IDN Times Explore/EcoTenVo_SMK NEGERI 10 Jakarta
Bumi kita adalah rumah bersama yang kini tengah menghadapi tantangan besar. Perubahan iklim, penggundulan hutan, polusi udara, plastik, serta menurunnya kualitas lingkungan menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan hidup generasi sekarang dan yang akan datang. Menurut United Nations Environment Programme (UNEP), setiap tahun dunia kehilangan sekitar 10 juta hektare hutan, yang menyumbang 11% dari total emisi karbon global yang menjadi ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati, iklim, dan kesejahteraan manusia.
Dalam kondisi seperti ini, tertulis di buku “Hutanku Paru-paru Duniaku” karya Andriyatie Poerwaningsih memberi pengingat penting bahwa hutan adalah organ vital bumi sebagai paru-paru dunia. Hutan bukan hanya sekedar deretan pepohonan, melainkan sistem penopang kehidupan yang menyediakan oksigen, menyerap karbon, melindungi keanekaragaman hayati, serta menjadi sumber kehidupan masyarakat lokal. Pesan dari buku tersebut sejalan dengan urgensi saat ini, yaitu menjaga hutan dan lingkungan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Generasi muda memiliki energi, kreativitas, dan akses teknologi untuk menghadapi tantangan ini. Melalui tema Muda dan Peduli Penghijauan, pemuda diajak untuk terlibat aktif dalam mewujudkan gaya hidup berkelanjutan dengan melakukan aksi nyata penghijauan dan memberikan edukasi kepada masyarakat. Edukasi berperan penting untuk menumbuhkan kesadaran dan pengetahuan tentang pentingnya menjaga lingkungan. Dengan pemahaman yang baik, pemuda dapat mempraktikkan pola hidup ramah lingkungan, misalnya mengurangi plastik sekali pakai dan memanfaatkan teknologi untuk inovasi hijau, hingga mengembangkan gerakan komunitas yang berdampak positif.
Salah satu langkah sederhana adalah mengurangi sampah plastik. Gerakan ini bisa dimulai dengan hal kecil seperti menggunakan tempat makan reusable yang dapat dipakai berulang kali, membawa botol minum isi ulang, menggunakan tas kain, serta daur ulang sampah menjadi barang DIY yang lebih bermanfaat. Langkah kecil ini, bila dilakukan bersama, dapat menghasilkan dampak besar terhadap lingkungan sekaligus menumbuhkan kreativitas.
Di banyak sekolah, sudah muncul komunitas pecinta lingkungan, seperti ekstrakurikuler Go Green. Yang merupakan kegiatan tambahan di sekolah yang berfokus pada kepedulian dan aksi nyata dalam menjaga penghijauan lingkungan hidup. Melalui ekstrakurikuler ini, siswa diajak untuk belajar sekaligus mempraktikkan gaya hidup ramah lingkungan, untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap alam. Salah satu cara agar siswa siswi tertarik terhadap penghijauan adalah dengan melakukan kampanye penghijauan yang memiliki tujuan untuk mengedukasi para siswa agar lebih peduli terhadap lingkungan.
Selain melakukan kampanye, kegiatan lain yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan adalah dengan mengajak siswa berkontribusi langsung untuk melakukan penghijauan lingkungan. Salah satu cara melakukan penghijauan yaitu dengan menggunakan metode penanaman pohon yang unik dan estetik seperti Kokedama, suatu teknik menanam dari Jepang yang membentuk bola tanah dan dilapisi oleh sabut kelapa tanpa perlu menggunakan pot. Kokedama tidak hanya mempercantik ruang, tetapi juga mengajarkan cara bercocok tanam yang minim dari limbah. Aktivitas kreatif semacam ini menumbuhkan rasa cinta pada alam sekaligus memberi contoh gaya hidup hijau.
Selain itu, teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk memperkuat aksi lingkungan. Menggunakan media sosial, hingga platform kolaborasi daring memungkinkan generasi muda menyebarkan pesan lingkungan, memberikan edukasi dan menjadi inspirasi serta menjalankan proyek bersama. Inilah bentuk nyata antara edukasi dan teknologi dalam menjaga bumi.