IDN Times Xplore/Fourtignite SMAN 1 Jogorogo
Air merupakan kebutuhan fundamental bagi seluruh makhluk hidup. Manusia memanfaatkan air bersih untuk berbagai aktivitas, mulai dari konsumsi hingga sanitasi. Namun, ketersediaannya tidak sebesar yang kita bayangkan. Berdasarkan data U.S. Geological Survey (2019), hanya 2,5% air di bumi yang tergolong air tawar dan bisa digunakan manusia. Mayoritas sisanya berupa air laut dengan kandungan garam tinggi yang tidak layak diminum. Fakta ini menunjukkan bahwa air bersih adalah sumber daya langka yang harus dijaga.
Lantas, apakah krisis air hanyalah isu sepele atau benar-benar ancaman nyata bagi masa depan? Faktanya, lebih dari 40 persen penduduk dunia dilaporkan masih kesulitan mengakses air layak. Dampaknya sangat serius, yakni setiap tahun sekitar 3,5 juta orang meninggal akibat penyakit yang bersumber dari air kotor. Data Gospel For Asia mencatat, penyakit Diare saja bisa merenggut hingga 485 ribu nyawa per tahun. Fakta ini menegaskan bahwa krisis air bukan sekadar isu lingkungan, melainkan masalah global yang mendesak untuk ditangani.
Mengapa krisis air terjadi? Krisis air bersih pada dasarnya adalah kondisi ketika jumlah air yang tersedia tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan hidup. Ada sejumlah faktor utama yang memicu terjadinya kelangkaan air:
Perubahan iklim → suhu bumi meningkat, musim hujan dan kemarau semakin tidak menentu, kekeringan pun lebih sering terjadi;
Pencemaran air → limbah industri, pertanian, hingga rumah tangga mencemari sungai dan danau;
Pemakaian berlebihan → air tanah dieksploitasi tanpa kendali, membuat banyak sumur mengering;
Kerusakan alam → deforestasi dan alih fungsi lahan mengganggu siklus alami air.
Apa saja dampak krisis air? Kekurangan air bersih bukan hanya soal tidak bisa mandi atau minum dengan nyaman. Dampaknya jauh lebih luas dan merembet ke berbagai sektor, antara lain:
Kesehatan → meningkatnya penyakit berbahaya akibat air kotor;
Ekonomi → biaya pengobatan melonjak, pertanian gagal panen, industri terhambat;
Lingkungan → sungai mati, ekosistem rusak, flora dan fauna kehilangan habitat.
Artinya, krisis air tidak sekadar masalah lingkungan, tetapi juga menyangkut isu sosial, ekonomi, hingga kemanusiaan.
Apa yang bisa kita lakukan? Meski terlihat besar dan rumit, masalah ini tetap bisa dihadapi bersama. Kuncinya ada pada langkah kecil yang konsisten. Tidak perlu mewah, tetapi jika dilakukan oleh banyak orang, dampaknya akan terasa nyata.
Di rumah → biasakan mematikan keran saat sikat gigi, gunakan air secukupnya, dan hindari pemborosan;
Di sekolah → adakan kampanye hemat air, ajak teman untuk peduli, dan lakukan aksi nyata menjaga lingkungan;
Secara global → dukung teknologi pengolahan air, kebijakan ramah lingkungan, serta program reforestasi.