IDN Times Xplore/Fortunleaf_MAN 3 Bogor
Pemilahan sampah adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan, namun seringkali disepelekan oleh masyarakat karena kurangnya kesadaran tentang dampak jangka panjang dari sampah yang tidak dikelola dengan baik. Sampah bukan hanya urusan kebersihan, tetapi juga menyangkut kesehatan, kelestarian lingkungan, hingga kualitas hidup kita. Melalui tema "Tidak semua yang terbuang harus berakhir", kita mengajak generasi muda untuk menjaga bumi agar tetap bersih dengan cara memilah sampah dan mengolahnya kembali menjadi sesuatu yang lebih berguna
Pemilahan sampah berarti mengelompokkan sampah berdasarkan jenis, jumlah, dan sifatnya. Secara umum, jenis sampah dibagi menjadi tiga, yaitu sampah organik seperti sisa makanan, sayuran, dan daun-daunan yang dapat terurai secara alami, sampah anorganik seperti plastik, kaleng, dan kaca yang sulit terurai dan memerlukan perlakuan khusus, serta sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) seperti baterai bekas, limbah kimia, atau obat kadaluarsa yang harus ditangani dengan prosedur ketat karena berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Kenyataannya, sampah di Indonesia masih menjadi masalah besar. Data dari TPST Bantar Gebang menunjukkan bahwa sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) khusus DKI Jakarta mencapai 7.000 ton per hari. Padahal, idealnya TPA hanya menampung sekitar 20% dari total sampah, sedangkan 80% sisanya bisa didaur ulang menjadi bahan baku baru melalui konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Sayangnya, tanpa adanya pemilahan dari rumah tangga, proses 3R menjadi sulit dilakukan karena sampah sudah bercampur dan terkontaminasi.
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian dalam jurnal pengabdian masyarakat oleh Yuwana dan Adlan (2021), yang menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pemilahan sampah, misalnya di Desa Pecalongan, Bondowoso. Di sana, masyarakat masih membuang sampah sembarangan tanpa memilah dan juga belum memiliki fasilitas pembuangan sampah yang memadai. Namun, ketika diberikan edukasi dan disediakan tempat sampah terpilah, kesadaran masyarakat meningkat dan mereka mulai memahami nilai ekonomi dari pengelolaan sampah dengan sistem 3R.
Selain itu, tindakan sederhana seperti mendahulukan untuk membuang sampah yang berserakan di sekitar kita juga sangat penting. Sampah yang dibiarkan berserakan bisa mencemari tanah, masuk ke sumber air, bahkan menjadi sarang penyakit jika menampung air hujan. Hasil penelitian dan pengalaman masyarakat menunjukkan bahwa lingkungan yang bersih mendorong orang untuk lebih menjaga kebersihan, sedangkan lingkungan yang kotor justru membuat orang merasa “tidak apa-apa” untuk membuang sampah sembarangan. Artinya, langkah kecil seperti memungut sampah di sekitar kita bisa menularkan kebiasaan baik dan menumbuhkan budaya peduli lingkungan.
Pentingnya pemilahan dan pengelolaan sampah juga ditegaskan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang menekankan bahwa pengelolaan sampah harus dilakukan secara komprehensif, terintegrasi, dan berkelanjutan. Tujuannya bukan hanya mengurangi pencemaran, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi serta membentuk perilaku hidup sehat di tengah masyarakat.
Melakukannya sebenarnya bisa dimulai dari langkah kecil di rumah, yaitu memilah sampah yang kita hasilkan setiap hari. Sebab, membuang sampah ke tempat sampah saja sudah tidak cukup. Jika semua sampah bercampur lalu menumpuk di TPA, maka akan menimbulkan gas beracun yang memicu efek rumah kaca. Keadaan bisa menjadi bom waktu yang suatu saat bisa meledak, menimbulkan pencemaran udara, banjir akibat saluran tersumbat, bahkan kerusakan ekosistem.