IDN Times Xplore/GeRakshaka_SMAN 1 CIBADAK
Saya yakin setidaknya orang yang membaca artikel ini punya satu barang kosmetik di rumahnya. Kosmetik adalah hal umum yang orang pakai untuk mempercantik dirinya. Tapi, apakah kosmetik hanya berdampak pada kulit saja?
Kosmetik adalah produk yang seseorang pakai untuk mempercantik, membersihkan, maupun memperbaiki kulit mereka. Saat ini produk kosmetik sudah bisa dipakai untuk semua kalangan. Akses terhadap produk kosmetik sudah sangat mudah dijangkau, sehingga masyarakat bisa membelinya dimana saja.
Kesadaran masyarakat untuk menjaga kulit menyebabkan produk kosmetik laku keras di pasaran. Hal ini dipengaruhi oleh platform sosial media besar seperti Tiktok, Instagram, dan lainnya. Platform-platform besar seperti tadi membentuk mindset di masyarakat bahwa produk kosmetik dapat membuat anda lebih menarik, sehingga tren kecantikan ini pun dimanfaatkan para pelaku industri untuk menciptakan perilaku masyarakat yang konsumtif. Perilaku konsumtif ini yang menyebabkan fenomena Fast Beauty bisa terjadi.
Fast Beauty adalah fenomena dimana banyak perusahaan kosmetik berlomba-lomba untuk memproduksi kosmetik yang sedang trending di pasaran dengan cepat dan mengesampingkan kualitas dari produk tersebut, quantity over quality. Contoh dari tren ini adalah tindakan untuk langsung membeli produk yang sedang trending karena FOMO (Fear Of Missing Out) tanpa mempertimbangkan fungsi dan kebutuhan, sehingga produk lama yang belum habis terbuang sia-sia. Perilaku konsumtif seperti ini tercatat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yaitu terjadi kenaikan rilisan skincare di tahun 2021 yang meningkat sebesar 81% dibandingkan tahun 2020. Fast Beauty berdampak sangat buruk bagi lingkungan karena produksinya yang cepat dan banyak. Akibatnya limbah sampah meningkat karena faktor produksi tersebut. Kemasan yang digunakan pun merupakan kemasan sekali pakai yang sulit di daur ulang. Bayangkan, jika kita tidak berhenti berperilaku konsumtif seperti ini, akan sebesar apa kerusakan lingkungan yang dapat ditimbulkan nantinya. Hutan akan gundul akibat alih fungsi lahan untuk pertanian demi memenuhi bahan produk kosmetik seperti minyak kelapa sawit. Lalu, ada pula tumpukan limbah kemasan di TPA yang bisa menyebabkan pencemaran air karena bahan kimia yang ada di dalamnya, apalagi jika tidak dikelola dengan baik.
Setelah mendengar semua kemungkinan yang akan terjadi akibat perilaku konsumtif yang berlebihan, apakah kalian akan diam saja? Sikap kita saat ini menentukan masa depan dari Bumi kita. Kita mau mempercantik Bumi? Atau merusaknya? Beberapa tindakan ini mampu menghentikan kerusakan Bumi yang bisa terjadi. Seperti skin minimalist, dimana para pengguna kosmetik bisa menggunakan basic skincare yaitu facial wash, moisturizer, dan sunscreen untuk menghindari pemakaian produk yang berlebihan. Lalu pertimbangkan kembali sebelum membeli produk kosmetik yang sedang trending di sosial media, seperti “Emangnya aku butuh ini?” atau “Cocok gak, ya? Takut terbuang sia-sia.” Ingat, jangan mudah terpengaruh oleh rayuan influencer dan terjebak oleh teknik marketing perusahaan. Pertanyaan-pertanyaan simpel seperti tadi mampu membuat kita kritis dalam mempertimbangkan keputusan kita. Jangan sampai keputusan kita yang salah bisa membuat Bumi menangis serta menderita.