IDN Times Xplore/AETHERIA_SMAN 106 JAKARTA
Saat bel istirahat berbunyi, kantin menjadi tujuan utama bagi para siswa maupun guru untuk menghilangkan rasa lapar. Berbagai macam makanan sudah disiapkan dalam wadah dan siap untuk dibeli. Salah satu wadah yang sering digunakan adalah Styrofoam karena praktis dan mudah dibawa. Tapi, tahukah kamu? Ketika kita mengkonsumsi makanan dari wadah Styrofoam, sama saja seperti merusak diri sendiri sekaligus lingkungan sekitar kita!
Sering kali kita berpikir bahwa masalah lingkungan hanya datang dari aktivitas dengan skala besar. Padahal, tanpa kita sadari, kebiasaan kecil yang sering kita lakukan dapat berpotensi melahirkan masalah besar berupa mikroplastik yang membahayakan manusia serta lingkungan sekitarnya.
Mikroplastik merupakan partikel plastik yang memiliki ukuran kurang dari 5 millimeter. Partikel ini dapat terbentuk ketika makanan panas dimasukkan ke dalam wadah-wadah Styrofoam. Suhu panas dari makanan dapat membuat partikel plastik yang ada pada Styrofoam meleleh dan berpindah ke makanan yang akan kita konsumsi. Akibatnya, kita tanpa sadar memasukkan partikel berbahaya ke dalam tubuh kita.
Styrofoam mengandung Benzene dan Styrene yang diyakini dapat membahayakan kesehatan manusia karena bersifat karsinogenik atau pemicu kanker. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari World Health Organization (WHO) bahwa benzene adalah zat kimia yang dapat memicu tumbuhnya sel kanker di dalam tubuh.
Dampak keberadaan mikroplastik pada tubuh manusia jelas tidak dapat dianggap sepele. Ketika partikel mikroplastik ini mulai masuk ke dalam tubuh, gangguan kesehatan dapat timbul. Sistem pencernaan menjadi sasaran tercepat yang merasakan dampaknya, mulai dari munculnya iritasi usus, peradangan, hingga mengganggu sistem metabolisme tubuh. Dalam jangka panjang, keberadaan partikel mikroplastik dalam tubuh dapat meningkatkan resiko penyakit kanker. Ironisnya, warga sekolah menjadi kelompok yang rentan terhadap bahaya ini. Mereka kerap kali tidak menyadari bahwa wadah makanan yang digunakan setiap hari justru memicu ancaman kesehatan untuk jangka panjang.
Tidak hanya manusia yang dapat dirusak oleh partikel mikroplastik. Lingkungan di sekitar kita juga dapat merasakan dampak buruk yang signifikan. Seperti yang kita ketahui bahwa plastik merupakan bahan yang sulit untuk dihancurkan dan membutuhkan waktu yang lama untuk benar-benar hancur. Jadi partikel plastik yang berpindah dari wadah makanan tidak hanya berhenti di tubuh manusia, tetapi juga berpengaruh ke lingkungan kita seperti di tanah, air, dan udara.
Kerugian akibat mikroplastik tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga oleh masyarakat luas. Dari sisi kesehatan, meningkatnya paparan mikroplastik berarti meningkat pula potensi biaya pengobatan yang harus ditanggung keluarga maupun negara. Dari sisi lingkungan, pencemaran mikroplastik menyebabkan berkurangnya kualitas sumber daya alam, baik air maupun hasil laut, yang akhirnya berujung pada kerugian ekonomi. Nelayan dapat kehilangan pendapatan karena ikan yang mereka tangkap tercemar plastik. Begitu pula dengan petani yang tanahnya terkontaminasi mikroplastik sehingga hasil pertanian tidak maksimal. Semua ini menunjukkan bahwa mikroplastik bukan sekedar masalah kecil di kantin sekolah, melainkan masalah kolektif yang membutuhkan kesadaran dan aksi nyata dari semua pihak, terutama generasi muda.