ilustrasi membaca Al-Qur'an (Pexels.com/Abdullah Ghatasheh)
Dalam agama Islam, terdapat tingkatan-tingkatan untuk beberapa hal, misalnya surga dan neraka. Surga yang paling tinggi adalah Firdaus, sedangkan neraka yang paling atas adalah Jahanam.
Begitu juga dengan iman, ada tingkatan yang membedakan setiap muslim di mata Allah SWT. Dari laman Bacaan Madani, Rumaysho, dan muslim.or.id, ada lima tingkatan iman dalam Islam, yakni
a. Muslim
Berasal dari kata islam atau salima yang berarti 'selamat' atau 'sejahtera'. Ini merupakan tingkatan terendah karena seorang muslim merupakan orang yang baru menyatakan berserah diri atau tunduk kepada Allah SWT dan hanya mengakui bahwa Allah-lah Tuhan yang berhak disembah.
b. Mukmin
Ketika seorang muslim membarengi pengakuannya terhadap Allah dengan memantapkan keyakinan hati, mengucapkan lewat lisan, serta membuktikannya dengan perbuatan, maka dirinya disebut sebagai mukmin.
Secara etimologis, mukmin berasal dari kata iman yang bermakna 'percaya'. Seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya, iman tentu bukan perkara pengakuan saja, tetapi juga tentang meyakini secara penuh serta dibarengi dengan ucapan dan perbuatan yang membenarkan keyakinan tersebut.
c. Muhsin
Di atas mukmin, ada golongan muhsin. Akar katanya adalah ihsan yang berarti 'baik'. Bagaimanakah orang yang muhsin itu?
Dalam sebuah hadis panjang, Rasulullah SAW pernah didatangi oleh Malaikat Jibril dalam wujud seorang laki-laki ketika sedang "duduk-duduk" bersama para sahabat. Malaikat Jibril bertanya tentang ihsan, Nabi pun menjawab,
"Yaitu engkau beribadah kepada Allah, seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Muslim).
d. Mukhlis
Ikhlas artinya tulus. Ketika seseorang beribadah dengan tulus kepada Allah, semata-mata hanya mengharapkan rida-Nya dan bukan mengharap pujian manusia, maka ia disebut sebagai mukhlis.
e. Muttaqin
Yang terakhir adalah muttaqin atau orang yang bertakwa. Mereka bukan sembarang menjalankan ibadah. Para muttaqin dengan totalitas penuh menghamba kepada Allah. Mereka beribadah semata-mata untuk mendapatkan rahmat-Nya serta meninggalkan perbuatan maksiat karena takut akan siksa-Nya.
Untuk sampai ke derajat ini, tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Gemerlap dunia dan bisikan setan kerap melalaikan kita. Selain itu, Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa perkara takwa bukan hanya pada anggota badan saja, tapi juga melibatkan hati.
Oleh karena itu, mereka yang senantiasa menjaga takwa sama sekali tidak disia-siakan oleh Allah SWT. Golongan muttaqin diberi ganjaran luar biasa, mulai dari
- mendapat ampunan dan diberi jaminan surga (QS. Ali Imran, [3]:146);
- diberi solusi terhadap permasalahan hidup yang dihadapi (QS At-Thalaq, [65]:2);
- dihapuskan dosa serta diberi pahala yang berlipat (QS At-Thalaq, [65]:5); dan
- diberi rezeki dari arah yang tak terduga-duga (QS At-Thalaq, [65]:3).
Wallahu a'lam bishawab.
Setelah mengetahui pengertian iman di atas, sudah sepatutnya bagi kita untuk mengoreksi diri, "Sudahkah hati kita percaya? Sudahkah ucapan dan perbuatan kita mencerminkan kepercayaan tersebut?" Semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjuk serta menjaga dan mengokohkan keimanan kita. Aamiin yaa Rabbal 'aalamiin.