- Sampah yang dibakarMereka berubah menjadi penyebab hilangnya 9 juta jiwa setiap tahunnya di seluruh dunia. Hal ini disebabkan zat berbahaya yang terkandung di dalam asap bekas pembakaran, seperti karbon monoksida (CO) yang berbahaya bagi tubuh manusia. Tidak hanya bagi manusia, di dalamnya juga terdapat zat lain yang berperan penting dalam pemanasan global dan bikin bumi kita ini jadi panas. Siapa lagi kalau bukan karbon dioksida (CO₂) dan gas metana (CH₄).
- Sampah yang dibuang di lautMereka akan merusak ekosistem laut dengan mulai meracuni biota laut seperti ikan, penyu, dan hewan laut lainnya. Ikan-ikan akan menganggap sampah itu sebagai makanannya lalu mulai menyantapnya satu per satu. Akibatnya sudah bisa ditebak, ikan-ikan tersebut akan keracunan dan tewas. Hal ini sangat disayangkan mengingat betapa banyaknya keanekaragaman hayati yang ada di negeri tercinta kita ini akan kalah saing dengan sampah yang tidak kalah banyak. Bahkan World Bank memprediksi sampah akan meningkat hingga mencapai 3,40 miliar ton di tahun 2050. Jika hal itu terjadi, kita tidak bisa menikmati keindahan ikan beserta terumbu karangnya, tapi yang kita lihat hanyalah sampah plastik, kaleng, dan bungkus mie instan yang berserakan di mana-mana.
- Sampah yang hanya dibiarkan saja
Bagi kamu yang kalau disuruh buang sampah susahnya minta ampun, kalian harus tahu ini. Sampah yang kalian pelihara sampai menumpuk itu akan menjadi sarang nyamuk, tikus, dan lalat. Hewan-hewan itu akan membawa bakteri berbahaya bagi kalian. Tak hanya itu, sampah yang dibiarkan terlalu lama akan mengeluarkan bau yang busuk banget dan tentu akan membuat kalian tidak nyaman. Lagian nih yaa, apa susah sih buang sampah? Toh, nanti yang dapat manfaatnya kan kalian sendiri juga. Iya nggak?
[MADING] Dari Kita Untuk Kita

Mengangkat tema tentang kepedulian kita kepada bumi dengan mading yang berjudul "Dari kita untuk kita"
Kami sadar, tulisan ini jauh dari sempurna Kami hanya sekelompok penenun kata, mencoba membisikkan kisah tentang bumi yang sekarat, tentang santri yang belajar mencintai dengan cara paling sederhana: memungut sampah, menanam pohon, atau hanya diam di bawah langit dan merenung. Jadi kalau ada salah-salah kata, kekurangan isi, atau hal yang kurang berkenan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, Kami masih belajar. Dan kami bersyukur kamu sudah mau membaca sampai di sini, Karena seperti bumi yang tak pernah benar-benar marah, kami pun berharap pembaca sudi memberi maaf, dan mungkin... sedikit senyum.
Terimakasih kepada Bapak Ibu guru SMK Pelita Al Qur’an, Ustadz Ustadzah Pondok Pesantren Al Munnir Wonosobo yang telah membimbing kami dengan ilmu dan keteladanan, serta kepada sahabat-sahabat seperjuangan yang senantiasa menguatkan di saat kami hampir menyerah. Jazakumullāhu khairan katsīr, Semoga langkah-langkah kita selalu dalam lindungan dan ridha-Nya.
Kami tidak ingin mengubah dunia. Kami bahkan tahu, satu tulisan tidak akan cukup untuk menyadarkan semua orang. Tapi kalau lewat buku ini ada satu anak muda yang mulai memungut sampah, satu teman yang mulai menanam pohon, atau satu keluarga yang berhenti membakar sampah sembarangan—itu sudah lebih dari cukup. Kami titipkan karya ini kepada pembaca sekalian dengan doa:
"Semoga Allah menanamkan kebaikan dari apa yang kita baca, dan menjadikan langkah kita menuju ridha-Nya."
let's start reading!!!
Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.
Esai: Latar Belakang

Bayangkan, setiap tahun 400 juta ton sampah plastik dihasilkan di muka bumi dan hanya 9% saja yang benar-benar didaur ulang. Sisanya kemana? Tentu saja kalau tidak dibakar yaa... berakhir renang sama penyu di laut. Perlu diketahui, jumlah ini belum mencakup keseluruhan sampah yang dihasilkan per tahunnya. Menurut data, jumlah keseluruhan sampah yang dihasilkan setiap tahunnya adalah lebih dari 2 miliar ton, atau setara dengan 33 ribu Monas yang ditumpuk. Wooww banyak banget!
Sampah-sampah yang tidak diolah dengan baik inilah yang akan menimbulkan banyak masalah bagi kehidupan kita. Mulai dari masalah kesehatan, pencemaran lingkungan, bahkan sampai ke perubahan iklim, loh!
Memangnya apa sih masalah yang ditimbulkan oleh si sampah ini? Mari kita bahas sama-sama. cek langsung di esay kami yaa..
Esai: Kesimpulan

Berikut pembagian dampak sampah sesuai dari cara pengolahannya:
SOLUSI
Terus, bagaimana sih cara mengatasi sampah yang kian hari kian bertambah? Kita dapat menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle):
Reduce (Mengurangi): Meminimalisir penggunaan barang-barang yang menghasilkan sampah, seperti kantong plastik sekali pakai, botol plastik, dan kemasan makanan berlebih.
Reuse (Memakai Kembali): Menggunakan kembali barang-barang yang masih layak pakai, seperti botol kaca untuk tempat minum, pakaian bekas untuk donasi, dan barang-barang elektronik untuk diperbaiki.
Recycle (Mendaur Ulang): Mengolah kembali sampah menjadi produk baru, seperti botol plastik menjadi tas belanja, kertas bekas menjadi kerajinan tangan, dan besi bekas menjadi bahan bangunan.
Infografik

TAHUKAH KAMU?
Krisis Sampah Dunia, lebih dari 2 miliar ton sampah dihasilkan di seluruh dunia. Dari jumlah itu, lebih dari 400 juta ton adalah sampah plastik, dan hanya sekitar 9% yang benar-benar didaur ulang, Sisanya berakhir di tempat pembuangan, dibakar, atau hanyut ke laut. Yang membuat polisi udara semakin tercemar.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 9 dari 10 orang di dunia menghirup udara yang tercemar. Polusi udara menyebabkan sekitar 7 juta kematian dini setiap tahun, menjadikannya salah satu ancaman lingkungan terbesar bagi kesehatan manusia saat ini. Tapi ini belum cukup untuk menyadarkan manusia agar bisa mengolah sampah dengan lebih baik lagi.
Pada tahun 2050 jumlah plastik di laut akan lebih banyak daripada ikan. Itu bukan fiksi, tapi prediksi ilmiah. jika tidak ada perubahan besar dalam cara manusia memproduksi dan membuang plastik. Saat ini, diperkirakan setiap tahun lebih dari 11 juta ton plastik bocor ke lautan. Dan angka itu terus naik. — Ellen MacArthur Foundation dan World Economic Forum
WHO telah mengungkapkan bahwa mikroplastik kini hadir dalam air minum, makanan laut, dan udara—meskipun efek kesehatan jangka panjangnya masih dalam penelitian — en.wikipedia.org. Bahkan, saat ini plastik telah ditemukan pada plasenta manusia, pembuluh darah, dan jaringan otak—menyebabkan kekhawatiran akan gangguan hormonal, reproduksi, dan inflamasi kronis .
Rubrik Diskusi: Infografik Pertamina

MENYELAMATKAN LINGKUNGAN DENGAN BERBAGAI CARA
Kita tidak akan berbicara tentang teori besar penyelamatan bumi. Tidak juga ingin menjadi pahlawan lingkungan. Kita hanya sedang bicara tentang hal sederhana: bagaimana mencintai tempat kita berpijak, dengan cara yang paling mudah yaitu dengan menjaga kebersihannya. Di sinilah kita berdiri. Sebagai generasi muda, sebagai santri, sebagai pelajar yang sedang mecari ilmu. Kita tidak hanya belajar tentang akhlak dan adab kepada sesama manusia, tetapi juga kepada alam. Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Sesungguhnya dunia ini adalah hijau dan indah, dan Allah telah menjadikan kalian sebagai khalifah di dalamnya. Maka perhatikanlah bagaimana kalian memperlakukannya.” (HR. Muslim).
Di sekolah ini, di tempat kita belajar dan tertawa setiap hari, bumi sedang mengamati kita. Ia tidak pernah bicara, tidak pernah menuntut. Tapi ia mencatat. Siapa yang membuang sampah senbarangan dan siapa yang memungut sampah berserakan walau bukan miliknya. Dari tangan-tangan kecil yang memungut, bukan merusak. Dari mulut yang mendoakan bumi, bukan mencibirnya saat banjir datang dan menyalahkan alam. Sekolah yang asri bukan hanya enak dipandang, tapi juga menyejukkan jiwa. Ia menjadi tempat tumbuhnya insan yang berilmu dan berakhlak mulia. Bumi yang berseri adalah cerminan hati yang bersih. Sebab orang yang menjaga bumi, sejatinya sedang menjaga amanah dari Allah. Dan jika satu sekolah bisa berubah, kenapa tidak satu kota? Satu negeri? Tapi kita tidak usah terburu-buru. Mari mulai dari satu kelas dulu. Dari satu orang dulu — mungkin dari kamu.
Beliau pernah berkata: ”Sekolah asri tidak terjadi dalam semalam. Ia tumbuh dari kebiasaan baik yang kita ulang setiap hari”
Foto Bercerita

Keringat yang senantiasa menemani, kami telah berusaha menyusun karya ini sebaik mungkin, karena setiap usaha akan selalu berbuah hasil. Langkah demi langkah kami lalui, setiap jalan kami tapak, tanpa ada rasa keraguan yang menyelimuti pikiran, ketangguhan hati yang menuntun kami sampai sejauh ini.
Foto Bercerita

Lelah menjadi teman sehari-hari bagi kami saat sedang mengerjakan karya ini, canda dan tawa juga tak luput keluar dari setiap ucapan yang kami lontarkan, walaupun banyak kesulitan yang suka sekali mengikuti kami. tapi, dengan adanya guru pembimbing yang hebat kami bisa membuangnya dengan mudah.