Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times Xplore/Meowfia_SMAN 1 Waringinkurung
IDN Times Xplore/Meowfia_SMAN 1 Waringinkurung

Halo The Literians! Kami, Tim Meowfia dari SMAN 1 Waringinkurung dengan bangga mempersembahkan sebuah karya mading yang berisi bagaimana cara peserta didik dapat menghargai lingkungannya dengan mengurangi sampah plastik melalui Program Adiwiyata di sekolah.

Tim redaksi kami terdiri dari:

  • Guru Pendamping: Iis Siti Mahmudah S.pd

  • Penulis: Elghina Ranakania D, Nasywa Arrazaqu

  • Desainer Visual: Nasywa Arrazzaqu, Yusuf Fadilah, Sabrina Nikita R

  • Illustrator: Me Keila N, Ganes Rona A

  • Fotografer: Me Keila N

  • Videografer: Me Keila N, Nasywa Arrazzaqu

Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

IDN Times Xplore/Meowfia_SMAN 1 Waringinkurung

Sampah merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari setiap aktivitas manusia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), setiap individu di Indonesia menghasilkan rata-rata sekitar 0,68 kilogram sampah setiap harinya. Jika angka tersebut dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai kurang lebih 250 juta jiwa, maka dapat dibayangkan betapa besarnya timbunan sampah yang muncul setiap hari. Jumlah tersebut tentu sangat besar, bahkan mencapai ratusan ribu ton, dan sebagian besar berasal dari tiga sumber utama, yakni rumah tangga, pasar tradisional, serta kawasan perkantoran dan fasilitas publik.

Di Kabupaten Serang, persoalan sampah menjadi semakin mendesak untuk ditangani. Dengan jumlah penduduk sekitar 1,6 juta jiwa, kabupaten ini diperkirakan menghasilkan antara 800 hingga 1.000 ton sampah setiap hari. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di wilayah tersebut memerlukan perhatian serius. Salah satu sumber sampah yang sering kali terabaikan adalah lingkungan sekolah, khususnya sekolah tingkat menengah atas. Padahal, sekolah bukan hanya menjadi tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, melainkan juga merupakan ruang pembentukan perilaku dan karakter siswa. Dengan demikian, sekolah sebenarnya memiliki peran strategis dalam menanamkan kesadaran akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan.

Salah satu langkah yang dianggap relevan dan berkelanjutan adalah penerapan Program Adiwiyata. Program ini dirancang untuk menanamkan nilai kepedulian lingkungan kepada peserta didik sekaligus mendorong sekolah agar mampu menjadi institusi yang ramah lingkungan. Melalui program ini, peserta didik tidak hanya dibekali dengan pengetahuan tentang lingkungan, tetapi juga dilatih untuk mempraktikkan kebiasaan baik yang dapat membawa perubahan nyata di sekitar mereka.

Implementasi Program Adiwiyata tidak hanya menjadi tanggung jawab siswa, melainkan juga membutuhkan dukungan tenaga pendidik, tenaga kependidikan, serta masyarakat sekitar sekolah. Kolaborasi yang terjalin diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya sehat, tetapi juga berkelanjutan. Program Adiwiyata ditunjukkan kepada Siswa-siswi di sekolah untuk meningkatkan sikap kepedulian pada lingkungan. Dengan adanya Program Adiwiyata ini sekolah mempunyai pandangan bagaimana memaksimalkan peningkatan karakter peduli lingkungan sekolah. Program ini perlu didukung oleh setiap Tenaga kependidikan, Peserta didik, dan Masyarakat sekitar sekolah tersebut berada. Sekolah Adiwiyata telah memberikan kontribusi berupa pengurangan timbunan sampah dengan menerapkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sejumlah 38.745 ton pertahun. Dari semua sekolah yang juga telah berkontribusi dalam Program Adiwiyata, mereka telah menanam dan memelihara 322.875 pohon/tanaman, serta 64.575 luang biopori, serta 12.915 sumur resapan. Selain itu, Sekolah-sekolah tersebut juga telah menghemat energi listrik dan air antara 10%-40% per sekolah.

Meskipun begitu, kesadaran peserta didik terhadap perilaku peduli lingkungan masih perlu terus ditingkatkan. Generasi muda pada masa kini cenderung lebih akrab dengan perkembangan teknologi, sehingga pemanfaatan teknologi dapat menjadi jembatan yang efektif untuk menumbuhkan kepedulian. Sebagai contoh, adanya program bank sampah di sekolah membuat siswa merasa lebih dekat dengan isu lingkungan karena sistemnya sederhana sekaligus memberikan manfaat langsung. Sampah yang biasanya hanya dianggap tidak berguna, kini dapat dipilah, dikumpulkan, dan bahkan memiliki nilai ekonomis apabila dikelola dengan benar.

Salah satu sekolah yang dapat dijadikan contoh adalah SMAN 1 Waringinkurung. Sejak tahun 2024, sekolah ini berkomitmen menjalankan Program Adiwiyata secara mandiri. Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, misalnya dengan mewajibkan setiap kelas memiliki perwakilan siswa dalam Divisi Adiwiyata. Tugas mereka adalah membuat poster edukatif bertema lingkungan, seperti ajakan untuk mengurangi konsumsi kemasan sekali pakai dan membiasakan diri membawa wadah makanan yang dapat digunakan berulang kali.

Lebih jauh, sekolah juga menerapkan sistem absensi khusus sebagai bentuk evaluasi bagi siswa yang masih menggunakan wadah sekali pakai. Dengan adanya sistem ini, siswa tidak hanya diingatkan secara terus-menerus, tetapi juga diajak untuk menumbuhkan kebiasaan baru yang lebih ramah lingkungan. Upaya ini kemudian diperkuat dengan pengembangan bank sampah sekolah. Fasilitas tempat sampah terpilah disediakan, mulai dari sampah organik, anorganik, hingga B3. Seluruh sampah yang terkumpul tidak dibiarkan begitu saja, melainkan diolah kembali atau disalurkan kepada mitra daur ulang yang bekerja sama dengan pihak sekolah.

Langkah-langkah kecil yang dilakukan SMAN 1 Waringinkurung menunjukkan bahwa sekolah mampu menjadi pusat pembentukan karakter peduli lingkungan. Melalui keterlibatan langsung, siswa belajar bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama yang dapat dimulai dari lingkup terkecil. Jika semakin banyak sekolah menerapkan Program Adiwiyata secara konsisten, inovatif, dan berkesinambungan, maka cita-cita menuju Indonesia yang bersih, sehat, dan berkelanjutan bukanlah sesuatu yang mustahil. Perubahan besar memang selalu berawal dari langkah sederhana, dan sekolah adalah tempat terbaik untuk memulainya.

Esai: Kesimpulan

IDN Times Xplore/Meowfia_SMAN 1 Waringinkurung

Permasalahan sampah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Serang, menjadi isu serius yang harus segera ditangani. Dengan jumlah timbunan sampah yang terus meningkat setiap harinya, diperlukan solusi berkelanjutan yang tidak hanya mengandalkan pemerintah, tetapi juga melibatkan masyarakat luas, termasuk lembaga pendidikan. Sekolah memiliki peran strategis dalam menanamkan kesadaran peduli lingkungan kepada generasi muda.

Program Adiwiyata hadir sebagai salah satu solusi konkret. Program ini menekankan pentingnya perilaku ramah lingkungan yang dipraktikkan langsung di sekolah, baik melalui pengurangan sampah, penanaman pohon, pembuatan biopori, hingga penghematan energi. Lebih dari sekadar program, Adiwiyata menjadi sarana untuk membentuk karakter peserta didik agar terbiasa menjaga lingkungan sejak dini.

Contoh nyata terlihat di SMAN 1 Waringinkurung yang menjalankan Program Adiwiyata secara mandiri sejak tahun 2024. Sekolah ini melibatkan siswa dalam Divisi Adiwiyata, mewajibkan pembuatan poster edukatif, menerapkan sistem absensi terkait penggunaan wadah sekali pakai, hingga mengembangkan bank sampah sekolah. Upaya tersebut tidak hanya mendidik siswa tentang pentingnya pengelolaan sampah, tetapi juga membiasakan mereka untuk menerapkan perilaku peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah kecil yang dilakukan sekolah pada akhirnya memiliki dampak besar. Sekolah bukan hanya tempat belajar akademik, melainkan juga ruang pembentukan karakter berwawasan lingkungan. Apabila semakin banyak sekolah konsisten menjalankan Program Adiwiyata, maka gerakan menuju Indonesia yang bersih, sehat, dan berkelanjutan akan semakin nyata. Dengan demikian, perubahan besar dalam pengelolaan sampah dapat berawal dari hal sederhana di lingkungan sekolah, yang kemudian memberi pengaruh luas bagi masyarakat dan masa depan bangsa.

Infografik

IDN Times Xplore/Meowfia_SMAN 1 Waringinkurung

Infografik Adiwiyata: Sekolah peduli, Lingkungan Lestari! berisi tentang Program Adiwiyata yang perlu di implementasikan pada setiap diri peserta didik. Selain untuk menjaga lingkungan, Program Adiwiyata dapat membentuk Kepribadian yang lebih heroik. Program Adiwiyata pun tidak hanya bisa di ikuti oleh peserta didik, namun, wali murid, tenaga pendidikan seperti guru dan staff sekolah lainnya perlu ikut beserta agar program ini dapat sukses dilaksanakan.

Rubrik Diskusi: Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/Meowfia_SMAN 1 Waringinkurung

Infografis Mengurai Sampah, Merangkai Harapan: Peran Pertamina dalam Program Sampah Kita memberi sebuah gambaran Program Sampah Kita. Infografik ini berisi dengan tujuan Program tersebut, dan telah berhasil mengolah sampah. Visual yang telah diberikan yaitu terdapatnya data-data tujuan utama dan juga data pencapaian yang sudah diraih oleh Program Sampah Kita. Lalu, dengan menjaga lingkungan seperti yang telah dilakukan oleh Program Sampah Kita, Kita dapat menggunakan prinsip E.C.O (Edukasi diri, Ciptakan Kebiasaan, dan Olah Sampah.)

Karya Sastra Fiksi: Cover

IDN Times Xplore/Meowfia_SMAN 1 Waringinkurung

Karya Sastra Fiksi yang diberi judul "Bintang & Bulan: Sang Penjaga Bumi" ialah sebuah karya cerita pendek yang dibuat oleh salah satu anggota tim kami, Nasywa Arrazzaqu. Berisi tentang dua anak kembar yang masuk ke dimensi baru dan menemukan masalah yang terdapat didalamnya. Ayo ikuti jalan cerita Bintang dan Bulan!

"Bintang & Bulan: Sang Penjaga Bumi"

Di bawah teriknya matahari yang menyilaukan bumi—hadirlah dua anak kembar.

Yang satu bernama Bintang, sang kakak. Dan yang satu nya lagi bernama Bulan, sang adik.

Mereka berdua sedang melakukan diskusi terkait penggunaan sampah plastik berlebih di lingkungan sekolah nya yang makin menjadi-jadi.

"Bagaimana menurut mu, Bul? kita, sebagai ketua adiwiyata harus menangani hal ini dengan serius. Kita sudah memperingati teman-teman kita untuk mengurangi penggunaan sampah plastik."

Bintang dan Bulan lalu menghela nafas kelelahan.

"Ayo kita buang sampah terlebih dahulu, Bin. Giliran kita yang piket hari ini, setelah itu kita buang sampah nya ke halaman belakang sekolah, Bin. Yuk!"

Mereka beranjak dari duduk dan bergegas pergi untuk mengambil tempah sampah dan membuang nya di tempah sampah bagian belakang halaman sekolah.

Sesampai nya mereka di halaman belakang sekolah, mereka refleks menutup hidung mereka karna sampah yang berlebih dan juga menumpuk.

Bulan mendesah dengan kesal.

"Astaga numpuk sekali sampahnya! terlebih lagi sampah nya 80% sampah plastik!"

Bintang, yang mendengar hal itu mengangguk menyetujui nya.

"Bener banget, Bul! aku harus menyusun rencana yang matang agar hal ini bisa di kurang kan penggunaan sampahnya, aku ga mau sekolah kita menjadi tercemar oleh sampah plastik." Bintang, mengucapkan itu sambil berfikir keras, mencari solusi yang jelas, bagaimana cara mengurangi sampah plastik di sekolah yang murid nya saja, hampir 1000 orang ini?

Saat mereka sedang fokus mengeluarkan isi sampah untuk dibuang, tiba-tiba bunyi dengingan dan percikan, menganggu aktivitas mereka berdua.

"Hey, suara apa itu bin?" tanya Bulan dengan heran.

"Kamu denger juga, Bul? aku kira aku sedang berhalusinasi, aku juga tidak tahu itu bunyi apa." jawab Bintang dengan nada keheranan sekaligus penasaran.

Saat Bintang menoleh kepalanya ke belakang, dia terkejut bukan kepalang.

"ASTAGA ASTAGA ASTAGA, BUL! LIHAT KEBELAKANG! ADA PORTAL DUNIA LAIN!"

Bulan yang mendengar hal konyol itu enggan menengok ke arah belakang, bulan yakin itu hanya lelucoan yang biasa Bintang ucapkan kepadanya.

"Halah ngawur! bohong kan kamu. Udah deh diem! gak percaya aku. Pasti kamu cuman mau ngerjain aku doang kayak, biasa biasanya!"

Desis Bulan kepada sang kakak yang menurut Bulan, itu hanyalah lelucoan yang tak lucu menurut nya, dan Bulan enggan menengok ke arah belakang dan tetap fokus untum membuang sampah di tempatnya.

Bintang, yang mendengar hal itu sedikit geram.

"Aduh, Bul! lihat dulu kebelakang kalau ga percaya!"

Bulan menghela nafas saat mendengar ucapan bintang, dan mulai menengok ke arah belakang.

"ASTAGA, BENERAN ADA PORTAL! ITU PORTAL APA?" Bulan melihat nya terkesiap dan melotot ke arah bintang untuk meminta penjelasan.

"gatau, Bul! tiba-tiba muncul. mungkin portal dunia lain kayak di film film atau novel fantasy yang biasa aku baca. atauu—portal masuk neraka?"

Bulan yang mendengar celetukan aneh dari sang kembaran nya itu, langsung memutar bola matanya dengan malas.

"Kenapa ga kamu coba aja dulu masuk?"

Bintang, mendengar hal itu langsung tertantang tak kenal takut.

"Siapa takut?" ujar Bintang dengan senyum meledek.

Setelah mengatakan hal itu, Bintang langsung lari menghampiri portal tersebut dan masuk ke dalam nya.

Bulan, melihat bintang memasuki portal itu langsung teriak histeris.

"HEY BINTANG! AKU CUMAN BERCANDA TAU, KAMU ILANG KEMANA ASTAGA, AKU IKUT MASUK KALAU GITU!"

Bulan dengan nada terpaksa memasuki portal aneh yang di masuki bintang tersebut dengan rasa takut.

Karya Sastra Fiksi: Ilustrasi

IDN Times Xplore/Meowfia_SMAN 1 Waringinkurung

Saat masuk ke dalam, rasa mual mulai mendatangi dirinya. Setelah itu cahaya menyilaukan menerangi pandangan mata nya.

Bulan berada di dunia antah berantah. dia memasuki dunia lain yang tidak diketahui di mana persis tempat ini berada.

Tempat ini hanya lapangan luas yang kosong, hanya terasa udara gersang yang menghalangi pemandangan matanya yang terasa seperti di gurun.

"DOR!" ucap bintang mengangetkan.

"AYAM!" Bulan teriak histeris ia kira, ada hantu atau monster yang mendatangi nya.

"aduh Bintang! aku kira kamu hantu atau monster yang buruk rupa! menyebalkan." gerutu Bulan kesal.

"EH, maksud kamu aku jelek gitu? kalau aku jelek, kamu juga jelek, dong!" Bintang berpura pura merajuk kesal kepada Bulan.

"KAMU TUH YA NGESELIN BANG—"

"GOAAAARRRR" mereka berdua tiba tiba mendengar suara lolongan keras yang menakutkan. di balik bayang bayang kabut yang tebal.

"s—suara apa itu, Bintang?" cemas Bulan.

Bintang menelan ludah nya dengan berat.

"Ga—gatau, Bul!" Bintang menoleh kepada Bulan dengan raut ketakutan.

"GOAAAARRRRR, LAPARRRRR, AKU LAPARRR!!" lolongan itu semakin keras dan terdengar semakin berat dan menyeramkan. saat mereka berdua—Bintang dan Bulan, mendengar lolongan itu, mereka reflek bergandengan tangan saling menguatkan.

Di balik kabut yang tebal, perlahan lahan, mereka berdua melihat bayangan yang besar mendatangi mereka.

"..Bul"

"I—iya, Bin?"

"Hitungan ketiga, kita lari."

"O-Oke!"

Bayangan itu mulai datang ke arah mereka dengan sosok yang terpampang jelas, sesosok monster besar berwarna coklat kehitaman dengan seringaian besar menakutkan.

"TIGA! LARIIII!!!"

Bintang menarik tangan Bulan sambil berlari kencang dengan rasa panik

"AAHHH! BINTANGG, ITU MONSTER! JELAS SEKALI ITU MONSTER! BAU SEKALI BADANNYA SEPERTI TIDAK MANDI SETAHUN!"

"BODOAMAT! YANG PENTING KITA LARI DULU!"

"MANUSIA! JADILAH BUDAKKU! AKAN KU KASIH IMBALAN YANG BESAR GOAAAARRRR!!" lolong sang Monster kepada mereka.

"TIDAK MAU, KAU BAU BADAN!"

Bulan setelah mengucapkan hal itu, menutup hidung nya dengan kencang dangan tangan kirinya.

"ASTAGA BULAN, KITA HARUS KEMANA INI?"

"ADUH GATAU! KABUR AJA DULU!"

Saat mereka lari terbirit birit, tiba-tiba mereka ditarik dengan kencang oleh seseorang yang tidak mereka ketahui siapa dia. Orang misterius tersebut membawa mereka ke sebuah goa.

"AAAHH!!" teriak mereka berdua dengan reflek sambil berpelukan.

"Sssssttt! jangan berisik kita sedang menghindari Monster tadi!" orang tersebut adalah manusia berjenis kelamin pria, memakai baju zirah yang menawan di mata Bintang dan Bulan.

Pria misterius itu berjongkok di depan Bintang dan Bulan, sambil menempelkan jarinya ke bibirnya.

“Tenang… aku prajurit istana. Aku tak berniat mencelakai kalian. Kalian berdua siapa? Kenapa bisa berada di sini?” ucapnya dengan suara rendah tapi tegas.

Bintang dan Bulan masih saling berpelukan, gemetar, sebelum akhirnya Bulan memberanikan diri.

“Ka-kami… entah bagaimana bisa masuk lewat portal aneh di sekolah kami. Tiba-tiba sudah ada di tempat gersang ini.”

Prajurit itu terdiam sejenak, lalu mengangguk mantap.

“Kalau begitu, ikutlah denganku. Kalian harus bertemu dengan Yang Mulia Kaisar. Hanya beliau yang bisa menjelaskan keadaan tempat ini.”

Tanpa banyak bicara, prajurit itu menuntun keduanya melewati jalan rahasia di dalam goa hingga akhirnya sampai di sebuah gerbang besar yang dijaga banyak prajurit lain. Gerbang itu terbuka perlahan, menampilkan istana megah yang masih berdiri kokoh di tengah tanah yang gersang.

Sesampainya di aula istana, Bintang dan Bulan dibawa menghadap seorang pria tua berjubah emas, duduk di singgasana besar. Matanya tajam namun penuh wibawa.

“Aku adalah Kaisar dunia ini,” ucapnya berat.

“Dahulu, negeri kami adalah hutan yang asri dan penuh kehidupan. Namun kini, tempat ini berubah gersang… Dikutuk oleh energi negatif.”

Bulan menelan ludah.

“Energi negatif? Maksudnya dari mana asalnya?”

Sang Kaisar berdiri, menunjuk keluar jendela ke arah kabut pekat yang menutupi gurun.

“Monster yang kalian lihat tadi adalah jelmaan energi jahat. Ia tercipta dari tumpukan sampah manusia—terutama plastik yang tak bisa terurai. Bahkan, sebagian besar sampah itu… berasal dari dunia kalian.”

Bintang dan Bulan terperangah.

“Jadi… sampah plastik dari bumi masuk ke dunia ini?” tanya Bintang tak percaya.

Kaisar mengangguk. “Benar. Setiap plastik yang terbuang sembarangan, setiap pohon yang ditebang tanpa tanggung jawab, menciptakan retakan antara dunia kita. Dari situlah monster itu semakin kuat. Dan kini… ia ingin menyeberang ke dunia kalian, untuk menghisap energi hingga bumi hancur.”

Bulan bergidik ngeri. “Jadi… dunia kami terancam?”

Kaisar menatap keduanya penuh harap.

“Hanya kalian berdua yang bisa menghentikan ini. Karena portal itu memilih kalian. Jika bumi kalian bebas dari sampah plastik, energi monster itu akan melemah. Lalu… dengan senjata khusus ini, kalian bisa menghancurkannya.”

Seorang prajurit membawa dua benda berkilau. Untuk Bintang, sebilah pedang kristal berwarna biru terang. Untuk Bulan, sebuah perisai perak bercahaya.

“Pedang Cahaya dan Perisai Penjaga. Gunakan dengan bijak. Kalian akan kembali ke dunia kalian dengan bantuan prajuritku.”

Dengan cahaya terang, Bintang dan Bulan kembali ke halaman belakang sekolah mereka. Napas mereka masih terengah, seolah semua kejadian barusan nyata.

Bintang segera berdiri tegak. “Bul, kita harus mulai dari sekolah. Kalau kita biarkan teman-teman terus pakai plastik sekali pakai, monster itu akan benar-benar datang.”

Keesokan harinya, di depan seluruh murid dan guru, Bintang dan Bulan berbicara sebagai ketua Adiwiyata.

“Mulai hari ini, semua murid wajib membawa botol minum sendiri dan bekal dari rumah. Tidak boleh lagi pakai botol plastik sekali buang atau kantong plastik. Kita semua harus melindungi bumi, sebelum terlambat.”

Para guru mendukung penuh, dan aturan baru itu pun dijalankan.

Beberapa hari kemudian, saat sampah plastik di sekolah mulai berkurang drastis, Bintang dan Bulan merasakan getaran aneh. Dari arah langit, kabut hitam muncul, dan sang monster perlahan mendekat ke area sekolah.

“Bin… itu dia!” seru Bulan panik.

Monster itu meraung, tapi tubuhnya tampak terbakar oleh energi bersih.

“GOAAARRRR… KENAPA… TENAGAKU… BERKURANG?”

Bintang menggenggam pedang kristalnya, Bulan mengangkat perisainya.

“Sekarang, Bul! Saat dia lemah!”

Dengan kekuatan yang diberi sang Kaisar, keduanya melancarkan serangan terakhir. Pedang Cahaya memotong udara, sementara Perisai Penjaga memantulkan energi bersih ke arah monster. Tubuh sang monster bergetar hebat, lalu hancur berkeping-keping menjadi debu yang tersedot ke dalam senjata mereka.

Keheningan menyelimuti sekolah. Semua murid terpana.

Bulan menatap pedangnya yang berkilau redup. “Bin… kita berhasil, kan?”

Bintang tersenyum lega. “Iya, Bul. Monster itu sudah hilang. Karena kita semua belajar menjaga bumi.”

Tiba-tiba, suara sang Kaisar bergema dalam hati mereka.

“Terima kasih, Bintang dan Bulan. Ingatlah… dunia hanya bisa diselamatkan jika manusia berhenti merusaknya. Teruslah melindungi alam. Itulah kunci menjaga keseimbangan dunia.”

Keduanya saling tersenyum, lalu berpegangan tangan.

Sejak hari itu, sekolah mereka menjadi contoh bagi sekolah lain. Sampah plastik berkurang, murid-murid terbiasa membawa botol dan bekal sendiri, dan kesadaran menjaga lingkungan semakin tumbuh.

Bintang menatap langit biru.

“Kalau kita bisa melawan monster dari sampah plastik… berarti kita juga bisa melawan kebiasaan buruk manusia. Dari hal kecil, bisa menyelamatkan dunia.”

Bulan menimpali dengan tawa kecil.

“Betul! Asal jangan ada portal aneh lagi, ya, Bin. Aku masih trauma!”

Mereka pun tertawa bersama.

Mini Game

IDN Times Xplore/Meowfia_SMAN 1 Waringinkurung

Mini Game Bantu Adi bedakan sampah Organik & Anorganik yuk! bertujuan untuk mengetahui perbedaan sampah organik dengan anorganik. Visual yang diberikan yaitu 9 jumlah sampah yang perlu diwarnai (Kuning/Hijau) untuk membedakan tipe sampah tersebut. Adi, ialah maskot kami, membutuhkan bantuan pembaca untuk membedakan tipe-tipe setiap sampah tersebut!

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/Meowfia_SMAN 1 Waringinkurung

The Literans, Foto bercerita ini berisikan tentang perjuangan kami selama mengerjakan Mading Digital ini. Dibalik perjuangan itu, kami juga mendapatkan memori yang sangat tidak akan dilupakan untuk kedepannya. Semua suka duka kami tampung untuk memperjuangkan Mading Digital ini. Terimakasih Tim Meowfia!

Dengan Mading ini, kami berharap bahwa Mading ini dapat tersampaikan dengan baik ke semua peserta didik di Indonesia. Selain mencintai lingkungan, Tim Meowfia juga sangat beruntung dapat berbagi kasih sayang kami terhadap lingkungan ke semua orang. Ayo jaga bumi kami! Sedikit demi sedikit, namun bersama! Mari sayangi planet yang kita pijak ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team