IDN Times Explore/TIM NIRW4NA_UPT SMA NEGERI 9 JENEPONTO
Di era digital saat ini, ada dua hal yang kini telah hidup berdampingan dengan manusia yaitu sosial media dan Artifical Intelligence (AI). Hal ini tentunya membawa banyak dampak kepada aspek-aspek di kehidupan kita mulai dari sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Jika benar sangat berpengaruh, mengapa kita tidak manfaatkan saja untuk iklim kita?
Perkembangan sosial media sangat pesat karena telah dijadikan sebagai sarana utama sebagai tempat orang-orang untuk berinteraksi dan berkomunikasi, salah satunya menyalurkan informasi melalui media sosial dengan memberikan saran dan pendapat. Disinilah kita sebagai pengguna sosial media terutama gen Z, dapat menyukarkan ide kita mengenai apa saja yang perlu dilakukan untuk tetap menjaga lingkungan dari dampak perubahan iklim, seperti Owen, Erika Richardo dan Pandawara Group.
Owen yang memiliki nama lengkap Jerhemy Owen, adalah seorang kreator konten dimana ia menyampaikan aspirasinya mengenai lingkungan disekitar. Baru-baru ini, ia memperkrasai gerakan #WeNanamPohon, yang pada ulang tahunnya yang ke-23, Owen mengajak masyarakat berpartisipasi dalam kampanye digital ini, dimana setiap 15 kali kontennya dibagikan, satu pohon akan ditanam. Awalnya, ia menargetkan penanaman 5.000 pohon, namun antusiasme publik membuat jumlahnya meningkat hingga 10.000 pohon. Puncak penanaman dilakukan di Kampung Cibulao, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, yang merupakan kawasan hulu Sungai Ciliwung. Aksi ini ia bagikan melalui TikTok dan Instagram, serta didukung berbagai pihak seperti WWF-Indonesia, Kementerian Kehutanan, dan platform Jejakin, bersama dengan para relawan dan influencer lain. Kegiatan Owen juga sangat didukung kekasihnya, Erika Richardo yang merupakan influencer yang menampilkan konten melukis di TikTok. Erika juga berhasil menggalang dana dan bekerja sama bersama dengan Yayasan Happy Heart Indonesia membangun kembali sekolah di NTB dengan fondasi Ecobrick yang ramah lingkungan.
Selain Owen dan Erika, ada juga Pandawara Group, sekelompok pemuda yang konsisten menyuarakan aspirasi mereka sekaligus terjun langsung menjalankan aksi nyata berupa pembersihan sampah di sungai-sungai Indonesia. Kehadiran mereka di media sosial bukan hanya sekadar berbagi konten, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk ikut menjaga lingkungan. Salah satu kegiatan terbesar dan paling berdampak yang mereka lakukan adalah aksi pembersihan Sungai Citarum di Jawa Barat dalam kurun waktu satu minggu. Pandawara bersama para relawan berhasil mengangkut lebih dari 351 ton sampah dari aliran sungai sepanjang ratusan meter. Demi keberhasilan aksi tersebut, mereka bahkan rela mengeluarkan biaya pribadi dalam jumlah besar untuk menyewa alat berat, menyediakan transportasi, serta menyiapkan berbagai kebutuhan pendukung. Aksi ini tidak hanya memberikan perubahan nyata pada kondisi sungai, tetapi juga membangkitkan kesadaran masyarakat luas bahwa persoalan lingkungan bisa diatasi dengan kerja sama dan kepedulian bersama. Kini Pandawara Group bersama dengan Bajau Indo menghadirkan inovasi terbaru mereka yakni perahu trash collector. Dengan kecanggihan dari perahu ini, memungkinkan mereka untuk mengambil sampah lebih cepat dengan kapasitas 2-3 ton sampah sekali operasi. Aksi ini tidak hanya memberikan perubahan nyata pada kondisi sungai, tetapi juga membangkitkan kesadaran masyarakat luas bahwa persoalan lingkungan bisa diatasi dengan kerja sama dan kepedulian bersama.
Melihat pencapaian-pencapaian mereka tentunya menjadi sebuah inspirasi bagi kita untuk ikut berpartisipasi, namun terkadang kita masih kurang dalam hal menentukan ide. Disinilah kita dapat memanfaatkan AI sebagai solusi. Artificial Intelligent (AI) yang kita tahu sebenarnya tidak hanya tentang generating jawaban tugas sekolah, dan gambar yang sering kita lihat di media sosial, namun dapat digunakan untuk sesuatu yang lebih besar, dimana salah satunya untuk keberlangsungan bumi kita.
Tempatkan di satu situasi dimana kita ingin mengubah pengeleloaan sampah pada sebuah taman, namun kita tidak tahu harus mulai dari mana terlebih dahulu. Di sinilah AI digunakan untuk mengakumulasi data-data yang diperlukan seperti jumlah pendatang taman, jumlah tempat sampah yang dibutuhkan, bahkan hingga sketsa konsep pembuatan bank sampah untuk disekitar taman dapat terbantukan dengan teknologi ini. Sudah banyak pakar yang sangat merekomendasikan pemanfaatan AI, seperti presentasi yang dibawakan Prof. Oliver, kepala German Research Center for Artificial Intelligence (DKFI), pada kegiatan kuliah tamu Institut Teknologi Bandung pada tahun 2022. Dimana fokus pertama pembahasannya yaitu AI dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi sampah di laut. Ia juga menambahkan bahwa di DFKI sendiri telah menggabungkan teknologi sensor dan AI untuk memantau kondisi laut sekaligus mengidentifikasi opsi-opsi penanggulangannya.