Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times Xplore/WajuWundur_SMKN27JAKARTA
IDN Times Xplore/WajuWundur_SMKN27JAKARTA

Halo, Sobat Literasi! Kami tim Waju Wundur dari SMKN 27 Jakarta dengan sepenuh hati mempersembahkan karya mading digital kami dengan judul: “1% Aksi Kecil Gen Z untuk Bumi: Gerakan Berbudaya Lingkungan.

Kami percaya bahwa perubahan sebesar apapun harus dimulai dari aksi kecil. Seperti pepatah, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit” begitu juga dengan aksi dan gerakan berbudaya lingkungan.

Meskipun 1% terlihat seperti angka yang sangat kecil, namun hanya dengan 1% niat dan aksi dari generasi muda sudah bisa memberikan dampak yang nyata untuk bumi kita.

Karena, kalau bukan sekarang, lalu kapan lagi? Jika bukan kita, lalu siapa lagi?

Tim redaksi kami terdiri dari:

  • Guru pendamping: Bintang Ria Sihotang, S. Pd

  • Penulis: Assahira, Niswa Auliya Amelsa

  • Desainer Visual: Assahira, Fransisca Leonita, Niswa Aulia Amelsa

  • Editor: Fransisca Leonita

Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Essai: Latar Belakang

IDN Times Xplore/WajuWundur_SMKN27JAKARTA

Dalam dunia pendidikan, pembentukan karakter dan kesadaran lingkungan merupakan salah satu pilar penting. Siswa tidak hanya diajarkan tentang teori dampak pencemaran sampah, tetapi juga didorong untuk memahami urgensi pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Namun, seringkali terdapat jurang pemisah antara pengetahuan yang diterima di dalam kelas dengan perilaku nyata di kehidupan sehari-hari. Banyak siswa masih memandang sampah sebagai masalah sepele—benda sisa yang tidak berguna dan dapat dibuang begitu saja tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka pendek maupun jangka panjang.

Pandangan ini tercermin dari pola konsumsi generasi muda yang dekat dengan budaya fast fashion dan kebiasaan jajan. Maraknya platform e-commerce dan iklan digital membuat siswa semakin mudah mengakses fashion murah yang cepat berganti mode. Sementara itu, kebiasaan jajan di kalangan pelajar juga menyisakan masalah sampah organik dan kemasan, terutama kemasan plastik sekali pakai seperti bungkus makanan, botol minuman, dan sedotan plastik.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa kontribusi sampah tekstil di Indonesia mencapai 2,3% dari total timbulan sampah nasional, sementara sampah organik mendominasi dengan persentase 57%. Yang memprihatinkan, hanya 10-15% sampah fashion yang didaur ulang, sementara 85% berakhir di TPA. Sampah organik yang tidak terkelola akan menghasilkan gas metana—gas rumah kaca yang 28 kali lebih poten daripada karbon dioksida.

Dampak dan Urgensi Penanganan Serius
Berdasarkan data KLHK tahun 2023, Indonesia menghasilkan 68,5 juta ton sampah dengan komposisi terbesar berasal dari sampah organik (57%) dan plastik (15%). Sampah tekstil menyumbang 1,5 juta ton per tahun, dimana hanya 15% yang didaur ulang. Jika tidak ditangani, dampak jangka pendeknya meliputi lingkungan kotor, sarang penyakit, dan bau tidak sedap di area sekolah. Sedangkan dampak jangka panjangnya adalah kerusakan ekosistem, pemanasan global, serta banjir akibat tersumbatnya saluran air. Melalui program Adiwiyata yang dicanangkan pemerintah, sekolah didorong untuk mengimplementasikan pengelolaan sampah berkelanjutan sebagai bagian dari pendidikan karakter lingkungan.

Solusi dan Aplikasi di Lingkungan Sekolah
Kunci perubahan terletak pada pergeseran paradigma: sampah adalah bahan yang salah tempat, bukan akhir dari suatu produk. Filosofi 1% action menjadi relevan—memulai dengan aksi kecil yang konsisten untuk dampak kolektif yang besar.

  1. Bank Sampah untuk Sampah Anorganik
    Bank sampah berfokus pada pengumpulan dan penjualan sampah anorganik seperti botol plastik, kertas, dan kemasan bekas. Aksi 1%-nya dapat berupa mengumpulkan dan menyetor 5 botol plastik bekas per minggu. Hasil penjualan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan sekolah atau donasi, menciptakan ekonomi sirkular sederhana.

  2. Workshop Upcycle Fashion
    Khusus untuk sampah fashion, sekolah dapat menyelenggarakan workshop kreatif. Aksi 1%-nya berupa mengubah pakaian lama menjadi tas belanja atau aksesori. Kegiatan ini mengajarkan nilai daur ulang dan melawan budaya fast fashion secara praktis.

  3. Komposter dan Taman Sekolah
    Sampah organik dapat dikelola dengan komposter sederhana. Aksi 1%-nya adalah memilah satu wadah sampah organik dari sisa makan siang. Pupuk yang dihasilkan digunakan untuk menyuburkan tanaman di taman sekolah, menciptakan siklus berkelanjutan.

  4. Program Jumat Bersih yang Bermakna
    Program ini perlu dievolusi dari sekadar kerja bakti menjadi bagian dari sustainability engagement. Aksi 1%-nya berupa komitmen memungut dan memilah satu jenis sampah setiap Jumat. Hal ini memupuk tanggung jawab kolektif dan konsistensi.

Essai: Kesimpulan

IDN Times Xplore/WajuWundur_SMKN27JAKARTA

Berdasarkan pembahasan di atas, bisa disimpulkan bahwa sudah saatnya setiap siswa di sekolah mengambil peran dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan. Sekecil apa pun aksi yang dilakukan, tetap bisa memberi pengaruh besar kalau dilakukan bersama-sama.

Aksi sederhana 1% di sekolah, seperti memilah sampah atau mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, bisa memicu lahirnya budaya peduli lingkungan yang lama-lama jadi kebiasaan baik. Kalau hal ini terus dilakukan, karakter peduli lingkungan akan terbentuk dan terbawa dalam kehidupan sehari-hari.

Peran guru juga nggak kalah penting. Guru bisa menjadi contoh nyata bagi siswanya dalam menjaga lingkungan. Dengan sikap guru yang konsisten memberi teladan, siswa pun akan lebih mudah punya panutan dan terdorong untuk meniru hal positif tersebut. Jadi, usaha menumbuhkan karakter peduli lingkungan seharusnya terus berjalan, bukan hanya jadi wacana.

Tapi memang nggak bisa dipungkiri, masih ada hambatan dalam penerapannya. Salah satunya adalah jarak antara teori dan praktik. Banyak siswa sebenarnya paham tentang pentingnya mengelola sampah, tapi dalam keseharian masih sering abai. Budaya konsumtif, apalagi soal fast fashion, juga jadi tantangan karena tren pakaian baru yang terus bermunculan sering menggoda anak muda. Selain itu, keterbatasan fasilitas seperti tempat komposter, bank sampah, atau biaya untuk mengadakan workshop juga bisa jadi kendala teknis. Belum lagi, banyak program lingkungan yang awalnya semangat tapi lama-lama kendor karena kurang konsistensi.

Walaupun begitu, perubahan besar tetap selalu dimulai dari langkah kecil. Aksi 1% yang dilakukan di sekolah, seperti memilah sampah, mengolah sisa makanan, atau mendaur ulang pakaian lama, sebenarnya sudah cukup untuk menumbuhkan budaya peduli lingkungan. Kalau setiap siswa ikut ambil bagian, sekolah bukan hanya jadi tempat menimba ilmu, tapi juga jadi wadah lahirnya generasi yang sadar lingkungan dan siap menjaga keberlanjutan bumi untuk masa depan.

Infografik

IDN Times Xplore/WajuWundur_SMKN27JAKARTA

Infografik “Kenapa Harus Menjaga Bumi?” mengajak kita peduli pada lingkungan karena Bumi adalah satu-satunya tempat tinggal dan sumber kehidupan. Menjaga Bumi bisa dilakukan lewat langkah sederhana seperti setor botol ke bank sampah, membuat kompos di sekolah, upcycle pakaian lama, hingga ikut Jumat Bersih. Kebiasaan kecil ini mampu mengurangi sampah, menjaga ekosistem, melindungi dari dampak perubahan iklim, sekaligus membangun masa depan yang lebih sehat, hijau, dan berkelanjutan.

Infografik: Rubrik Pertamina

IDN Times Xplore/WajuWundur_SMKN27JAKARTA

Infografis “Pertamina: Green Energy for a Bright Future” menunjukkan bagaimana Pertamina menjadi garda terdepan dalam mewujudkan energi bersih untuk masa depan. Dengan berbagai langkah nyata seperti penyaluran biodiesel, pemanfaatan gas alam sebagai energi transisi, hingga pembangunan energi terbarukan, Pertamina berkomitmen menjaga Bumi agar tetap hijau dan berkelanjutan. Setiap upaya Pertamina bukan hanya sekadar inovasi, tetapi juga bukti nyata kepedulian terhadap lingkungan dan generasi mendatang.

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/WajuWundur_SMKN27JAKARTA
IDN Times Xplore/WajuWundur_SMKN27JAKARTA

Berikut adalah Behind The Scenes atau Foto Bercerita yang menggambarkan proses kami selama mengerjakan mading digital ini. Meskipun di tengah kesibukan masing masing, kami meluangkan waktu untuk berdiskusi, bertukar pikiran, menyampaikan pendapat satu sama sama lain secara terbuka. Selain itu kami juga melakukan wawancara dengan narasumber terkait untuk mendukung dan memperkuat data dari mading kami.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team