IDN Times Xplore/Likhwara_SMKS Sejahtera
Modernisasi membawa kemajuan, tapi di sisi lain bumi semakin tertekan. Data United Nations Environment Programme (UNEP) menunjukkan lebih dari 11 juta ton sampah plastik masuk ke laut setiap tahunnya. Hutan tropis yang dulu menjadi paru-paru dunia terus menyusut, sementara pemanasan global memicu cuaca ekstrem seperti badai tropis makin sering, musim kemarau makin panjang, dan banjir mudah terjadi.
Sayangnya Masalah lingkungan ini sering dianggap sepele, padahal tanpa alam yang sehat, tidak ada pembangunan atau teknologi yang bisa bertahan. Karena itu, peran generasi muda sangat penting. Pemuda bukan hanya pewaris bumi, tapi juga punya energi besar untuk menjaganya dan memperbaikinya.
Generasi muda punya tiga modal utama yaitu semangat, kreativitas, dan akses teknologi. Dengan itu, mereka bisa menjadi Eco-Warrior yang artinya bukan sekadar bicara, tapi benar-benar bertindak.
Langkah pertama adalah edukasi. Edukasi menjadi pondasi awal sebelum melakukan aksi nyata. Tanpa pemahaman, gerakan lingkungan mudah berhenti di tengah jalan. Karena itu, pengetahuan tentang pentingnya menjaga bumi harus disebarkan sejak dini dan dengan cara yang sederhana. Misalnya, mengajarkan siswa di sekolah cara memilah sampah, membuat lomba daur ulang yang menyenangkan, atau kampanye di media sosial dengan gaya yang dekat dengan anak muda. Edukasi membuat generasi muda sadar bahwa menjaga lingkungan bukan pilihan, tapi kebutuhan.
Setelah kesadaran terbentuk lewat edukasi, barulah teknologi hadir sebagai penguat aksi. Kini banyak inovasi hijau yang bisa dimanfaatkan contohnya ada aplikasi bank sampah digital, sensor pemantau kualitas udara, hingga drone penanam pohon. Generasi muda bisa mengembangkan, menggunakan, atau setidaknya mempopulerkan inovasi ini agar semakin banyak orang peduli.
Perpaduan edukasi dan teknologi inilah yang akan melahirkan gaya hidup baru yaitu hidup ramah lingkungan yang tetap modern, relevan, dan sesuai dengan zaman