Ada teori kalau gender saudara kandung itu secara tidak langsung bisa mempengaruhi kepribadian seseorang. Namun, sekelompok akademisi dari Victoria University of Wellington lewat The Conversation pernah mempublikasikan hasil temuan mereka dari 85.000 sampel. Hasilnya ternyata tidak sama dengan riset dan asumsi yang berkembang.
Bukannya mempengaruhi kepribadian dan gender conformity (perilakunya sesuai dengan stereotip dan ekspektasi gender yang berlaku), keberadaan saudara kandung beda gender ternyata lebih berpengaruh pada keputusan mereka di masa depan. Misalnya, hasil riset di Denmark dan Amerika Serikat menemukan kalau perempuan dengan saudara laki-laki cenderung berpenghasilan lebih rendah.
Sementara itu, di Asia, perempuan dengan adik perempuan condong menikah awal dan sebaliknya, perempuan dengan kakak perempuan kebanyakan memilih menunda menikah. Ini diamini riset Doughty, dkk. dalam Journal of Family Issues pada 2015 yang menemukan kalau keberadaan saudara kandung beda gender bisa jadi prediktor dalam keputusan mereka saat menjalin hubungan romantis.
Memang belum banyak studi spesifik dan satu suara soal saudara beda gender, tetapi dinamika relasi mereka sudah jadi bahan psikoanalisis menarik dalam berbagai karya sastra. Bahkan, beberapa penulis novel klasik pun membahas dinamika itu, terutama dari perspektif peran dan ekspektasi gender yang berkembang pada masa itu. Mau tahu lebih jauh? Berikut lima rekomendasi novel klasik sampai kontemporer yang bisa kamu baca!