Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
IDN Times Xplore/AETHERIA_SMAN 106 JAKARTA

Hai sobat kantin! 🍜

Ketika kita membeli makanan di kantin, styrofoam sudah menjadi hal yang wajar untuk digunakan sebagai wadah makanan. Tetapi, apakah temen-temen sadar bahwa secara diam-diam wadah styrofoam seputih itu bisa jadi 'silent killer' di kantin kita? 😱

Dengan adanya mading ini, kami ingin berbagi informasi menarik sekaligus penting mengenai si kecil mikroplastik di balik styrofoam! 📢

Bukan hanya sekadar info, kita juga ingin mengajak kalian semua untuk #SadarStyrofoam 🆙 dan mulai mengambil langkah kecil yang berdampak besar. Karena perubahan dimulai dari kesadaran dan aksi nyata! 🌏

Tapi sebelum menjelajah lebih jauh, yuk kenali dulu tim redaksi di balik penyusunan karya mading ini! 😊

TIM AETHERIA [SMAN 106 JAKARTA] 🔍

  • Guru pembimbing: Retno Wulan, S.Pd.

  • Ketua: Azura Salsabila Nurazizi

  • ⁠Penulis:

    1. Puisi Khalila Rahman

    2. Shafiqa Rajwa Nurrahma

  • Desainer visual:

    1. Azura Salsabila Nurazizi

    2. Syahla Yusuf Nur Azizah

    3. Farah Halidah Affaf

  • Ilustrator: Farah Halidah Affaf

  • ⁠Videografer: Azura Salsabila Nurazizi

Karya ini dibuat untuk keperluan Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

IDN Times Xplore/AETHERIA_SMAN 106 JAKARTA

Saat bel istirahat berbunyi, kantin menjadi tujuan utama bagi para siswa maupun guru untuk menghilangkan rasa lapar. Berbagai macam makanan sudah disiapkan dalam wadah dan siap untuk dibeli. Salah satu wadah yang sering digunakan adalah Styrofoam karena praktis dan mudah dibawa. Tapi, tahukah kamu? Ketika kita mengkonsumsi makanan dari wadah Styrofoam, sama saja seperti merusak diri sendiri sekaligus lingkungan sekitar kita!

Sering kali kita berpikir bahwa masalah lingkungan hanya datang dari aktivitas dengan skala besar. Padahal, tanpa kita sadari, kebiasaan kecil yang sering kita lakukan dapat berpotensi melahirkan masalah besar berupa mikroplastik yang membahayakan manusia serta lingkungan sekitarnya.

Mikroplastik merupakan partikel plastik yang memiliki ukuran kurang dari 5 millimeter. Partikel ini dapat terbentuk ketika makanan panas dimasukkan ke dalam wadah-wadah Styrofoam. Suhu panas dari makanan dapat membuat partikel plastik yang ada pada Styrofoam meleleh dan berpindah ke makanan yang akan kita konsumsi. Akibatnya, kita tanpa sadar memasukkan partikel berbahaya ke dalam tubuh kita.

Styrofoam mengandung Benzene dan Styrene yang diyakini dapat membahayakan kesehatan manusia karena bersifat karsinogenik atau pemicu kanker. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari World Health Organization (WHO) bahwa benzene adalah zat kimia yang dapat memicu tumbuhnya sel kanker di dalam tubuh.

Dampak keberadaan mikroplastik pada tubuh manusia jelas tidak dapat dianggap sepele. Ketika partikel mikroplastik ini mulai masuk ke dalam tubuh, gangguan kesehatan dapat timbul. Sistem pencernaan menjadi sasaran tercepat yang merasakan dampaknya, mulai dari munculnya iritasi usus, peradangan, hingga mengganggu sistem metabolisme tubuh. Dalam jangka panjang, keberadaan partikel mikroplastik dalam tubuh dapat meningkatkan resiko penyakit kanker. Ironisnya, warga sekolah menjadi kelompok yang rentan terhadap bahaya ini. Mereka kerap kali tidak menyadari bahwa wadah makanan yang digunakan setiap hari justru memicu ancaman kesehatan untuk jangka panjang.

Tidak hanya manusia yang dapat dirusak oleh partikel mikroplastik. Lingkungan di sekitar kita juga dapat merasakan dampak buruk yang signifikan. Seperti yang kita ketahui bahwa plastik merupakan bahan yang sulit untuk dihancurkan dan membutuhkan waktu yang lama untuk benar-benar hancur. Jadi partikel plastik yang berpindah dari wadah makanan tidak hanya berhenti di tubuh manusia, tetapi juga berpengaruh ke lingkungan kita seperti di tanah, air, dan udara.

Kerugian akibat mikroplastik tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga oleh masyarakat luas. Dari sisi kesehatan, meningkatnya paparan mikroplastik berarti meningkat pula potensi biaya pengobatan yang harus ditanggung keluarga maupun negara. Dari sisi lingkungan, pencemaran mikroplastik menyebabkan berkurangnya kualitas sumber daya alam, baik air maupun hasil laut, yang akhirnya berujung pada kerugian ekonomi. Nelayan dapat kehilangan pendapatan karena ikan yang mereka tangkap tercemar plastik. Begitu pula dengan petani yang tanahnya terkontaminasi mikroplastik sehingga hasil pertanian tidak maksimal. Semua ini menunjukkan bahwa mikroplastik bukan sekedar masalah kecil di kantin sekolah, melainkan masalah kolektif yang membutuhkan kesadaran dan aksi nyata dari semua pihak, terutama generasi muda.

Esai: Kesimpulan

IDN Times Xplore/AETHERIA_SMAN 106 JAKARTA

Melihat betapa seriusnya bahaya mikroplastik, solusi jelas harus segera dihadirkan untuk mencegah dampaknya semakin meluas. Edukasi menjadi langkah pertama dan paling mendasar. Siswa dan masyarakat perlu memahami bahwa penggunaan wadah styrofoam dan plastik pada makanan panas bukanlah hal sepele. Sekolah dapat menginisiasi kampanye sadar plastik melalui poster, seminar, hingga konten media sosial. Dengan pengetahuan yang tepat, generasi muda akan lebih bijak dalam memilih wadah makanan dan mulai beralih ke alternatif ramah lingkungan.

Selain itu, teknologi juga bisa dimanfaatkan. Inovasi kemasan ramah lingkungan dari bahan alami seperti daun pisang atau serat bambu perlu terus dikembangkan. Kantin sekolah bisa memanfaatkan sistem digital, misalnya memberi insentif berupa potongan harga bagi siswa yang membawa wadah makan sendiri. Dengan begitu, edukasi dan teknologi berjalan beriringan dalam membentuk kebiasaan baru yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Lebih jauh, peran pemuda dalam gerakan ini sangat penting. Pemuda bukan hanya pengguna teknologi, tetapi juga pencipta perubahan. Mereka bisa memimpin kampanye hijau di sekolah, membangun komunitas peduli lingkungan, hingga merancang inovasi sederhana yang mengurangi ketergantungan pada plastik sekali pakai. Semangat ini sejalan dengan misi keempat ASTA CITA, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan akses terhadap teknologi. Dengan mengintegrasikan edukasi lingkungan dan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, pemuda menunjukkan bahwa mereka mampu menjadi pelopor pembangunan yang berkelanjutan.

Pada akhirnya, meski mikroplastik memang merupakan masalah serius, bukan berarti masalah yang tidak bisa diatasi. Jika kesadaran tumbuh sejak dini, terutama di sekolah, maka gerakan kecil bisa meluas menjadi budaya besar yang berdampak nasional. Kantin sekolah yang awalnya hanya tempat sederhana untuk makan bisa menjadi titik awal gerakan penyelamatan bumi. Dengan edukasi yang kuat, teknologi yang tepat, dan semangat pemuda yang membara, kita bisa menekan dampak mikroplastik sekaligus melindungi masa depan. Aksi kecil hari ini, seperti membawa wadah makanan sendiri atau menolak styrofoam, mungkin terlihat sederhana. Namun, jika dilakukan bersama-sama, ini yang akan menjadi fondasi bagi bumi yang lebih sehat di masa depan.

Infografik

IDN Times Xplore/AETHERIA_SMAN 106 JAKARTA

STYROFOAM: Si Putih yang Diam-Diam Mengancam!

Ternyata wadah styrofoam favorit kita menyimpan bahaya mikroplastik yang bisa menyusup ke makanan dan tubuh! Infografik ini mengungkap semua fakta serunya serta aksi nyata untuk beralih ke gaya hidup ramah lingkungan. Yuk, jadi generasi #SadarStyrofoam dan mulai langkah kecil dari kantin untuk bumi yang lebih sehat! 🌱✨

Rubrik Diskusi: Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/AETHERIA_SMAN 106 JAKARTA

Inovasi Ramah Lingkungan untuk Masa Depan Bumi!

PT Pertamina Hulu Energi dan PT Polytama Propindo hadir dengan solusi nyata hadapi polusi plastik! 🌱 Dari program pengolahan limbah kulit jeruk jadi pupuk organik Tricoderma dan bioplastik OraPlast, hingga inisiatif Hindu Resik yang ubah sampah anorganik jadi produk eco-friendly. Dengan capaian pengurangan emisi karbon hingga 4.773 ton CO2, Pertamina buktikan komitmennya wujudkan Net Zero Emission dan masa depan berkelanjutan! 🚀💚

Rubrik Diskusi: Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/AETHERIA_SMAN 106 JAKARTA

Polyfam: Inovasi Plastik Cerdas dari Pertamina untuk Keberlanjutan! 🌟

Tahukah kamu bahwa Pertamina menciptakan Polyfam yaitu jenis plastik inovatif yang tahan suhu ekstrem, aman untuk makanan, dan bisa digunakan berulang kali? 💡🍽️ Dengan banyaknya keunggulan yang ada, Polyfam jadi solusi ramah lingkungan untuk kemasan sehari-hari. Yuk, dukung inovasi lokal yang mendukung gaya hidup sustainable dan kurangi dampak plastik konvensional! 🌍✨

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/AETHERIA_SMAN 106 JAKARTA

Nah, Sobat Kantin! Sekarang kalian sudah tahu kan betapa mengerikannya dampak styrofoam yang selama ini kita anggap sepele? Yuk, bersama kita ubah kebiasaan kecil dimulai dari kantin kita sendiri! 🌱

Dengan membawa wadah sendiri, memilih makanan yang dikemas ramah lingkungan, dan menyebarkan kesadaran pada teman-teman lain, kita sudah jadi pahlawan untuk diri sendiri dan bumi! 💚

Mari dukung gerakan #SadarStyrofoam dan buat kantin SMAN 106 Jakarta menjadi contoh positif untuk sekolah lainnya!🏆

Salam hijau, Tim Aetheria SMAN 106 Jakarta #GenerasiSadarStyrofoam #BersamaUntukBumi🌍✨

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎