IDN Times Xplore/ AiOneToWin_SMA Kristen Petra 1 Surabaya
Eco Warriors, pernah bayangin ga sih seberapa banyak minyak jelantah yang masuk ke tubuh kita? Atau gimana ya ngatasin tumpukan minyak jelantah ? Kami dari AiOneToWin bakal jawab pertanyaan pertanyaan ini lewat karya mading kita! Dari karya mading ini diharapkan Eco Warriors bisa lebih paham nih untuk mengelola minyak jelantah. Langkah kecil kita, menentukan kondisi bumi kedepannya!
Minyak jelantah, merupakan sebuah limbah yang tanpa disadari telah diproduksi manusia setiap harinya. Tanpa perlu melangkah jauh untuk pergi ke dapur dengan jumlah produksi gorengan yang sangat tinggi. Salah satu contohnya hadir dari dapur kantin sekolah. Siswa maupun masyarakat sekolah tentu pernah membeli produk dari kantin sekolah dan tidak sedikit dari produk tersebut merupakan makanan yang digoreng. Kemudian bagaimana bila proses penggorengan ini tidak memperhatikan penggunaan minyak atau pembuangan minyak bekas pakainya ?
Bila dilihat secara lebih dekat bumi saat ini sedang tidak baik-baik saja, salah satu permasalahan besar yang dihadapi adalah pencemaran lingkungan yakni kondisi terkontaminasinya lingkungan oleh berbagai faktor. Hal ini tentu hadir karena suatu alasan, berbagai hal dapat menjadi faktor dari terjadinya pencemaran lingkungan. Dari 2 faktor utama dalam pencemaran lingkungan (alam dan manusia) nyatanya kegiatan manusia memainkan peran yang besar pada peristiwa ini.
Setiap harinya manusia tentu menghasilkan berbagai limbah. Tapi nyatanya, tidak semua dari limbah yang dihasilkan oleh manusia dapat terurai secara langsung oleh alam. Bahkan, tidak sedikit dari limbah tersebut sulit untuk diurai dan dapat membahayakan lingkungan, apalagi bila dibuang secara sembarangan. Salah satu contohnya datang dari sampah rumah tangga yakni sisa minyak proses memasak atau dikenal dengan minyak jelantah. Faktanya, Indonesia mampu menghasilkan 1,2 juta kiloliter limbah minyak jelantah secara nasional pada 2023. Penggunaan minyak jelantah berulang kali dapat membahayakan kesehatan individu yang memakan hasil penggorengan tersebut, tak hanya berbahaya bagi kesehatan minyak jelantah yang dibuang sembarangan juga dapat mencemari tanah dan air. Dampaknya? Kerusakan lingkungan yang semakin parah.
Di SMA Kristen Petra 1 sendiri permasalahan ini telah ditangani. Salah satu cara yaitu menjalankan GSS (Gerakan Sekolah Sehat) dengan melakukan pengecekan rutin pada produk yang dijual di kantin SMA Kristen Petra 1, produk ini dipastikan agar tetap nikmat namun, juga sehat bagi pembeli. Pada sekolah ini juga tersedia fasilitas kebersihan yang memadai seperti sarana olahraga untuk siswa, kantin sehat yang menyediakan makanan sesuai segitiga gizi, dan fasilitas pemeriksaan dokter umum dan gigi secara rutin. SMA Kristen Petra 1 juga menyediakan tempat sampah yang dibedakan berdasarkan kategorinya (sampah organik, anorganik dan B3). Tidak sampai disitu saja, sekolah ini juga telah memiliki program water treatment plant dimana air dari limbah kamar mandi sekolah akan diolah menjadi air untuk menyiram taman sekolah.
Dengan kondisi kerusakan lingkungan saat ini maka diperlukan pendekatan baru. Tidak hanya mengandalkan upaya yang telah lama hadir dalam menyuarakan kondisi bumi. Pendekatan ini membutuhkan energi baru dari para pemuda. Ide dan inovasi mereka juga dapat menjadi pertimbangan dalam pendekatan ini. Selain itu, juga dibutuhkan sebuah penguatan dari sisi edukasi dan teknologi melalui sosial media dan hal yang dekat dengan anak muda saat ini. Hal ini juga didukung dengan tingginya kesadaran anak muda saat ini, dimana ditemukan bahwa 85% generasi muda saat ini memiliki kesadaran terhadap tanggung jawab lingkungan
Pendidikan sebagai sebuah dasar dari pembentukan individu maka tidak hanya mengedepankan nilai akademik tetapi juga perlu untuk berfokus pada perkembangan karakter bagi tiap individu. Pendidikan perlu untuk menanamkan kepedulian alam dalam prosesnya. Sosial media sebagai bentuk dari perkembangan teknologi juga dapat dimanfaatkan sebagai sebuah wadah pembelajaran dimana dapat disampaikan mengenai pencemaran yang terjadi. Dengan hal tersebut maka generasi muda dapat semakin tergerak untuk menyuarakan dan berani berinovasi untuk memperbaiki bumi. Bila pendidikan dan teknologi dapat berjalan berbarengan sebagai langkah kecil seperti untuk berinovasi dalam mencari solusi bagi limbah minyak jelantah maka akan menuntun untuk tujuan utama yakni pulihnya bumi.
Namun, perkembangan dari pendidikan dan teknologi dalam upaya pulihnya bumi juga memerlukan perhatian dari pemerintah. Pemerintah perlu untuk menyediakan wadah dan fasilitas bagi anak mudanya dalam berinovasi. Selain itu, dukungan dari masyarakat juga dibutuhkan. Ditambah dengan respon masyarakat terhadap upaya yang dilakukan menjadi sebuah faktor utama dari semangat para pemuda dalam inovasinya untuk bumi. Generasi muda, pemerintah serta masyarakat luas merupakan sebuah satu kesatuan yang sangat penting dalam upaya ini.