Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi acara pernikahan
ilustrasi acara pernikahan (usnplash.com/Fahmi Ramadhan)

Dalam setiap acara pernikahan, selalu ada ekspektasi sosial yang seolah harus dipenuhi agar dianggap layak atau sempurna. Banyak pasangan yang merasa tertekan untuk menuruti berbagai standar yang ditetapkan oleh lingkungan, keluarga besar, maupun masyarakat luas. Tekanan tersebut sering kali menimbulkan stres, beban finansial yang berlebihan, bahkan mengganggu makna sejati dari pernikahan itu sendiri.

Faktanya, banyak standar sosial dalam pernikahan yang terbentuk dari kebiasaan turun-temurun tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau kenyamanan pribadi pasangan yang menikah. Beberapa hal bahkan tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai kehidupan masa kini. Memahami hal ini sangat penting agar pasangan dapat mengambil keputusan yang realistis, sehat, dan sesuai dengan kondisi mereka sendiri.

Agar perayaan cintamu menjadi lebih bermakna, yuk pahami ketujuh standar sosial dalam acara pernikahan yang tak wajib diikuti berikut ini. Keep scrolling!

1. Pesta pernikahan yang megah dan mewah

ilustrasi acara pernikahan (usnplash.com/Fery Abdurrahman)

Banyak orang beranggapan bahwa pernikahan yang indah harus diadakan secara besar-besaran di gedung mewah, dengan dekorasi megah, gaun mahal, serta hidangan yang berlimpah. Pandangan ini sering kali membuat pasangan muda merasa tertekan untuk mengadakan pesta di luar kemampuan finansialnya. Padahal, kemewahan tidak selalu mencerminkan kebahagiaan, dan pesta besar bukan jaminan kehidupan pernikahan yang bahagia di kemudian hari.

Memaksakan diri untuk mengikuti tren pesta mewah sering kali menimbulkan beban finansial yang berat. Alih-alih menjadi awal yang tenang, pasangan justru harus menghadapi utang setelah hari bahagia itu berakhir. Banyak pasangan kini memilih konsep intimate wedding atau pernikahan sederhana dengan jumlah tamu terbatas, yang justru terasa lebih hangat dan personal. Nilai kebersamaan, ketulusan, dan rasa syukur jauh lebih penting daripada gemerlap dekorasi yang hanya bertahan sehari.

2. Mengundang semua orang demi menjaga hubungan sosial

ilustrasi acara pernikahan (usnplash.com/Asso Myron)

Dalam budaya tertentu, tidak mengundang seseorang ke pesta pernikahan bisa dianggap tidak sopan atau menyinggung perasaan. Akibatnya, banyak pasangan merasa harus mengundang semua kenalan, rekan kerja, bahkan orang yang jarang berinteraksi, hanya untuk menjaga hubungan sosial. Hal ini menyebabkan acara menjadi terlalu ramai, tidak efisien, dan sering kali menguras biaya yang tidak sedikit.

Padahal, mengundang orang dalam jumlah besar bukanlah kewajiban. Pernikahan adalah momen pribadi yang seharusnya dihadiri oleh orang-orang yang benar-benar dekat dan memiliki makna dalam kehidupan pasangan. Mengutamakan kehangatan daripada jumlah undangan membuat acara terasa lebih tulus dan penuh makna. Tidak perlu takut jika ada pihak yang merasa tersinggung, karena keputusan tersebut merupakan bentuk keberanian dalam menjaga keseimbangan antara etika sosial dan kebahagiaan pribadi.

3. Menjalankan semua adat dan tradisi secara lengkap

ilustrasi acara pernikahan (usnplash.com/slfhri_)

Banyak daerah di Indonesia memiliki tradisi pernikahan yang panjang dan kompleks, mulai dari prosesi lamaran hingga upacara adat yang memakan waktu berhari-hari. Tidak jarang, tekanan untuk melaksanakan semua ritual ini datang dari keluarga besar yang ingin menjaga warisan budaya. Walau tradisi memang penting sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur, bukan berarti semuanya wajib dijalankan secara utuh.

Setiap pasangan berhak menyesuaikan tradisi dengan kemampuan dan keyakinannya. Menggabungkan unsur adat dengan konsep modern bisa menjadi pilihan yang lebih realistis. Misalnya, memilih hanya sebagian prosesi yang bermakna, atau menyesuaikan durasi acara agar tidak terlalu melelahkan. Esensi dari tradisi adalah nilai kebersamaan dan restu, bukan sekadar formalitas yang harus dipenuhi tanpa makna.

4. Wajib mengenakan gaun atau busana dengan desainer terkenal

ilustrasi acara pernikahan (usnplash.com/garpputra)

Pemilihan busana pengantin sering menjadi simbol status dalam sebuah acara pernikahan. Banyak yang merasa bahwa menggunakan karya desainer ternama akan menambah kesan elegan dan berkelas. Namun, pandangan ini justru menimbulkan standar tidak sehat, terutama bagi pasangan yang memiliki anggaran terbatas. Padahal, keindahan tidak selalu berasal dari label busana yang digunakan.

Busana pernikahan seharusnya mencerminkan kepribadian dan kenyamanan pengantin. Banyak perancang lokal dan penjahit berbakat yang dapat menghasilkan busana cantik dengan harga lebih terjangkau. Bahkan, menyewa gaun atau menggunakan kembali busana keluarga bisa menjadi pilihan bijak yang tetap memiliki nilai sentimental. Penampilan yang memancarkan ketulusan dan kebahagiaan jauh lebih menawan daripada sekadar mengejar gengsi.

5. Harus memiliki wedding organizer yang paling terkenal

ilustrasi acara pernikahan (usnplash.com/lingkarphoto)

Keberadaan wedding organizer atau WO memang membantu dalam mengatur kelancaran acara. Namun, tidak semua pasangan membutuhkan jasa dari penyelenggara yang terkenal dan mahal. Beberapa pasangan memilih untuk mengatur pernikahan secara mandiri bersama keluarga atau teman dekat. Langkah ini tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga memberikan rasa keterlibatan yang lebih personal dalam proses perencanaan.

Penting untuk memahami bahwa kesempurnaan sebuah acara tidak selalu bergantung pada reputasi penyelenggara. Banyak acara pernikahan sederhana yang berjalan lancar karena direncanakan dengan hati-hati dan komunikasi yang baik. Bagi sebagian pasangan, keterlibatan langsung dalam setiap detail justru menjadi kenangan berharga yang sulit digantikan. Fokus utama tetap pada kebersamaan, bukan pada siapa yang mengatur acaranya.

6. Memberikan suvenir mahal kepada tamu undangan

ilustrasi acara pernikahan (usnplash.com/Muhammad Qayyum Abdul Rahman)

Suvenir atau cenderamata sering dianggap sebagai bentuk penghargaan kepada tamu yang hadir. Namun, banyak pasangan terjebak dalam anggapan bahwa semakin mahal suvenir yang diberikan, semakin baik pula kesan yang ditinggalkan. Pandangan ini tidak selalu benar dan justru dapat membebani anggaran. Esensi dari suvenir adalah tanda terima kasih, bukan alat untuk menunjukkan kemampuan finansial.

Suvenir sederhana yang dipilih dengan hati bisa jauh lebih bermakna daripada barang mewah yang tidak berguna. Banyak pasangan kini memilih hadiah buatan tangan atau produk ramah lingkungan sebagai simbol kehangatan dan ketulusan. Bahkan, beberapa memilih tidak memberikan suvenir fisik sama sekali, melainkan menggantinya dengan donasi sosial atas nama para tamu. Langkah seperti ini menunjukkan empati dan nilai kemanusiaan yang lebih dalam daripada sekadar mengikuti kebiasaan.

7. Menyewa fotografer dan videografer profesional dengan harga fantastis

ilustrasi acara pernikahan (usnplash.com/KIKI)

Dokumentasi pernikahan menjadi salah satu bagian penting untuk mengabadikan momen berharga. Namun, tak sedikit pasangan yang merasa wajib menggunakan jasa fotografer terkenal demi mendapatkan hasil yang dianggap sempurna. Padahal, kesempurnaan dalam kenangan tidak ditentukan oleh mahalnya jasa dokumentasi, melainkan oleh ketulusan emosi yang terekam.

Banyak fotografer muda berbakat dengan gaya dokumentasi yang unik dan harga lebih terjangkau. Beberapa pasangan bahkan meminta bantuan teman yang memiliki kemampuan fotografi untuk mengabadikan momen mereka secara lebih natural. Kejujuran dalam setiap senyum dan tatapan akan jauh lebih berarti daripada hasil yang dipoles secara berlebihan. Yang terpenting adalah bagaimana setiap gambar menyimpan cerita dan emosi yang tulus dari hari bahagia itu.

Pernikahan yang bermakna bukan diukur dari besar kecilnya pesta, melainkan dari kualitas hubungan yang terjalin di dalamnya. Setiap langkah menuju janji suci seharusnya membawa kedamaian, bukan kekhawatiran tentang penilaian orang lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAtqo Sy