Silsilah Pangeran Diponegoro dan Sejarah Singkat Perang Jawa

Intinya sih...
- Pangeran Diponegoro, pahlawan nasional dari Yogyakarta, lahir pada 11 November 1785 dan berasal dari keluarga kerajaan.
- Perjuangan Pangeran Diponegoro dimulai dengan penyelewengan sistem penyewaan tanah oleh Belanda pada 1821 silam.
- Diponegoro memimpin perang melawan Belanda selama 5 tahun, mengakibatkan kerugian besar bagi Belanda dan akhirnya diasingkan hingga wafat di Makasar pada 8 Januari 1855.
Pahlawan adalah sosok yang dikenang karena keberanian dan pengorbanannya. Pahlawan nasional sendiri merupakan julukan bagi sosok yang berjasa pada bangsa Indonesia.
Salah satu sosok pahlawan nasional yang terkenal dan berasal dari Yogyakarta ialah Pangeran Diponegoro. Lewat perjuangannya, 2 juta masyarakat Pulau Jawa mampu bersatu melawan penjajahan Belanda di tahun 1825.
Sebagai bangsa yang menghargai jasa para pahlawan, keberanian Pangeran Diponegoro ini patut diteladani. Berikut ini silsilah Pangeran Diponegoro dan sejarah singkat perang Jawa atau perang Diponegoro. Simak ulasannya!
1. Silsilah Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro merupakan keturunan kerajaan. Beliau lahir di Keraton Yogyakarta pada 11 November 1785. Sedangkan, nama kanak-kanak beliau adalah Bendoro Raden Mas Ontowiryo.
Pangeran Diponegoro lahir sebagai putra raja ketiga Keraton Yogyakarta, yaitu Raden Mas Surojo yang akhirnya bergelar Sultan Hamengkubuwono III. Sedangkan, ibu beliau merupakan permaisuri Keraton Yogyakarta bernama Raden Ayu Mangkurowati.
Sejak kecil, Pangeran Diponegoro diasuh oleh kakek dan nenek buyutnya, yaitu Sultan Hamengkubuwono I dan Gusti Kanjeng Ratu Tegalrejo. Beliau tingga di luar keraton, yaitu di wilayah Tegalrejo.
Kakek dan nenek Pangeran Diponegoro mendidik beliau menjadi pribadi yang luhur dan cerdas. Kedekatan beliau dengan rakyat membuat Pangeran Diponegoro mengerti dengan sepenuh hati penderitaan yang terjadi di masyarakat di masa penjajahan Belanda.
Dekat dengan sang kakek, Pangeran Diponegoro lebih tertarik mempelajari hukum dan agama daripada politik. Beliau juga sempat menolak diangkat sebagai raja oleh sang ayah karena merasa hanya terlahir dari seorang selir.
Pangeran Diponegoro menikah dengan 9 perempuan dan dikaruniai 22 putra serta 5 putri. Beliau wafat pada 8 Januari 1855 di usia 69 tahun setelah diasingkan Belanda ke Makasar.
2. Sejarah latar belakang perlawanan Pangeran Diponegoro pada Belanda
Ketertarikan Pangeran Diponegoro dalam pemerintahan dimulai ketika beliau ditunjuk untuk membantu Sultan Hamengkubuwono V sebagai perwaliannya. Kala itu, Sultan Hamengkubuwono V masih berusia 3 tahun dan pemerintahan Keraton Yogyakarta sedang diintervensi oleh Belanda.
Sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro dimulai dengan adanya penyelewengan sistem penyewaan tanah oleh Belanda pada 1821 silam. Hal tersebut terjadi setelah Van der Capellen menjabat sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda yang baru.
Dengan dalih meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal, ia menerbitkan dekrit Van der Capellen pada 6 Mei 1823. Isi dekrit tersebut menyatakan bahwa seluruh tanah yang disewa oleh orang Eropa dan Tionghoa wajib dikembalikan ke pemiliknya paling lambat 31 Januari 1824.
Keputusan itu justru menyengsarakan rakyat karena dituntut mengembalikan uang sewa yang sebelumnya diberikan oleh orang Eropa atau Tionghoa. Pangeran Diponegoro pun berusaha membantu rakyat dengan membebaskan Pajak Puwasa petani agar dapat digunakan untuk biaya hidup.
Perselisihan dengan Belanda kian memanas setelah Belanda mengeluarkan perintah pembangunan rel kereta api yang ternyata melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro. Hal tersebut membuat beliau marah dan akhirnya menyatakan perang melawan Belanda.
3. Sejarah singkat perang Jawa
Perjuangan Pangeran Diponegoro melawan belanda dimulai pada 1825 silam. Tepatnya, pada bulan Juli 1825 Belanda mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Pangeran Diponegoro. Belanda menggerakkan 2 bupati senior dari keraton bersama serdadu gabungan Jawa-Belanda untuk menangkap beliau, namun beliau berhasil kabur bersama Mangkubumi Tegalrejo dan para pengikutnya.
Sejak insiden tersebut peperangan mulai pecah. Pemberontakan tersebut melibatkan 2 juta penduduk Jawa dan berlangsung selama 5 tahun. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah Perang Jawa atau Perang Diponegoro.
Dilansir laman Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia, Perang Diponegoro membuat Belanda kehilangan 8000 serdadu dari bangsa Eropa serta 7000 serdadu lokal. Perang tersebut juga menguras pundi-pundi Belanda, karena menelan biaya sekitar 25 juta gulden.
Pada 20 Maret 1830, Belanda berusaha menjebak Pangeran Diponegoro dengan berpura-pura berniat melakukan perundingan. Pangeran Diponegoro kemudian ditangkap di Magelang dan diasingkan. Pengasingan Pangeran Diponegoro dimulai dari Semarang (29 Maret 1830 sampai 5 April 1830), Manado (13 Juni 1830 sampai 20 Juni 1833) dan berakhir di Makasar (20 Juni 1833 sampai 8 Januari 1855). Kota Makasar menjadi lokasi Pangeran Diponegoro tutup usia dengan didampingi istri beserta anak-anaknya.
Hingga akhir hayat, Pangeran Diponegoro terus menyarakan perlawanan terhadap penjajahan. Beliau bahkan membuat sebuah buku tentang perjuangannya melawan Belanda yang berjudul Babad Diponegoro.
Semangat juang dan kecintaan Pangeran Diponegoro terhadap bangsa Indonesia ini patut diteladani. Kira-kira, apa yang sudah kamu lakukan untuk bangsa Indonesia?