Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_0696.JPG
Penyerahan bantuan oleh Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., (Kiri) kepada mahasiswa terdampak bencana Sumatra 2025 (dok. UGM)

Intinya sih...

  • UGM membentuk Emergency Response Unit untuk memberikan bantuan langsung kepada masyarakat terdampak bencana di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.

  • UGM memberikan bantuan langsung kepada 217 mahasiswa terdampak bencana, termasuk keringanan UKT, bantuan biaya hidup harian, makanan, paket sembako, biaya kos, hingga pendampingan konseling.

  • UGM juga mengirimkan tim relawan medis ke lokasi terdampak bencana untuk melakukan pendataan kebutuhan obat-obatan dan alat medis serta memberikan bantuan kesehatan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Provinsi Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara, Universitas Gadjah Mada membentuk Emergency Response Unit sebagai bentuk tanggung jawab institusional terhadap kemanusiaan dan pembangunan berkelanjutan. Pasca bencana, UGM segera memberikan bantuan langsung kepada masyarakat terdampak bencana melalui penggalangan dana bersama sivitas, mitra dan alumni. UGM mengakomodasi kebutuhan mahasiswa yang berasal dari wilayah terdampak. Tercatat ada 217 mahasiswa UGM yang terdampak bencana tersebut, terdiri 81 mahasiswa dari Aceh, 93 dari Sumatra Utara, dan 43 dari Sumatra Barat. 

Selain melakukan pendataan mahasiswa yang terdampak, UGM memberikan bantuan serta pendampingan yang diperlukan. Dari hasil pendataan, kebutuhan bantuan mahasiswa terdampak cukup beragam, mulai dari keringanan UKT, bantuan biaya hidup harian, bantuan makan, paket sembako, bantuan biaya kos, hingga pendampingan konseling. Bahkan, beberapa mahasiswa berpotensi mengajukan cuti akademik akibat kondisi keluarga di daerah asal yang kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, maupun sumber penghasilan. 

Tidak hanya itu, UGM juga memberangkatkan tim relawan yang terdiri dari tim medis yang terdiri dari dari dokter spesialis lintas disiplin, perawat, apoteker, nutrisionis, dan sanitarian dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) dan RSA UGM ke lokasi terdampak bencana. Para relawan tersebut melakukan pendataan kebutuhan obat-obatan dan alat medis, serta berkoordinasi dengan rumah sakit setempat untuk memastikan layanan kesehatan tetap berjalan secara optimal. Selama masa tanggap darurat ini, UGM sudah mengirim empat tim medis secara bergantian untuk memberikan bantuan kesehatan sekaligus memetakan kapasitas rumah sakit di Aceh.

1. UGM turut jadi bagian dari gerakan solidaritas

Universitas Gajah Mada (dok. UGM)

Sementara dari Tim psikososial, UGM juga memberikan perhatian khusus pada pemulihan psikologis penyintas. Tim ini berperan melakukan pendampingan langsung di lokasi bencana dan telah mengirimkan sejumlah anggota untuk terlibat secara aktif. Di samping itu, tim ini menyelenggarakan pelatihan pendampingan psikososial bekerja sama dengan Universitas Syiah Kuala, sebagai upaya memperkuat kapasitas pendampingan yang berkelanjutan di wilayah terdampak. Beberapa tim juga melakukan pengembangan teknologi terapan dengan memasang alat penjernih air bertenaga surya di puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Utara Utara serta pemasangan alat deteksi banjir dan tsunami di Aceh.

Terkait dengan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, UGM tengah menyusun rekomendasi yang dapat digunakan oleh pemerintah. Rekomendasi tersebut mencakup penyediaan hunian dan kawasan sementara, pemulihan ekonomi serta sosial budaya, hingga pembahasan aspek hukum dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Mengingat dampak bencana yang sangat luas dan masif, keberadaan hunian sementara sebelum transisi menuju hunian tetap menjadi kebutuhan yang sangat krusial.

Rektor Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., pada puncak peringatan Dies Natalis ini, Jumat (19/12), di Grha Sabha Pramana, menyampaikan ungkapan belasungkawa dan simpati mendalam atas musibah yang menimpa saudara-saudara di Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh. “Semoga keluarga terdampak senantiasa diberikan kesabaran, ketabahan, pemulihan yang cepat, serta nantinya lebih kuat,” katanya.

Dikatakan Rektor, UGM turut menjadi bagian dari gerakan solidaritas untuk membantu masyarakat yang terdampak musibah dengan mengirimkan bantuan ke lokasi bencana, UGM mengembangkan geoportal basis data, melakukan kajian eksisting bencana, menyusun sop dan mitigasi bencana,  menyusun skenario rehabilitasi dan rekonstruksi, melakukan pendampingan psikososial, dan mengelola komunikasi publik terkait mitigasi bencana. Bahkan untuk memperkuat kontribusi kemanusiaan, UGM juga bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk alumni, filantropis, BRIN, dan pemerintah pusat. “Berbagai inisiatif tersebut, saat ini diintegrasikan dengan langkah pemerintah pada masa tanggap darurat dan dalam penyusunan roadmap rehabilitasi-rekonstruksi yang dikoordinir oleh Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,”ujarnya. 

2. Kampus berdampak

Tim Medis UGM yang terdiri dokter spesialis lintas disiplin melakukan penanganan kesehatan bagi korban bencana banjir di Aceh (dok. UGM)

Mengusung tema Dies “Kampus Sehat, Pilar Kemandirian dan Ketahanan Bangsa” menegaskan Universitas Gadjah Mada dalam menjaga marwah institusi pendidikan tinggi berkomitmen menyediakan ruang pendidikan, serta ekosistem akademik bermutu dan berdampak. Upaya ini merupakan bentuk tanggung jawab UGM terhadap kemanusiaan, solidaritas kebangsaan, dan mendorong model pembangunan berkelanjutan yang adaptif terhadap perubahan iklim. 

Sebagai kampus berdampak, UGM di tahun 2025 ini berhasil menunjukkan berbagai kontribusi pengembangan di bidang kualitas sumber daya manusia, sosial-kemasyarakatan, dan perekonomian yang menjangkau aneka sektor, mulai dari upaya mendorong kemandirian bahan baku obat dan alat-alat kesehatan, penanganan stunting, TBC, mewujudkan kedaulatan pangan dan transisi energi yang berkeadilan, hingga melakukan adaptasi lingkungan, pengembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan, dan pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat. Dalam berbagai proses tersebut, UGM senantiasa berpegang pada tiga prinsip, yakni merakyat, mandiri, dan berkelanjutan

Sebagai universitas nasional, UGM memegang mandat sosial untuk menyelenggarakan fungsi pendidikan tinggi yang berkualitas serta terjangkau oleh masyarakat. Untuk menjaga keterjangkauan biaya pendidikan, UGM merancang program beasiswa. Pada tahun 2025 ini, UGM berhasil menggandeng kurang lebih 229 mitra penyedia beasiswa dan menjangkau sekitar 18.617 mahasiswa penerima manfaat. 

Dari sisi kemandirian pembiayaan, UGM juga menggiatkan berbagai program kerja sama di bidang tridarma, pemanfaatan aset, dan pemasukan pendanaan dari unit usaha UGM guna menopang biaya operasional pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk menjamin peningkatan kualitas pendidikan, perluasan akses publik bagi pendidikan, dan penguatan daya saing SDM nasional, UGM merancang Ekosistem Pembelajaran Inovatif (EPI) sebagai wujud transformasi pendidikan tinggi dalam menjawab tantangan masa depan. Inovasi dihadirkan dalam EduTech, melalui penyediaan MOOC di platform LMS eLOK—untuk kalangan internal, dan UGM Online—untuk publik. EPI yang dapat diakses oleh masyarakat merupakan bentuk nyata komitmen inklusivitas pengetahuan UGM. Langkah-langkah strategis ini tidak lain untuk mewujudkan UGM yang merakyat dan inklusif. 

Penguatan ekosistem inovasi berbasis kolaborasi dapat dilakukan melalui video diseminasi pengetahuan, yang efektif dalam menyebarkan informasi, menginspirasi kolaborasi lintas disiplin, dan memperkuat integrasi inovasi. Dengan penyampaian visual yang mudah diakses, ekosistem inovasi dapat berkembang lebih cepat, meningkatkan manfaat inovasi bagi masyarakat, serta mendorong partisipasi aktif dalam menciptakan solusi berkelanjutan. “UGM telah merilis 854 video diseminasi pengetahuan dari berbagai kluster di UGM, termasuk 531 video karya dosen yang tersedia di UGM Channel,” paparnya.

Untuk menjamin peningkatan kualitas SDM, UGM selalu memperhatikan bonus demografi. Pada satu sisi bonus demografi merupakan peluang dan modal kemajuan, tetapi pada sisi lain menjadi tantangan, terutama ketika kualitas kesehatan—fisik dan mental, serta berbagai penyakit degeneratif masih menjadi hambatan. Oleh karena itu, kualitas kesehatan adalah kunci karena menjadi prasyarat absolut lahirnya berbagai inovasi dan pengembangan iptek, yang menjadi pilar penting bagi resiliensi dan kedaulatan bangsa di tengah situasi global yang sangat dinamis. Rektor Ova menyebutkan sampai sekarang ini jumlah alumni UGM tercatat sebanyak 410.128 orang yang tersebar di berbagai daerah hingga ke manca negara. 

3. Karya riset dan inovasi

Produk inovasi UGM (dok. UGM)

UGM melakukan panen raya perdana padi Gamagora (Gadjah Mada Gogo Rancah) 7 di Ngawi, Jawa Timur. Panen di lahan seluas 1,5 hektare milik warga di Desa Desa Dusun Guyung, Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi ini mampu menghasilkan sebanyak 9.6 ton gabah kering panen per hektare.

Membangun kemandirian universitas berarti juga membangun sebuah pilar kedaulatan bangsa. Universitas dalam hal ini memiliki peran krusial dan menjadi pusat inovasi teknologi serta hilirisasi riset sebab bangsa yang berdaulat adalah bangsa yang memiliki kemandirian secara intelektual dan teknologi. “Kita semua tentu meyakini bahwa riset dan inovasi menjadi elemen sangat penting bagi penguatan posisi pendidikan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan,” tuturnya. 

Luaran hasil riset, inovasi, dan prototipe produk yang dihasilkan pendidikan tinggi diharapkan mampu menopang kedaulatan bangsa. Namun, di sisi lain, sebagian besar produk hasil riset pendidikan tinggi di Indonesia belum terpetakan, dan masih menghadapi persoalan sangat besar dalam hal izin produksi dan izin edar pada skala industri. Pada titik ini keberpihakan negara untuk menciptakan ekosistem inovasi dan hilirisasi menjadi sangat krusial bagi penguatan perguruan tinggi di Indonesia. Untuk menyikapi situasi tersebut, UGM berupaya untuk membangun ekosistem riset dan inovasi dengan mengorkestrasi berbagai komponen. Hal ini dimulai dari menetapkan flagship penelitian, memperkuat kelembagaan riset, memperbaiki sarana prasarana riset, dan membangun jejaring kemitraan riset seperti MIT REAP, Kedaireka, ADB, Primestep, dan PUAPT. 

Selain itu, UGM juga memperkuat siklus riset ke hilirisasi mulai dari pengujian produk, penguatan R&D dan inovasi, fabrication laboratories, hingga katalisasi pengembangan kewirausahaan dan inovasi melalui UGM Science Technopark, dan pengembangan Intelectual Property Management Office (IPMO). Siklus tersebut diharapkan mampu membentuk ekosistem inkubasi dan akselerasi dengan luaran industrialisasi produk. 

Perjalanan UGM hingga berusia 76 tahun ini tidak hanya melahirkan tokoh kepemimpinan bangsa dan para penggerak pembangunan sosial ekonomi di berbagai bidang, tetapi juga melahirkan berbagai karya riset dan inovasi yang dibutuhkan industri. Di bidang energi, UGM berhasil mengembangkan inovasi untuk sumber alternatif Energi Baru Terbarukan (EBT) Biodiesel dan Bioetanol dalam kawasan hutan, yakni pengembangan bioetanol dari tanaman sorgum dimana 100 ml air gula sorgum tersebut dapat menghasilkan 60 ml bioetanol lalu 3 batang tanaman sorgum bisa menghasilkan 100 ml air gula sorgum.

Selanjutnya di bidang pangan, inovasi UGM telah menghasilkan berbagai komoditas pangan dan pengolahan melalui label Gamafood. Di bidang teknik, berbagai inovasi juga telah dilahirkan dan diserap industri. Sementara itu, di bidang sosio humaniora, berbagai engineering kebijakan dan penguatan fondasi masyarakat semakin meneguhkan relevansi kampus terhadap tantangan sosial. Khususnya, di bidang inovasi kesehatan dan farmasi, UGM di antaranya berhasil melakukan hilirisasi produk seperti Rapid Assessment Diabetic Retinopathy (RADR), RZ-VAC (Vacuum Assisted Closure), Dental SilkBon, Divabirth, Aphrofit, dan Konilife Memora. Lalu ImunoGama  Konilife Memora, Essonina, OST-D, Hesdrink.

Untuk publikasi internasional, tercatat sebanyak 1.825 publikasi yang didominasi artikel jurnal dengan melibatkan 690 kolaborasi internasional. UGM terus mendorong riset yang melibatkan kolaborasi termasuk kolaborasi dengan peneliti yang berasal dari berbagai institusi dan negara yang berbeda. Pasalnya, kolaborasi riset berpotensi untuk meningkatkan visibilitas dan dampak hasil riset yang lebih besar di komunitas ilmiah serta membantu peneliti untuk menyajikan solusi yang lebih komprehensif dan efektif. Setidaknya, UGM memiliki 12 Jurnal yang sudah terindeks di SCOPUS untuk mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas publikasi UGM. Capaian publikasi dan sitasi berdampak pada reputasi dosen di tingkat internasional. “Kita cukup berbangga, di tahun ini, 14 Dosen UGM Masuk Top 2% World Scientist 2025 dirilis oleh Stanford University, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang hanya 7 dosen,” katanya.

Untuk hilirisasi dan komersialisasi riset, UGM juga melakukan penguatan dan pengawalan inovasi dengan tingkat kesiapan teknologi dimana adanya penerimaan royalti dari hasil Inovasi produk yang diadopsi oleh Mitra Industri seperti Pengiriman tahap pertama 10 ton Benih Gamagora ke PT. Agrinas, Hilirisasi Ventilator Venindo, dan Makloon Coklat UGM CTLI untuk ATJ dan Tokyo Food. “Untuk padi Gamagora, produksi benih sudah mencapai 28,6 ton yang tersebar di 15 kabupaten dan kota diseluruh Indonesia,” ungkapnya.

4. Pengabdian kepada masyarakat

Mahasiswa KKN PPM UGM bersama Wakil Rektor UGM Arie Sujito melakukan penanaman 540 bibit terumbu karang di Nagari Mandeh, Pesisir Selatan, Sumatra Barat (dok. UGM)

Menjadi Universitas Berdampak juga menyangkut bagaimana memberdayakan masyarakat. Di arena ini, UGM mengembangkan pengetahuan tepat guna melalui program pengabdian dan KKN-PPM atau KKN Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat yang menjadi bagian dari program inklusif berdampak bagi masyarakat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Sepanjang tahun 2025 ini, UGM telah menerjunkan sekitar 9.242 Mahasiswa ke 35 Provinsi, 28 Kabupaten/ Kota dan lebih dari 500 Desa/Kelurahan.

Program ini juga berhasil memperkuat sinergi dan kolaborasi dengan Kagama untuk pengembangan inovasi maupun peningkatan advokasi sosial sebagai bentuk penguatan kapasitas masyarakat. KKN-PPM bahkan sudah mendapatkan apresiasi dari Presiden Timor Leste dan berbagai mitra KKN-PPM sebagai keunggulan akademik UGM dan dapat direplikasi secara internasional. Internasionalisasi program pendidikan maupun pengabdian masyarakat di perguruan tinggi tidak terlepas dari peran digitalisasi teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan bentuk nyata globalisasi yang ditopang oleh perkembangan teknologi.

Di akhir pidato, Rektor Ova menegaskan usaha kolektif yang bersifat kelembagaan dalam penguatan pendidikan, riset, publikasi dan reputasi alumni tercermin dalam hasil pemeringkatan QS WUR UGM yang pada tahun 2026 dimana UGM berhasil mencapai peringkat ke-224 dunia. Capaian reputasi ini berarti bahwa UGM mengalami lompatan sebesar 15 tingkat dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, indikator Academic Reputation, yang menjadi salah satu komponen utama dalam QS WUR, juga berhasil naik 11 peringkat menjadi peringkat 134 dunia. 

5. UGM berharap mampu meneguhkan posisi diri sebagai enabler pembangunan SDM

UGM melakukan panen raya perdana padi Gamagora (Gadjah Mada Gogo Rancah) 7 di Ngawi, Jawa Timur. Panen di lahan seluas 1,5 hektare milik warga di Desa Desa Dusun Guyung, Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi ini mampu menghasilkan sebanyak 9.6 ton gabah kering panen per hektare (dok. UGM)

Sementara di pemeringkatan QS Sustainability Ranking 2026, UGM berhasil menduduki peringkat pertama di Indonesia dan peringkat 409 di tingkat global. Capaian ini mencerminkan upaya UGM yang berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan dan tanggung jawab sosial. “Terima kasih kepada seluruh sivitas universitas dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi positif bagi pengembangan UGM. Kita selalu berupaya untuk membangun kemandirian. Namun, translasi kemandirian bangsa ini tentu memerlukan upaya kolektif kita semua sebagai bangsa dan negara,” terangnya. 

Untuk mengantisipasi perkembangan masa depan, UGM berkomitmen untuk memperkuat kapabilitas dinamis dan mengubah budaya dari Teaching Culture menjadi Research and Innovation Culture. Ova menekankan beberapa komitmen UGM untuk menggiatkan program strategis dan mendukung perubahan budaya baru yang berdampak bagi pembangunan bangsa. Pertama, meningkatkan kualitas lulusan berdaya saing global. Kedua, menggiatkan ekosistem riset, inovasi, dan hilirisasi untuk mewujudkan kemandirian bangsa. Ketiga, menggiatkan program pengabdian masyarakat berbasis “Socio-techno Innovation”. Keempat, memperkuat ekosistem pendukung tridarma dengan mewujudkan green campus dan intelligent university secara berkelanjutan. 

Dengan sejumlah program yang telah dirancang dan dijalankan, UGM berharap mampu meneguhkan posisi diri sebagai enabler pembangunan SDM dan pengembangan teknologi masa depan. Melalui semangat, “Merakyat, Mandiri, dan Berkelanjutan”, UGM memiliki harapan menjadi perguruan tinggi yang senantiasa mempersembahkan karya pendidikan, penelitian, dan pengabdian dengan berorientasi pada kepentingan masyarakat, mendukung kedaulatan bangsa, serta mendorong pembangunan berkelanjutan. (WEB)

Editorial Team