Dorita Setiawan, Manager of Institutional Research and Effectiveness at Sampoerna University pada Webinar Survei SMRC: Asesmen Publik tentang Pendidikan Online di Masa COVID-19. 18 Agustus 2020. IDN Times/Fajar Laksmita
Melalui pembelajaran daring, siswa diharapkan untuk tidak duduk di depan komputer selama 4-5 jam terus. Pertemuan melalui online adalah salah satu cara yang bisa dilakukan sekolah dalam proses pembelajaran jarak jauh. Hal yang terpenting di sini bagaimana siswa atau mahasiswa ikut serta dalam proses pembelajaran secara mandiri.
Dorita Setiawan, Manager of Institutional Research and Effectiveness at Sampoerna University menuturkan perihal LMS (Learning Management System) yang dimiliki oleh Sampoerna University. Dari awal pihaknya sudah memiliki sistem bagaimana mengatur dan memastikan mahasiswa yang bermasalah selama mengalami pembelajaran daring, hingga apa saja yang harus dilakukan.
Ia menambahkan, "Kita gak hanya bicara tentang silabus, tapi apa yang menjadi kebutuhan mahasiswa ketika belajar. Pada COVID-19 ini, fungsi yang paling tinggi pada LMS adalah kita tahu mana mahasiswa yang bermasalah kemudian dilakukan konseling dan tutoring. Dari perkuliahan daring, ada yang membutuhkan penanganan khusus karena subjek atau mata kuliah saat daring tidak terpenuhi", ujar Dorita.
Hal yang terpenting menurutnya adalah bagaimana mahasiswanya bisa ikut serta dalam proses belajar dan bagaimana mahasiswa bisa mandiri. Melalui LMS, ia memiliki track secara personal, pihak kampus sudah secara institusional memberi pengawasan secara berkala. Namun tentu saja ketika ada pandemik secara tiba-tiba, pihaknya harus melakukan banyak adaptasi.