Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 1 Gondang Wetan

Halo guys! Kami tim GenZine dari SMAN 1 GONDANGWETAN siap hadir dan berpartisipasi melalui sebuah karya sastra mading digital. Melalui karya ini, kami ingin memberitahukan kepada para pembaca bahwa sampah bisa kita olah menjadi suatu hal yang lebih bermanfaat. Kami juga ingin mengajak para pembaca untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan cara sederhana, demi bumi yang kita huni.

📝 Tim Redaksi GenZine

1. Pembina: Khotijah, S.Pd

2. Ketua Redaksi: Selvia Eka Putri

3. Editor: Intan Dwi Marita Aryanti

4. Reporter: Moch. Aldi Ilyansyah

5. Penulis: Arimatul Azizah

6. Desain Grafis: M. Fahrur Roby

7. Fotografer/Dokumentasi: Risma Nur Izah

MADING DIGITAL IDN TIMES XPLORE 2025.

Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 1 Gondang Wetan

Bayangkan jika 10 tahun ke depan, kamu bangun tidur dan menemukan udara kota jauh lebih pengap, suhu makin panas, dan air bersih makin sulit ditemukan. Kedengarannya dramatis, tapi itulah arah yang sedang kita tuju jika tak ada aksi nyata hari ini.

Masalah lingkungan sudah bukan lagi soal “isu global” yang terasa jauh dari kehidupan kita. Plastik masih menumpuk di sungai belakang rumah, kebakaran hutan datang setiap tahun, dan perubahan iklim mulai mengganggu siklus tanam petani. Tapi di balik semua kekacauan itu, ada peluang. Peluang bagi generasi muda untuk tidak sekadar jadi saksi, tapi juga jadi solusi.

Caranya? Mulai dari dua kata: edukasi dan teknologi.

Edukasi bukan hanya belajar teori di kelas, tapi bagaimana kita memahami bahwa bumi ini rumah bersama yang harus dijaga. Ketika kita tahu akar masalahnya, kita jadi lebih peka. Lalu, teknologi hadir sebagai alat bantu yang bisa menyederhanakan solusi. Hari ini, banyak anak muda menciptakan alat pemilah sampah otomatis, aplikasi donasi bibit pohon, atau konten edukatif yang viral di media sosial. Ini membuktikan bahwa perubahan itu mungkin, bahkan dari kamar tidur sekalipun.

Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap edukasi dan teknologi. Di beberapa daerah, anak-anak masih kesulitan mendapatkan buku bacaan yang layak, apalagi berbicara tentang teknologi canggih. Di sisi lain, kota-kota besar mulai menyaksikan lahirnya inovasi-inovasi sederhana dari tangan-tangan kreatif yang peka terhadap permasalahan lingkungan. Maka, tantangannya adalah bagaimana menjembatani kesenjangan ini.

Inilah alasan mengapa edukasi harus dimulai dari hal-hal sederhana yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya, memahami pentingnya menghemat air dan listrik, hingga belajar memilah sampah organik dan anorganik adalah bentuk edukasi yang bisa dilakukan sejak dini. Proses ini mungkin terlihat kecil, namun dampaknya sangat besar ketika dilakukan secara kolektif.

Di sisi lain, teknologi menjadi alat percepatan bagi gerakan lingkungan. Aplikasi monitoring kualitas udara, program daur ulang digital, hingga kampanye berbasis media sosial menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran publik. Bahkan, dengan hanya bermodalkan smartphone dan koneksi internet, seorang remaja bisa menciptakan konten edukasi yang menginspirasi ribuan orang.

Namun, edukasi dan teknologi tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan komunitas dan kebijakan yang tepat. Sekolah, keluarga, serta pemerintah harus menjadi bagian dari ekosistem yang saling mendukung dalam upaya penyelamatan bumi. Program-program edukasi berbasis komunitas, pelatihan pembuatan eco-product bagi pemuda, serta insentif bagi inovasi lingkungan adalah contoh langkah konkret yang bisa diambil.

Jika berbicara tentang masa depan bumi, maka masa depan itu ada di tangan generasi muda. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kebijakan dari atas tanpa ada gerakan dari bawah. Perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil yang konsisten.

Selain itu, penting bagi generasi muda untuk menyadari bahwa masalah lingkungan bukan tanggung jawab satu individu saja, melainkan sebuah kolaborasi lintas sektor dan lintas generasi. Ketika anak muda, komunitas lokal, pelaku bisnis, dan pemerintah duduk bersama mencari solusi, maka dampaknya akan jauh lebih besar.

Salah satu contoh nyata adalah gerakan “Trash Hero” yang berawal dari komunitas kecil di Bali, namun kini menjadi gerakan global yang mengajak masyarakat membersihkan lingkungan sekitar. Ini membuktikan bahwa gerakan kecil yang berakar dari komunitas bisa berkembang menjadi perubahan besar yang mendunia.

Edukasi berbasis teknologi seperti penggunaan VR (Virtual Reality) untuk simulasi dampak perubahan iklim di sekolah-sekolah, atau gamifikasi tentang pengelolaan sampah, juga mulai diterapkan di beberapa negara maju. Di Indonesia, hal ini bisa menjadi peluang bagi anak muda kreatif untuk menciptakan inovasi serupa dengan sentuhan lokal. Misalnya, membuat aplikasi berbasis permainan yang mengajarkan anak-anak cara memilah sampah dengan cara yang menyenangkan.

Semua ide tersebut akan tetap menjadi angan-angan jika tidak ada kemauan untuk memulai. Kunci utamanya adalah mengubah pola pikir bahwa menyelamatkan bumi adalah tugas bersama, bukan beban yang berat, melainkan tanggung jawab yang bisa dijalani dengan kreatif dan menyenangkan.

Esai: Kesimpulan

IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 1 Gondang Wetan

Esai ini bukan merupakan ajakan untuk menjadi pahlawan yang sempurna, melainkan ajakan untuk mulai melakukan sesuatu, sekecil apapun itu. Kita dapat memulai dari hal-hal sederhana, seperti menulis artikel edukasi lingkungan di blog sekolah, mengikuti webinar mengenai perubahan iklim, atau mengembangkan proyek teknologi sederhana yang relevan dengan isu lokal.

Solusi yang diupayakan tidak harus berskala besar. Yang terpenting adalah solusi tersebut relevan dan membumi. Misalnya, membuat konten di media sosial mengenai cara mendaur ulang botol bekas, atau membantu sekolah menyediakan tempat sampah terpisah untuk sampah organik dan anorganik. Meskipun terlihat sederhana, langkah-langkah ini memiliki dampak sosial yang signifikan jika dilakukan secara kolektif.

Menjaga kelestarian bumi bukanlah tentang siapa yang paling pintar, melainkan tentang siapa yang memiliki kepedulian dan keberanian untuk bergerak lebih dulu. Jika bukan kita, siapa lagi?

Namun, langkah-langkah kecil tersebut harus diiringi dengan konsistensi dan semangat kolaborasi. Setiap individu memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan, asalkan memiliki kemauan untuk terus belajar dan beraksi. Dengan semakin berkembangnya komunitas lingkungan, platform edukasi digital, dan keterbukaan akses informasi, peluang untuk berkontribusi dalam gerakan pelestarian lingkungan semakin besar.

Kita juga perlu membangun budaya berbagi pengetahuan. Ketika seseorang menemukan cara kreatif untuk mengolah sampah menjadi produk yang berguna, pengetahuan tersebut sebaiknya dibagikan kepada orang lain agar manfaatnya dapat dirasakan lebih luas. Begitu pula dengan inovasi teknologi, perlu didorong agar dapat diakses secara inklusif oleh seluruh lapisan masyarakat.

Peran institusi pendidikan juga sangat penting dalam membentuk karakter peduli lingkungan sejak dini. Sekolah dapat menjadi laboratorium kecil bagi para siswa untuk mengembangkan ide-ide kreatif yang aplikatif. Program seperti Eco-School, Green Lab, atau kompetisi inovasi teknologi ramah lingkungan harus terus digalakkan.

Pemerintah juga memiliki peran strategis sebagai fasilitator. Kebijakan yang mendorong pengembangan teknologi hijau, mendukung riset bagi anak muda, serta menyediakan ruang kolaborasi lintas sektor, akan menjadi kunci keberhasilan gerakan pelestarian lingkungan dalam skala yang lebih luas.

Sebagai generasi muda, jangan menunggu hingga segalanya sempurna untuk memulai. Setiap langkah kecil yang diambil—baik itu menanam pohon, mengedukasi orang di sekitar, maupun menciptakan prototipe sederhana—adalah bagian dari solusi besar untuk menyelamatkan bumi.

Gerakan perubahan lingkungan bukanlah perlombaan untuk menjadi yang tercepat, melainkan perjuangan untuk tetap konsisten. Marilah kita mulai dari diri sendiri, dari lingkungan terdekat, serta dengan sumber daya yang tersedia saat ini.

Jangan takut untuk mengalami kegagalan, sebab setiap percobaan adalah proses pembelajaran. Yang terpenting adalah kita tidak diam dan hanya mengeluh. Masa depan bumi berada di tangan kita. Mari buktikan bahwa generasi muda Indonesia tidak hanya mampu bersuara, tetapi juga mampu bertindak nyata.

Jika bukan kita, siapa lagi? Jika bukan sekarang, kapan lagi?

Infografik

IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 1 Gondang Wetan

Infografik Eco-Warrior Mode: ON!

Gerakan ini mengajak kita semua menjadi pahlawan lingkungan melalui langkah sederhana namun penuh makna. Dari memilah sampah, menanam pohon, hingga menghemat energi, setiap tindakan kecil mampu memberi dampak besar bagi kelestarian bumi. Dengan energi pemuda dan dukungan teknologi, gerakan hijau ini menyalakan harapan menuju masa depan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan bagi generasi berikutnya.

Rubik Diskusi: Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 1 Gondang Wetan

Bumi kita memanggil. Kita tidak bisa menghadapinya sendirian, tapi bersama-sama kita pasti bisa. Rubik diskusi ini adalah panduan/penjelasan singkat untuk memahami mengapa aksi kita penting dan bagaimana setiap langkah kecilmu punya dampak besar. Mari bersama mewujudkan lingkungan lestari. Untuk info lebih lengkap, kamu bisa cek di sini: https://www.pertamina.com/media-informasi atau https://www.pertamina.com/sustainability-reports

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/GenZine_SMAN 1 Gondang Wetan

Dari perspektif perpustakaan, kami mengumpulkan ide-ide dan membagi tugas untuk menghasilkan karya dengan tema lingkungan. Ini merupakan langkah kecil yang dapat membawa perubahan besar.

Tim GenZine bekerja sama dalam mewujudkan karya bertema lingkungan. Berawal dari diskusi sederhana di perpustakaan, kami berkumpul, berbagi ide, dan mencari inspirasi. Tahapannya dimulai dengan pembagian peran: ada yang mencari data, menulis naskah, hingga merapikan konsep. Dengan laptop, buku, dan semangat, kami merangkai informasi agar mudah dipahami, menjadikannya langkah kecil menuju perubahan besar bagi bumi yang lebih hijau.

Mading digital ini kami susun dengan penuh semangat dan rasa kepedulian yang tinggi dengan banyak harapan akan perubahan dalam mengolah sampah, serta menjaga lingkungan agar bumi tetap menjadi hijau. Jangan pernah berhenti untuk beraksi dan tetap menjadi GenZ peduli bumi, kalo bukan kamu siapa lagi. Semoga karya sederhana ini dapat memberikan berbagai wawasan baru serta mendorong generasi muda untuk lebih memperhatikan lingkungan. Yuk, mulai sekarang aktifkan mode Eco Warior kamu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎