Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
IDN Times Xplore/PLASMA_SMA Negeri 3 Jombang

Kami Tim PLASMA dari SMA Negeri 3 Jombang dengan bangga mempersembahkan karya mading digital berjudul Be A Hero, Eat it all until Zero.

Tim redaksi kami terdiri dari:

  • Guru pendamping: Fitrotul Aini

  • Penulis: Kayla Fellisha Kuridho

  • Desainer visual: Khairana Khalila & Sindy Kurnia Sari

  • Fotografer: Rasya Maulana & Gandhang Giri Legowo

  • Videografer: Meira Prameswari Witariani

Karya ini dibuat untuk keperluan Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

IDN Times Xplore/PLASMA_SMA Negeri 3 Jombang

Menurut data SIPSN (Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional) secara nasional komposisi sampah terbanyak di tahun 2024 berasal dari sisa makanan, yaitu sebesar 39,23%. Lutviyati et al. (2022) dalam penelitiannya menyatakan bahwasannya hal tersebut dapat terjadi karena tidak adanya perencanaan kebutuhan makanan sehingga masyarakat cenderung berlebihan dalam membeli atau menimbun makanan. Kemudian, di Kabupaten Jombang sendiri data SIPSN (2024) menunjukkan bahwa sampah sisa makanan menyumbang sebesar 49% dari komposisi lainnya. Timbunan sampah sisa makanan berasal dari berbagai tempat, seperti rumah tangga, restoran, pasar, pabrik, tempat wisata, hingga sekolah.

Sebagai pelajar aktif tentu kita banyak menghabiskan waktu di sekolah yang tanpa sadar dapat menjadi pelaku penyumbang sampah sisa makanan di sekolah. Sampah tersebut dapat berasal dari makanan bekal yang tidak habis atau sekedar tidak suka dengan lauknya. Kemudian, kantin sekolah yang seharusnya menyediakan berbagai makanan untuk seluruh warga sekolah juga dapat menjadi penyumbang sampah sisa makanan. Handayani (2025) menuliskan bahwa kantin merupakan sumber utama penghasil sampah organik setiap harinya. Aldilla et al. (2025) dalam studi kasusnya terhadap salah satu sekolah menyatakan bahwa jenis sampah yang tertimbun dari kantin sekolah paling banyak yaitu, nasi, sayuran, dan lauk. Lalu, apakah hal tersebut berdampak bagi para warga sekolah hingga lingkungan?

Perlu kalian ketahui bahwa sampah sisa makanan yang menumpuk dapat berbahaya bagi lingkungan sekitar. Sampah sisa makanan yang menumpuk akan menimbulkan bau tidak sedap yang membuat para pelajar menjadi tidak fokus dan tidak nyaman dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu sampah yang menumpuk dapat mengundang serangga, seperti nyamuk dan lalat sehingga menyebabkan timbulnya penyakit. Poin yang paling penting adalah sampah sisa makanan dapat menyumbang emisi gas rumah kaca. Lutviyati et al. (2022) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa salah satu gas rumah kaca yang dihasilkan dari limbah makanan adalah metana (CH4) yang berpotensi 21 kali lebih besar mengakibatkan pemanasan global dibandingkan gas CO2.

Melihat dampak-dampak tersebut, seharusnya kita tidak diam saja. Oleh karena itu, kami tim PLASMA membuat sebuah solusi yang berkaitan dengan “Circular Economy” melalui edukasi nyata dan teknologi. Circular economy atau ekonomi sirkulasi bertujuan untuk meminimalisir limbah dan memaksimalkan penggunaan SDA. Demi memenuhi keinginan tersebut, kami tim PLASMA berusaha memanfaatkan SDA yang ada di SMA Negeri 3 Jombang semaksimal mungkin dengan melihat peluang yang tersedia. Contohnya kami memanfaatkan maggot sebagai media dalam mengolah sampah sisa makanan.

Anwar et al. (2021) menuliskan bahwa maggot atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) menjadi salah satu organisme potensial untuk dapat dimanfaatkan sebagai agen pengurai limbah organik dan sebagai pakan tambahan bagi ikan dan ternak. Selain itu, melihat SDA tumbuh-tumbuhan yang cukup melimpah di SMA Negeri 3 Jombang, menjadikan kotoran maggot dapat diolah kembali menjadi pupuk organik agar bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Dalam melakukan langkah ini diperlukan adanya kerjasama tim dalam melakukan edukasi nyata terkait maggot, karena ternyata masih banyak orang yang belum tahu mengenai hewan maggot serta pemanfaatannya yang begitu luar biasa. Sehingga sampah yang semula terbuang sia-sia, seharusnya bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin lewat media maggot.

Kegiatan yang kami lakukan pun tidaklah sulit, cukup merawat maggot agar tetap hidup dengan memberi makan rutin serta memahami tingkat kelembaban dari hewan tersebut. Namun, bukan tak mungkin kami juga mengalami beberapa tantangan, diantaranya kesadaran terhadap lingkungan yang kurang juga aksi yang dapat diterima masyarakat dan dapat menggerakkan masyarakat untuk lebih memahami pengurangan serta pengolahan limbah sisa makanan. Untuk itu kami bergerak, melaksanakan kampanye di lingkungan sekolah dan memberikan penjelasan mengenainya. Adanya teknologi internet juga dapat membantu kampanye berjalan lebih efektif dan efisien dengan menggunakan media sosial sebagai jalur alternatif kepada khalayak yang lebih luas. Kemudian, peran pemerintah dalam memberikan akses prasarana dan penyedia aturan juga diperlukan guna mempermudah adanya sosialisasi serta penerapan di lingkungan sekitar, mulai dari sekolah hingga turun langsung ke masyarakat. Dalam hal teknologi, pemerintah dapat menyediakan akses untuk mengembangkan alat yang lebih mutakhir agar masyarakat juga lebih sadar akan masalah penumpukan sampah yang tidak ada habisnya.

Esai: Kesimpulan

IDN Times Xplore/PLASMA_SMA Negeri 3 Jombang

Kasus penumpukan sampah bukanlah hal yang baru bagi kita, muncul setiap tahun, semakin meningkat, serta membawa dampak yang bermacam-macam. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda patutlah memberikan inovasi-inovasi serta pembaharuan untuk menuju masa depan yang lebih hijau. Hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, harus ada kolaborasi antara berbagai pihak dan instansi untuk mendukung gerakan hijau. Serta kesadaran dan tekad yang kuat dari diri sendiri untuk memulainya.

Saatnya kita bergerak, membawa peradaban yang lebih cemerlang.

Infografik

IDN Times Xplore/PLASMA_SMA Negeri 3 Jombang

Lewat judul Circular Economy kami percaya bahwa sampah yang semula dianggap tidak berharga menjadi barang bernilai ekonomi tinggi. Dengan bijak dalam mengelolah sampah serta meminimalisir penumpukan sampah dapat menekankan persentase penumpukan sampah di Indonesia. Oleh karena, perlu dukungan dari segala pihak agar dapat berkontribusi nyata terhadap misi dalam menyelamatkan bumi lewat mengurangi dan bijak dalam mengelola sampah.

Infografik

IDN Times Xplore/PLASMA_SMA Negeri 3 Jombang

Manggot bukanlah hewan biasa, melainkan sebuah ide kreatif dan inovatif sebagai jalan tengah dalam menahan angka penumpukan sampah agar tidak meningkat. Selain maggot ada pula langkah kecil yang bisa kita lakukan di setiap harinya untuk menjadi bagian dari pahlawan bumi, seperti menghabiskan makanan. Dengan kolaborasi dari segala pihak dan kesadaran terhadap lingkungan, mari kita rawat bumi Pertiwi agar tetap indah selamanya!

Rubik Diskusi—Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/PLASMA_SMA Negeri 3 Jombang

Tim PLASMA telah menganalisis dan mengamati segala bentuk produk untuk bisa menyelamatkan bumi salah satunya lewat produk oleh Pertamina yang membuat biofeul demi kehidupan hijau. Di Indonesia, biofeul telah berada di peringkat ke-3 tepat di bawah negara Brazil—sebagai negara yang telah memanfaatkan biofeul. Hal lain yang menjadi dipilihnya biofeul sebab ada banyak keuntungan dari energi ini, terlebih untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Rubik Diskusi—Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/PLASMA_SMA Negeri 3 Jombang

Ternyata, alam yang selama ini kita tinggali dan SDA yang selama ini dapat menjadi bahan memasak juga telah berevolusi menjadi bahan dasar pembuatan biofeul. Meskipun menghadapi segala tantangan, Pertamina dapat membuktikan bahwasannya tindakan yang didahului oleh suatu keyakinan dapat membuahkan hasil yang manis. Seperti halnya Pertamina yang kini telah sukses melalui biofeul, Ia tetap pantang menyerah dan terus berinovasi yang dapat kita jadikan pembelajaran untuk generasi muda di luar sana agar tidak gampang menyerah.

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/PLASMA_SMA Negeri 3 Jombang

Lewat sebuah komunikasi, akhirnya kami menemukan maggot sebagai solusi cerdas dalam mengolah limbah sisa makanan. Lewat foto bercerita ini kami bisa mengabadikan momen-momen manis maupun pahit setiap perjalanan kami dalam menyelesaikan lomba mading digital saat ini. Seperti saat pembagian kerja, konsultasi desain, hingga hal-hal lain yang sebenarnya bisa di unggah setelah jam pulang sekolah.

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/PLASMA_SMA Negeri 3 Jombang

Berbasis foto bercerita tersebut, kami telah sampai ke tahap memanen manggot. Manggot yang telah dewasa dapat dijadikan sebagai pakan ternak dan pupuk organik yang lebih ramah di kantong karena biaya produksinya juga sudah tercukupi. Dengan membuat infografik kali ini, kami berharap agar para masyarakat di luar sana dapat terinspirasi lewat karya yang telah kita buat.

Dengan membuat mading digital saat ini dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat sekaligus inovasi dalam misi menghijaukan bumi. Tidak perlu langkah besar, hanya langkah mudah yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan kita ruang untuk lebih sadar terhadap isu lingkungan. Mari manfaatkan ide kreatifitas sebaik mungkin demi menekankan persentase limbah sisa makanan yang ada di lingkungan sekitar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎