IDN Times Xplore/wallmagzone.smasa_SMA Negeri 1 Surabaya
Apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata pantai? Bukankah pantai adalah tempat yang indah, tempat terbaik untuk menikmati matahari terbit di pagi hari dan matahari tenggelam di sore hari? Banyak orang menganggap bahwa pantai adalah lokasi paling ampuh untuk menenangkan diri, melepas penat dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Hamparan pasir yang luas, deburan ombak yang berkejaran, serta semilir angin laut menjadi perpaduan sempurna bagi siapa saja yang ingin menemukan kedamaian.
Namun, masih adakah pantai indah itu? Seperti cerita nenek dahulu, katanya kita memiliki pantai yang begitu mempesona—bak serpihan surga yang jatuh ke bumi. Cerita-cerita nenek selalu menghadirkan gambaran tentang pantai yang jernih, bersih, dan menenangkan. Aku pun tumbuh dengan impian untuk suatu hari bisa melihat pantai seperti yang nenek gambarkan.
Sayangnya, pantai yang kini ada tak lagi seindah dulu. Keindahan yang diwariskan alam seolah terkubur oleh jejak ketidakpedulian manusia. Pantai sekarang bukanlah tempat yang tenang dan bersih, melainkan lokasi yang dipenuhi sampah plastik, sisa makanan, hingga limbah rumah tangga dari tangan-tangan tak bertanggung jawab. Keadaan ini menjadikan pantai bukan lagi tempat pelarian untuk mencari ketenangan, melainkan cermin dari masalah lingkungan yang semakin parah.
Bukti nyata bisa kita lihat dari berita tentang Pantai Kenjeran di Surabaya. Pada Juni 2025 lalu, sebanyak 580 kilogram sampah berhasil diangkat dari kawasan pantai tersebut, didominasi sampah plastik sekali pakai (Kompas.com, 10 Juni 2025). Angka ini menunjukkan betapa besar kerusakan yang ditimbulkan oleh perilaku manusia yang tidak bijak dalam mengelola limbah. Alih-alih menjaga, kita justru merusak warisan alam yang seharusnya bisa dinikmati oleh generasi mendatang.