5 Alasan Orangtua Gak Boleh Menghukum Anak dengan Cara Memukul

Mengajari anak-anak tentang perilaku yang dapat diterima, seperti melatih tanggung jawab, disiplin, mandiri, dan mengendalikan diri sendiri adalah bagian penting dari proses pengasuhan anak. Namun, banyak orangtua yang mengandalkan hukuman fisik, terutama memukul untuk mencapai tujuan tersebut.
Meskipun orangtua tak bermaksud menyakiti anaknya, tapi tindakan tersebut malah bisa menimbulkan trauma dan dampak buruk lainnya bagi si kecil. Dikutip Developmentalscience, seorang Profesor Ilmu Perkembangan Manusia dan Keluarga di Universitas Texas, Elizabeth Gershoff, mengatakan bahwa memukul anak merupakan sebuah kegagalan orangtua dalam mendidik anak mereka.
“Tugas orangtua adalah menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak,” kata Gershoff.
“Tentu saja, tidak semua kesalahan bisa diantisipasi, tidak ada orangtua yang bisa membuat dunia 100 persen aman untuk anaknya. Jadi, ketika anak melakukan kesalahan atau situasi buruk terjadi padanya, tanggung jawab orangtua adalah merespons dengan cara yang tidak menimbulkan kerugian fisik dan emosional,” imbuhnya.
Ada beberapa alasan mengapa orangtua tidak boleh menghukum anak dengan cara memukul. Nah, ini dia kelima alasannya!
1.Bisa menimbulkan trauma
Beberapa orangtua mungkin menganggap bahwa satu atau dua pukulan tidak seburuk itu. Namun faktanya, menghukum anak dengan cara memukul, walaupun itu hanya sekali dapat menimbulkan trauma pada diri mereka.
Gershoff mengungkapkan, kebanyakan orangtua memukul anak sebagai hukuman karena mereka mungkin merasa frustasi atas kehilangan kendali terhadap anak mereka. Ketika orangtua memukul, anak akan menghentikan aktivitasnya dan mulai menangis. Orangtua percaya bahwa itu berhasil, padahal itu tidak membantu.
Anak mungkin langsung diam, namun sebenarnya mereka diam bukan karena mendengarkan nasihatmu, melainkan fokus pada rasa sakit yang mereka rasakan akibat pukulanmu. Dilansir Verywell Family, penelitian menunjukkan, anak-anak yang mendapat hukuman fisik, seperti dipukul, didorong, dicubit, dan lain sebagainya lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental.
“Para peneliti menunjukkan bahwa hukuman fisik menempatkan anak-anak pada risiko tinggi terkena penyakit mental,” ujar Amy Morin, LCSW, seorang psikoterapis, dikutip Verywell Family.