Produk inovasi UGM (dok. UGM)
UGM melakukan panen raya perdana padi Gamagora (Gadjah Mada Gogo Rancah) 7 di Ngawi, Jawa Timur. Panen di lahan seluas 1,5 hektare milik warga di Desa Desa Dusun Guyung, Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi ini mampu menghasilkan sebanyak 9.6 ton gabah kering panen per hektare.
Membangun kemandirian universitas berarti juga membangun sebuah pilar kedaulatan bangsa. Universitas dalam hal ini memiliki peran krusial dan menjadi pusat inovasi teknologi serta hilirisasi riset sebab bangsa yang berdaulat adalah bangsa yang memiliki kemandirian secara intelektual dan teknologi. “Kita semua tentu meyakini bahwa riset dan inovasi menjadi elemen sangat penting bagi penguatan posisi pendidikan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan,” tuturnya.
Luaran hasil riset, inovasi, dan prototipe produk yang dihasilkan pendidikan tinggi diharapkan mampu menopang kedaulatan bangsa. Namun, di sisi lain, sebagian besar produk hasil riset pendidikan tinggi di Indonesia belum terpetakan, dan masih menghadapi persoalan sangat besar dalam hal izin produksi dan izin edar pada skala industri. Pada titik ini keberpihakan negara untuk menciptakan ekosistem inovasi dan hilirisasi menjadi sangat krusial bagi penguatan perguruan tinggi di Indonesia. Untuk menyikapi situasi tersebut, UGM berupaya untuk membangun ekosistem riset dan inovasi dengan mengorkestrasi berbagai komponen. Hal ini dimulai dari menetapkan flagship penelitian, memperkuat kelembagaan riset, memperbaiki sarana prasarana riset, dan membangun jejaring kemitraan riset seperti MIT REAP, Kedaireka, ADB, Primestep, dan PUAPT.
Selain itu, UGM juga memperkuat siklus riset ke hilirisasi mulai dari pengujian produk, penguatan R&D dan inovasi, fabrication laboratories, hingga katalisasi pengembangan kewirausahaan dan inovasi melalui UGM Science Technopark, dan pengembangan Intelectual Property Management Office (IPMO). Siklus tersebut diharapkan mampu membentuk ekosistem inkubasi dan akselerasi dengan luaran industrialisasi produk.
Perjalanan UGM hingga berusia 76 tahun ini tidak hanya melahirkan tokoh kepemimpinan bangsa dan para penggerak pembangunan sosial ekonomi di berbagai bidang, tetapi juga melahirkan berbagai karya riset dan inovasi yang dibutuhkan industri. Di bidang energi, UGM berhasil mengembangkan inovasi untuk sumber alternatif Energi Baru Terbarukan (EBT) Biodiesel dan Bioetanol dalam kawasan hutan, yakni pengembangan bioetanol dari tanaman sorgum dimana 100 ml air gula sorgum tersebut dapat menghasilkan 60 ml bioetanol lalu 3 batang tanaman sorgum bisa menghasilkan 100 ml air gula sorgum.
Selanjutnya di bidang pangan, inovasi UGM telah menghasilkan berbagai komoditas pangan dan pengolahan melalui label Gamafood. Di bidang teknik, berbagai inovasi juga telah dilahirkan dan diserap industri. Sementara itu, di bidang sosio humaniora, berbagai engineering kebijakan dan penguatan fondasi masyarakat semakin meneguhkan relevansi kampus terhadap tantangan sosial. Khususnya, di bidang inovasi kesehatan dan farmasi, UGM di antaranya berhasil melakukan hilirisasi produk seperti Rapid Assessment Diabetic Retinopathy (RADR), RZ-VAC (Vacuum Assisted Closure), Dental SilkBon, Divabirth, Aphrofit, dan Konilife Memora. Lalu ImunoGama Konilife Memora, Essonina, OST-D, Hesdrink.
Untuk publikasi internasional, tercatat sebanyak 1.825 publikasi yang didominasi artikel jurnal dengan melibatkan 690 kolaborasi internasional. UGM terus mendorong riset yang melibatkan kolaborasi termasuk kolaborasi dengan peneliti yang berasal dari berbagai institusi dan negara yang berbeda. Pasalnya, kolaborasi riset berpotensi untuk meningkatkan visibilitas dan dampak hasil riset yang lebih besar di komunitas ilmiah serta membantu peneliti untuk menyajikan solusi yang lebih komprehensif dan efektif. Setidaknya, UGM memiliki 12 Jurnal yang sudah terindeks di SCOPUS untuk mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas publikasi UGM. Capaian publikasi dan sitasi berdampak pada reputasi dosen di tingkat internasional. “Kita cukup berbangga, di tahun ini, 14 Dosen UGM Masuk Top 2% World Scientist 2025 dirilis oleh Stanford University, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang hanya 7 dosen,” katanya.
Untuk hilirisasi dan komersialisasi riset, UGM juga melakukan penguatan dan pengawalan inovasi dengan tingkat kesiapan teknologi dimana adanya penerimaan royalti dari hasil Inovasi produk yang diadopsi oleh Mitra Industri seperti Pengiriman tahap pertama 10 ton Benih Gamagora ke PT. Agrinas, Hilirisasi Ventilator Venindo, dan Makloon Coklat UGM CTLI untuk ATJ dan Tokyo Food. “Untuk padi Gamagora, produksi benih sudah mencapai 28,6 ton yang tersebar di 15 kabupaten dan kota diseluruh Indonesia,” ungkapnya.