ilustrasi ceramah di sekolah (unsplash.com/Herlambang Tinasih Gusti)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati, para guru/rekan kerja, panitia yang luar biasa kreatif, dan hadirin yang wajahnya berseri-seri seperti habis gajian.
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan kita nikmat kesehatan dan kesempatan untuk berkumpul pada hari ini. Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW.
Hadirin yang dirahmati Allah, memperingati Maulid Nabi ini, mari kita belajar salah satu akhlak mulia beliau, yaitu sifat kasih sayang. Nabi Muhammad SAW dikenal sangat lembut, bahkan kepada anak-anak. Kalau kita? Kadang lihat adik minta minum saja, kita jawab: "Ambil sendiri, kakimu masih ada, kan?" Padahal mencontoh Nabi itu ya ringan, dari hal-hal kecil seperti berbagi dan membantu.
Kalau dipikir-pikir, kita sering bilang cinta Rasulullah. Akan tetapi, kalau disuruh salat Subuh, masih negosiasi kayak mau beli motor second. Alarm sudah bunyi tiga kali, kita masih bilang, "5 menit lagi ya Allah, kayak promo e-commerce." Padahal Rasulullah justru selalu bangun lebih awal untuk salat malam.
Tapi tenang, Allah itu Maha Penyayang. Kalau kita berusaha memperbaiki diri sedikit demi sedikit, Insya Allah dicatat sebagai kebaikan. Jadi, jangan cuma sayang ke doi yang tiap hari kasih kita read doang, tapi sayang juga sama Allah dan Rasulullah dengan memperbaiki ibadah kita.
Akhir kata, mari kita jadikan Maulid Nabi ini sebagai momentum untuk belajar menjadi pribadi yang lebih sabar, penyayang, dan rajin ibadah. Ingat, sabar itu pahit di awal, tapi manis di akhir. Kalau cintamu pahit di awal dan di akhir, berarti bukan jodohmu, itu cobaan.
Sekian pidato yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.