5 Prediksi Tren Membaca Buku yang Mungkin Terlihat Tahun 2026

- Gen Z menjadi pembaca aktif yang dominan
- Komunitas digital mempercepat penyebaran literasi
- Format fleksibel: fisik, digital, audio, dan serial
Kebiasaan membaca terus berkembang mengikuti perubahan cara hidup dan pola konsumsi konten. Tahun 2026 diprediksi jadi momen di mana budaya baca makin kuat, terutama karena pengaruh generasi muda dan perkembangan platform digital. Tren-trennya bukan cuma soal jumlah buku yang dibaca, tapi bagaimana membaca mulai jadi bagian dari keseharian yang lebih personal dan relevan.
1. Gen Z makin dominan sebagai pembaca aktif

Peningkatan minat baca di Indonesia beberapa tahun terakhir banyak digerakkan oleh Gen Z. Mereka membaca bukan hanya untuk menambah pengetahuan, tapi juga untuk menunjang gaya hidup. Rekomendasi buku dari media sosial, reading vlog, dan thread rekomendasi jadi pemicu munculnya pembaca baru. Gen Z juga lebih eksploratif, mencoba genre yang sebelumnya kurang populer, seperti autofiksi, esai personal, sampai romance kontemporer.
2. Komunitas digital mempercepat penyebaran literasi

Booktok, Bookstagram, dan komunitas baca daring semakin memengaruhi perilaku pembaca di 2026. Diskusi buku jadi kegiatan sosial yang interaktif, mulai dari review pendek, diskusi komentar, hingga tantangan membaca bersama. Pola viral di media sosial turut mengangkat banyak judul yang sebelumnya tidak terlalu terlihat. Efeknya, buku bisa mencapai lebih banyak orang tanpa harus menunggu promosi besar dari penerbit.
3. Format fleksibel: fisik, digital, audio, dan serial

Pembaca modern nggak lagi terpaku pada buku fisik. Banyak yang nyaman membaca e-book saat commute, mendengarkan audiobook ketika beraktivitas, atau mengikuti cerita berseri digital yang dirilis per bab. Kehadiran berbagai format ini bikin membaca terasa lebih mudah disesuaikan dengan waktu dan rutinitas harian. Di 2026, tren ini diprediksi makin kuat karena platform penulisan dan aplikasi membaca semakin matang.
4. Akses buku makin meluas ke berbagai daerah

Dengan semakin banyaknya program literasi dan ekspansi event buku, seperti pameran besar yang mulai menjangkau kabupaten dan kota kecil, akses terhadap buku terus membaik. Anak-anak dan pembaca muda di daerah yang sebelumnya sulit mendapatkan buku kini punya kesempatan lebih besar. Perkembangan ini bukan cuma soal penjualan buku, tapi juga upaya membangun kebiasaan membaca sejak usia dini, yang nantinya memperkuat ekosistem literasi nasional.
5. Membaca sebagai ritual self-care

Semakin banyak orang yang melihat membaca sebagai bagian dari kesehatan mental. Tren ini muncul karena kebutuhan untuk mencari aktivitas yang tenang, fokus, dan minim distraksi digital. Membaca di malam hari, menghabiskan akhir pekan dengan novel ringan, atau sekadar membuka beberapa halaman sebelum tidur jadi kebiasaan yang membantu menjaga keseimbangan hidup. Di 2026, membaca diprediksi semakin melekat sebagai aktivitas reflektif yang memberi ruang aman dari kesibukan.
Membaca di 2026 bukan sekadar hobi, tapi juga cara terhubung dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan digital yang semakin ramai. Fleksibilitas format, komunitas yang aktif, dan akses buku yang lebih merata bikin kebiasaan membaca terasa lebih mudah diikuti semua orang.


















