ilustrasi latihan bersama (pexels.com/Mary Taylor)
Menanamkan jiwa kompetitif dalam diri anak tidaklah sama dengan menyuburkan kebenciannya terhadap lawan. Lawan tidak untuk dibenci. Tanpa lawan, tak akan ada kompetisi.
Makanya, keberadaan lawan dalam kompetisi sebenarnya sama pentingnya dengan adanya teman dalam kehidupan sehari-hari anak. Alih-alih cuma mengenal seseorang sebagai lawannya dalam sebuah kompetisi, anak justru harus mampu berteman dengannya di luar waktu pertandingan.
Bahkan latihan bersama pun bukan masalah. Sepanjang anak tak terlalu polos dengan menceritakan strategi-strateginya buat menghadapi kompetisi nanti karena itu sama dengan membocorkan rahasia dapur.
Tanpa arahan dari orangtua, ada dua akibat buruk yang perlu diwaspadai. Pertama, anak sama sekali tidak memiliki jiwa kompetitif sehingga kehidupannya sukar berkembang.
Kedua, anak berjiwa kompetitif tetapi menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya. Ia bahkan menjadikan segala hal sebagai bahan kompetisi. Seperti gaji, paras pasangan, gaya hidup, dan jabatan ketika dia dewasa.
Ini membuatnya menjadi pribadi dewasa yang selalu cemas bakal dikalahkan oleh orang lain. Yuk, segera diskusikan dengan pasangan untuk mulai menanamkan jiwa kompetitif yang sehat pada diri anak. Jangan sampai telat!