeleneh di tempat umum, atau ngerjain orang dengan prank yang gak pantas.

Hal yang jadi masalah, video itu bisa tersebar luas, disimpan orang, dan suatu saat muncul lagi pas kamu udah gak ingat. Bukan cuma malu, tapi juga bisa kena masalah hukum atau dibenci banyak orang karena dianggap gak punya empati.

Niat bercanda memang boleh, tapi harus tetap pakai akal sehat. Jangan sampai keinginan buat viral bikin kamu lupa bahwa ada batasan moral dan privasi orang lain yang harus dijaga. Karena kalau udah kena backlash, penyesalannya bisa panjang.

Bercanda di internet emang seru, tapi ada batasnya. Dunia digital sekarang bukan lagi tempat aman buat asal ngomong atau posting sesuka hati. Sekali salah langkah, jejaknya bisa ngikutin kamu bertahun-tahun. Jadi sebelum posting atau komen, pikirkan baik-baik: apakah ini pantas? Apakah ini bisa menyakiti orang lain? Karena kadang yang kamu anggap lucu, ternyata menyakitkan buat orang lain, dan bisa jadi mimpi buruk buat masa depanmu. Yuk, lebih bijak di dunia maya, karena reputasi gak bisa dibangun dalam semalam, tapi bisa hancur cuma gara-gara satu postingan!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team