Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kerajaan Tarumanegara (dok. Sejarah Cirebon)

Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan yang berdiri pada 450 Masehi. Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini terletak di daerah yang saat ini dikenal sebagai Kota Bogor, Jawa Barat. Wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang, dan Banten. 

Purnawarman adalah raja terkenal dari Tarumanegara. Sejarah tertua yang berkaitan dengan pengendalian banjir dan sistem pengairan adalah pada masa Kerajaan Tarumanegara.

Untuk mengendalikan banjir dan usaha pertanian yang diduga di wilayah Jakarta saat ini, maka Raja Purnawarman menggali sungai Gomati dan sungai Candrabaga. Setelah selesai melakukan penggalian sungai maka raja mempersembahkan 1.000 ekor sapi kepada brahmana. 

Sumber sejarah Tarumanegara yang utama adalah beberapa prasasti yang telah ditemukan. Berikut peninggalan-peninggalan dari kerajaan Tarumanegara.

1. Prasasti Ciaruteun

potret prasasti ciaruteun (twitter.com/holamigo_id)

Melansir buku paket Sejarah Indonesia Kelas X, Prasasti ini ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir, Cibungbulang, Bogor. Prasasti terdiri atas dua bagian, yaitu Inskripsi A yang dipahatkan dalam empat baris tulisan beraksara Pallawa dan bahasa Sansekerta, dan Inskripsi B yang terdiri atas satu baris tulisan yang belum dapat dibaca dengan jelas. 

Inskripsi ini disertai pula gambar sepasang telapak kaki. Inskripsi A isinya sebagai berikut: “ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”. Beberapa sarjana telah berusaha membaca inskripsi B, namun hasilnya belum memuaskan.

2. Prasasti Tugu

ilustrasi prasasti tugu (indonesia.go.id/situs budaya)

Inskripsi yang dikeluarkan oleh Purnawarman ini ditemukan di Kampung Batu Tumbuh, Desa Tugu, dekat Tanjung Priok, Jakarta. Dituliskan dalam lima baris tulisan beraksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Inskripsi tersebut berisi sebagai berikut.

“Dulu (kali yang bernama) Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja Purnawarman), untuk mengalirkannya ke laut, setelah (kali ini) sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnawarman yang berkilauan-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja, (maka sekarang) beliau memerintahkan pula menggali kali yang permai dan berair jernih, Gomati namanya, seteleh kali itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pandeta Nenekda (Sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal delapan paroh gelap bulan Phalguna dan selesai pada tanggal 13 paroh terang bulan Caitra, jadi hanya dalam 21 hari saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 busur (± 11 km). Selamatan baginya dilakukan oleh brahmana disertai persembahan 1.000 ekor sapi”.

3. Prasasti Kebon Kopi

ilustrasi prasasti kebon kopi (wikipedia)

Prasasti ini ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Prasastinya dipahatkan dalam satu baris yang diapit oleh dua buah pahatan telapak kaki gajah. Prasasti ini ditemukan oleh tuan tanah kebon kopi, Jonathan Rig, pada tahun 1863.  

Prasasti tersebut berisi tulisan “… jayaviśālasya tārūme(ndra)sya ha(st)inah… (airā)vatābhasya vibhātīdam=padadvāyam”. Tulisan ini memiliki arti “Di sini tampak sepasang telapak kaki…… yang seperti (telapak kaki) Airawata, gajah penguasa Taruma (yang) agung dalam…… dan (?) kejayaan”.

4. Prasasti Muara Cianten

ilustrasi prasasti muara cianten (kemendikbud)

Prasasti ini terletak di muara Kali Cianten, Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Inskripsi ini belum dapat dibaca. Inskripsi tersebut dipahatkan dalam bentuk aksara yang menyerupai sulur-suluran, dan oleh para ahli disebut aksara ikal. 

Keberadaan prasasti Muara Cianten pertama kali dilaporkan oleh N.W Hoepermans pada tahun 1864. Prasasti ini ditemukan tepatnya berada di tepi Sungai Cisadane dan kurang lebih 50 m ke muara Cianten.

5. Prasasti Jambu (Pasir Koleangkak)

ilustrasi prasasti jambu (kemendikbud)

Prasasti ini terletak di sebuah bukit (pasir) Koleangkak, Desa Parakan Muncang, Nanggung, Bogor. Inskripsinya dituliskan dalam dua baris tulisan dengan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta.

Isi dari prasasti tersebut adalah “Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya, adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang termasyhur Sri Purnawarman, yang sekali waktu (memerintah) di Tarumanegara dan yang baju zirahnya yang terkenal tiada dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang telapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging musuh-musuhnya”. 

6. Prasasti Cidanghiang (Lebak)

ilustrasi prasasti cidanghiang (kemendikbud)

Prasasti ini terletak di tepi kali Cidanghiang, Desa Lebak, Munjul, Banten Selatan. Dituliskan dalam dua baris tulisan beraksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. 

Prasasti Cidanghiang pertama kali dilaporkan oleh TB. Roesjan pada tahun 1947. Pada tahun 1954, Casparis dan Boechari berhasil mempublikasikan penelitian prasasti tersebut. Prasasti ini berisi pesan, “Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari Raja Dunia, Yang Mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja-raja.”

7. Prasasti Pasir Awi

ilustrasi prasasti pasir awi (kemendikbud)

Inskripsi ini terdapat di sebuah bukit bernama Pasir Awi, di kawasan perbukitan Desa Sukamakmur, Jonggol, Bogor. Inskripsi prasasti ini tidak dapat dibaca karena inskripsinya lebih berupa gambar (piktograf) dari pada tulisan. Di bagian atas inskripsi terdapat sepasang telapak kaki. 

Prasasti ini ditemukan oleh seorang arkeolog Belanda bernama N.W. Hoepermans yang dilaporkan pada tahun 1864. Menurut laman Kemendikbud, Rogier Diederik Marius Verbeek menyatakan piktograf tersebut menggambarkan angka tahun. Namun hingga saat ini belum ada yang memastikannya dengan akurat. 

Demikian informasi mengenai peninggalan-peninggalan kerajaan Tarumanegara yang pernah berdiri di Jawa barat. Kerajaan ini menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian pokok.

Editorial Team