Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak merasa lelah dengan aktivitasnya (pexels.com/Yan Krukau)

Di dunia yang semakin kompetitif, tekanan untuk menjadikan anak sukses sejak dini menjadi suatu fenomena yang sering terjadi. Istilah ini disebut dengan hurried child yang merujuk pada kondisi di mana anak dibebani dengan berbagai aktivitas dan tuntutan yang membuat kehilangan masa kecil penuh kebahagiaan. 

Anak-anak yang mengalami sindrom ini sering kali terjebak dalam jadwal padat, seperti les, kegiatan ekstrakurikuler, dan ditambah harapan tinggi dari orangtua. Akibatnya, anak menjadi stres, cemas, dan kehilangan kesempatan untuk bermain serta menjelajahi dunianya. Untuk itu sebagai orangtua yang bijak harus memahami bagaimana cara efektif menghindari sindrom hurried child, berikut ulasannya.

1. Siapkan ruang eksplorasi

ilustrasi anak melakukan eksplorasi dengan bahagia (pexels.com/Vlada Karpovich)

Sebagai orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak, salah satunya dengan menyediakan ruang eksplorasi untuk mengetahui minat dan bakat mereka. Tidak ada salahnya jika orangtua mengajak anak untuk mencoba melakukan beberapa kegiatan, namun harus dipahami jika tidak boleh memaksa.

Berikan dukungan terbaik untuk anak, tetapkan ekspektasi realistis, dan jangan memaksakan untuk berprestasi di semua bidang. Biarkan anak belajar dan tumbuh dengan cara yang mereka inginkan agar anak menjalani aktivitasnya dengan hati yang bahagia.

2. Lakukan komunikasi terbuka

ilustrasi ibu melakukan komunikasi dengan putrinya (pexels.com/Barbara Olsen)

Sering kali orangtua menganggap anak adalah bentuk mini dari dirinya, padahal anak adalah individu berbeda yang pasti mempunyai keinginan sendiri. Untuk itu, saat ingin memutuskan suatu hal sebaiknya lakukan komunikasi terbuka dengan anak untuk memahami apa yang mereka inginkan.

Tanyakan kepada anak tentang minat dan perasaan mereka, apakah mereka menikmati kegiatan yang diikuti atau malah merasa tertekan. Dengan mendengarkan keinginan anak, keputusan yang dibuat menjadi lebih bijak dan bisa diketahui kegiatan apa yang harus dilanjutkan atau dihentikan.

3. Berikan waktu luang

ilustrasi anak menggunakan waktu luang untuk melakukan hal yang disukai (pexels.com/Luna Lovegood)

Memberikan waktu luang kepada anak sangat penting untuk menghindari sindrom hurried child agar anak tidak merasa tertekan karena jadwal yang terlalu padat. Waktu luang memungkinkan anak untuk bermain dan bereksperimen, yang bisa meningkatkan kreativitas dan imajinasi mereka.

Dengan waktu luang yang tidak terstruktur, anak akan belajar untuk membuat keputusan sendiri dan menyelesaikan masalah yang penting untuk kemandirian. Waktu luang yang diberikan juga bisa membantu anak merasa lebih tenang dan bahagia.

4. Fokus pada proses bukan hasil

ilustrasi ibu yang mengajarkan anak untuk fokus pada proses bukan hasil (pexels.com/Kampus Production)

Ajarkan anak untuk menikmati proses belajar dengan fokus pada prosesnya bukan hasil agar bisa menikmati aktivitas tanpa beban. Fokus pada proses akan membuat anak belajar dari pengalaman dan memahami jika kesalahan adalah bagian dari pembelajaran.

Anak yang diberikan kesempatan untuk menikmati proses akan lebih termotivasi untuk mengembangkan keterampilan pengetahuan mereka, bukan hanya mengejar nilai atau penghargaan.

5. Berikan dukungan tulus

ilustrasi ibu yang selalu memberi dukungan untuk putrinya (pexels.com/Brett Sayles)

Dukungan emosional dari orangtua menjadi salah satu sumber kekuatan terbesar untuk anak dalam menghadapi kehidupan. Berikan dukungan tulus dan jangan membandingkan anak dengan yang lain karena setiap anak memiliki bakat yang berbeda. Pastikan untuk selalu membersamai, baik saat anak berhasil maupun mengalami kesulitan untuk memberikan rasa aman dan percaya diri.

Pendekatan yang tepat bisa membantu anak untuk tumbuh dengan bahagia dan terhindar dari sindrom hurried child. Dengan dukungan tulus yang tidak membebani akan membantu anak untuk mencapai potensi maksimal dan juga menciptakan kenangan indah yang akan selalu dikenang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team