Akhir-akhir ini, istilah neurodiversity makin sering terdengar di dunia pendidikan. Mulai dari obrolan sesama guru, pelatihan pendidikan inklusif, sampai konten parenting di media sosial, semuanya ramai membahas topik ini. Sayangnya, banyak yang sudah sering mendengar, tapi belum benar-benar paham artinya. Ada juga yang langsung mengaitkannya dengan 'anak berkebutuhan khusus' saja. Padahal, makna neurodiversity sebenarnya jauh lebih luas dari itu.
Sederhananya, neurodiversity mengajak kita melihat perbedaan cara kerja otak sebagai hal yang wajar. Gak semua anak berpikir, belajar, dan bereaksi dengan cara yang sama. Ada yang cepat tangkap lewat gambar, ada yang kuat di kata-kata, ada juga yang butuh waktu lebih lama untuk fokus. Perbedaan ini bukan sesuatu yang salah atau harus diperbaiki. Di dunia pendidikan, pemahaman ini penting agar sekolah gak lagi memaksakan satu standar untuk semua anak.
