Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[MADING] BUKAN TENTANG APA, TAPI BAGAIMANA?

Bukan Tentang Apa tapi Bagaimana: Menyulam Kesadaran, Membangun Kepedulian untuk Bumi di Masa Depan.”
Bukan Tentang Apa tapi Bagaimana: Menyulam Kesadaran, Membangun Kepedulian untuk Bumi di Masa Depan.”

Halo, kami adalah tim redaksi mading JOSTARA dari SMK N 6 JAKARTA

Melalui edisi kali ini, kami mengajak teman-teman semua untuk menapaki langkah kecil menjaga bumi: dari kebiasaan sederhana, sampai ide besar yang bisa mengubah masa depan.

Mari sama-sama menyulam kesadaran, membangun kepedulian, dan menjadikan sekolah kita titik awal bumi yang lebih hijau.

Tim Redaksi:

Guru Pendamping: Muhammad Eraz, S.Pd.

Dengan Anggota:

1. Halida Zia Azzahra

2. Cheryn Alithea Nauli

3. Salma Nadhifa

4. Aisyah Shafa Cameela 

5. Rosalinah

ESAI: LATAR BELAKANG

“Basmi Sampah untuk Bumi Lebih Indah”
“Basmi Sampah untuk Bumi Lebih Indah”

Awal Dari Segala Perhatian

Pernahkah kita merasa bingung harus membuang pembalut di mana, atau memasuki toilet sekolah yang berbau tidak sedap karena saluran tersumbat sampah? Masa remaja adalah fase transisi yang penuh tantangan, bukan hanya secara emosional dan sosial, tetapi juga dalam membentuk kebiasaan terhadap lingkungan. Persoalan sampah di kalangan remaja kini semakin kompleks: dari limbah pembalut, kemasan minuman kopi susu yang marak dijual keliling, hingga bungkus snack yang mudah dibeli lewat aplikasi. Semua menyisakan jejak panjang bagi bumi jika tidak dikelola dengan benar. Unggahan TikTok Pandawara Group tentang limbah pembalut di sungai sempat menuai stigma yang menyudutkan perempuan sebagai pihak yang “jorok”. Padahal, masalah ini tidak sesederhana itu. Minimnya edukasi tentang kebersihan menstruasi, keterbatasan fasilitas sanitasi yang layak, dan ketiadaan kebijakan yang jelas membuat penanganan limbah pembalut menjadi persoalan struktural, bukan sekadar kesalahan individu. Situasi yang sama juga terlihat pada meningkatnya sampah dari minuman kekinian dan snack kemasan yang digemari remaja; kebiasaan konsumtif yang tidak diimbangi kesadaran lingkungan melahirkan tumpukan plastik setiap hari.

Akar Dari Segala Masalah

Data menunjukkan sebagian besar perempuan Indonesia memilih pembalut sekali pakai karena murah dan praktis, tetapi bahan penyusunnya mengandung plastik dan Super Absorbent Polymer (SAP) yang butuh 20–35 tahun untuk terurai, bahkan bisa mencapai 500–800 tahun bila bercampur bahan plastik dan serat selulosa. Dengan sekitar 69% dari 135 juta perempuan Indonesia berada pada usia menstruasi, potensi limbah pembalut yang dihasilkan sangat besar. Sayangnya, menurut studi Plan International Indonesia (2016), hanya 25% anak perempuan yang diajarkan cara membuang pembalut secara benar. Sementara itu, Profil Sanitasi Sekolah 2020 mencatat hanya 16% sekolah yang memiliki fasilitas sanitasi dasar lengkap. Di sisi lain, Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah belum mengatur secara spesifik tentang limbah menstruasi, membuatnya sering luput dari kebijakan nasional. Dalam konteks yang lebih luas, tren konsumsi minuman kemasan juga menyumbang persoalan serupa. Gelas plastik, sedotan, dan tutup yang digunakan sekali pakai menambah beban sampah, sementara sistem daur ulang yang tersedia masih terbatas.

Jejak Yang Menjadi Dampak

Dampak dari kelalaian dalam mengelola sampah tidak bisa dipandang remeh. Pembalut yang dibuang ke kloset dapat menyumbat toilet dan menciptakan bau tidak sedap, bahkan meningkatkan risiko infeksi saluran kemih dan iritasi kulit pada remaja perempuan. Lingkungan sekolah yang tidak higienis menurunkan kenyamanan belajar dan menumbuhkan rasa malu, sehingga partisipasi siswa—terutama perempuan—menjadi terganggu. Di luar sekolah, pembalut bekas dan plastik kemasan yang hanyut ke saluran air mencemari ekosistem, merusak habitat satwa, dan menurunkan kualitas air bersih. Plastik yang terurai menjadi mikroplastik kemudian masuk ke rantai makanan, membahayakan kesehatan manusia. Dampak sosial pun tak kalah serius; masyarakat sekitar sungai atau pantai sering menjadi pihak yang paling merasakan kerugian, baik karena banjir yang dipicu sampah maupun menurunnya kualitas sumber daya alam yang menjadi mata pencaharian mereka.

ESAI: KESIMPULAN

“Bersama Wujudkan Harapan, Bangun Masa Depan.”
“Bersama Wujudkan Harapan, Bangun Masa Depan.”

Mengubah Cara, Mencari Solusi

Solusi atas persoalan ini menuntut perubahan cara pandang sekaligus kebijakan yang lebih jelas. Edukasi tentang pengelolaan sampah dan kebersihan menstruasi perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum sejak dini. Pembelajaran tidak cukup hanya menjelaskan proses biologis, tetapi juga menekankan cara penanganan limbah yang benar, risiko lingkungan dari pembuangan sembarangan, dan pentingnya memilih produk yang lebih ramah lingkungan seperti pembalut kain atau menstrual cup. Pemerintah dan sekolah harus memastikan ketersediaan tempat sampah tertutup di setiap toilet, saluran pembuangan yang lancar, serta layanan pembersihan yang rutin. Di sisi lain, industri makanan dan minuman dapat didorong untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan memberi insentif pada pembeli yang membawa wadah sendiri, atau memproduksi kemasan yang lebih mudah didaur ulang. Kampanye publik yang kreatif melalui media sosial atau acara komunitas juga berperan penting untuk mematahkan stigma, membangun kesadaran, dan menginspirasi kebiasaan baru yang lebih bertanggung jawab. Generasi muda sendiri dapat memulai dari kebiasaan kecil yang konsisten: membawa tumbler saat membeli kopi, membuang pembalut ke tempat yang benar, atau mengurangi konsumsi snack berkemasan sekali pakai.

Menutup Dengan Harapan

Pada akhirnya, masalah sampah remaja bukan hanya tentang apa yang dibuang, melainkan bagaimana kita mengelola, mendidik, dan menyediakan dukungan agar limbah tidak menjadi ancaman bagi kesehatan, kenyamanan, dan masa depan lingkungan. Dengan kesadaran kolektif dan komitmen nyata, generasi sekarang bisa menjadi motor yang memastikan bumi tetap layak dihuni bagi generasi berikutnya. Bumi bukan sekadar tempat tinggal hari ini, melainkan warisan yang perlu dijaga untuk masa depan.

INFOGRAFIS

“Basmi Sampah untuk Bumi Lebih Indah”
“Basmi Sampah untuk Bumi Lebih Indah”

Basmi Sampah untuk Bumi Lebih Indah

Mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang! Kebiasaan kecil seperti memilah sampah, membawa botol minum sendiri, atau mengurangi plastik sekali pakai bisa jadi langkah besar menyelamatkan bumi.

Msalah lain seperti limbah pembalut juga sering kali dianggap masalah sepele, padahal dampaknya bisa mencemari air, merusak ekosistem, bahkan membahayakan kesehatan. Infografis ini hadir untuk membuka mata kita tentang pentingnya pengelolaan limbah dengan benar, sekaligus mengajak seluruh warga sekolah bersama-sama menjaga lingkungan.

Infografis ini mengajak kita semua mengenali masalah sampah yang sering luput dari perhatian. Dengan memahami dampak yang ditimbulkan dan solusi yang bisa dilakukan, kita belajar bahwa menjaga bumi bukan tugas besar yang jauh dari jangkauan — ia dimulai dari kebiasaan sederhana yang dilakukan bersama.

RUBIK DISKUSI: INFOGRAFIS PERTAMINA

 Pertamina for Green Future
Pertamina for Green Future

Pertamina for Green Future

Polusi dan perubahan iklim menjadi masalah utama yang muncul akibat tingginya penggunaan kendaraan pribadi, pembakaran sampah, serta ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Sektor energi bahkan menyumbang sekitar 60% emisi gas rumah kaca nasional. Untuk menjawab tantangan tersebut, Pertamina berinisiatif mendukung transisi energi menuju sumber daya rendah karbon. Upaya ini tidak hanya membantu menjaga lingkungan agar lebih sehat, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi, membuka peluang kerja baru, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui udara, air, dan tanah yang lebih bersih. Strategi yang diperkenalkan melalui konsep 3B — Bergerak, Berinovasi, dan Berkolaborasi — menjadi kunci mewujudkan masa depan energi yang berkelanjutan: mengubah pola pikir, menciptakan inovasi bersama, serta memanfaatkan teknologi seperti tenaga surya, angin, dan air sebagai sumber energi bersih.

FOTO BERCERITA

Memulai Aksi untuk Bumi BERSERI
Memulai Aksi untuk Bumi BERSERI

Memulai Aksi untuk Bumi Berseri

Setiap langkah kecil yang kita ambil untuk lingkungan bisa jadi inspirasi besar bagi sekitar. Ayo wujudkan kepedulian lewat berbagai aksi positif: melestarikan budaya, mengajar, mengelola sampah, hingga menciptakan karya yang ramah bumi. Saatnya menjadi pahlawan bagi bumi mulai dari hal sederhana di sekitar kita!

Fotografi pada poster “Memulai Aksi untuk Bumi Berseri” menyoroti bagaimana berbagai kegiatan sederhana dapat memberi dampak positif bagi lingkungan. Dalam setiap bingkai, terekam kepedulian manusia melalui pelestarian budaya, kegiatan belajar mengajar, hingga kreativitas daur ulang yang mendukung keberlanjutan. Sosok yang berdiri di depan foto-foto tersebut menjadi simbol refleksi, mengajak kita menyadari bahwa menjaga bumi bukan hanya tanggung jawab segelintir orang, tetapi peran bersama yang dimulai dari keberanian mengambil langkah pertama. Pesan yang ingin disampaikan: kumpulkan kepedulian, lakukan aksi, dan jadilah pahlawan kecil bagi bumi agar tetap berseri untuk generasi berikutnya.

FOTO BERCERITA

Kobarkan Tekad & Tinggalkan Jejak
Kobarkan Tekad & Tinggalkan Jejak

Kobarkan Tekad dan Tinggalkan Jejak

Sesi kedua dari seri fotografi ini, “Kobarkan Tekad dan Tinggalkan Jejak”, menyajikan rangkaian gambar yang menggambarkan realitas dan tanggung jawab kita terhadap bumi. Ada sosok pemulung yang bekerja keras, potret fotografer yang mendokumentasikan kondisi lingkungan, serta simbol kebiasaan membuang sampah sembarangan yang masih menjadi masalah. Semua foto dibingkai seolah menjadi catatan sejarah yang memanggil kita untuk tidak hanya menonton, tetapi juga mengobarkan tekad, mengubah kebiasaan, dan meninggalkan jejak kebaikan. Pesan utamanya jelas: jangan hanya tahu, tapi sadar dan bergerak demi bumi yang lebih layak ditinggali.

Perubahan tidak datang hanya dengan melihat. Kita perlu keberanian untuk bergerak, meninggalkan jejak positif bagi bumi dan manusia di sekitar kita. Mulai dari mengelola sampah, hingga mendokumentasikan masalah lingkungan supaya lebih banyak yang peduli. Saatnya menyalakan api tekad dan memulai langkah nyata!

Menyulam Kesadaran, Membangun Kepedulian untuk Bumi di Masa Depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Life

See More

7 OOTD Main Padel ala Tasya Farasya, Selalu On Point!

17 Sep 2025, 14:01 WIBLife