Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kamu Harus Punya Jiwa Kompetitif, Berusaha jadi yang Terbaik!

ilustrasi seorang yang kompetitif (pixabay.com/Sasint)

Pernahkah kamu memperhatikan teman sekelasmu dahulu yang selalu menjadi juara kelas? Jika diamati dari perilakunya, si juara kelas adalah seorang yang memiliki jiwa kompetitif yang besar dan ingin menjadi yang terbaik di antara teman-temannya. Karena ingin menjadi yang terbaik, ia pun tak segan untuk menginvestasikan waktunya lebih banyak dan mengeluarkan tenaga lebih besar untuk memperoleh nilai bagus.

Sebagaimana petuah "hasil tidak akan mengkhianati usaha", seorang yang mendapatkan hasil terbaik adalah ia yang memiliki usaha yang lebih besar. Energi tersebut didapatkan dari dalam jiwanya sendiri, karena sesuatu yang dipaksakan tidak akan berhasil. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang yang berhasil kamu harus memiliki jiwa kompetitif. Berikut beberapa alasannya.

1. Menghindarkanmu dari sifat malas

ilustrasi seseorang yang sedang bermalas-malasan (unsplash.com/Adrian Swancar)

Jiwa kompetitif atau keinginan bersaing untuk menjadi yang terbaik akan membentukmu menjadi seorang yang lebih rajin. Hal ini karena kamu memiliki kesadaran bahwa keberhasilan gak datang secara tiba-tiba, melainkan hanya bisa didapatkan dengan usaha yang keras. Terlebih lagi, jika kamu menginginkan sesuatu yang juga diinginkan oleh orang lain. Kamu akan memaksimalkan segenap waktu dan tenaga untuk mengalahkan pesaing-pesaingmu.

Sebaliknya, jika kamu gak memiliki jiwa kompetitif alias takut untuk bersaing, keadaan ini tak akan membawamu ke mana-mana. Ketakutan dalam mengalahkan orang lain akan memunculkan anggapan bahwa mendapatkan impian adalah hal yang sulit dicapai. Akhirnya, keadaan ini akan membuatmu tak melakukan apa pun dan bermalas-malasan sepanjang hari.

2. Menjadikanmu orang yang tidak mudah menyerah

ilustrasi seseorang yang tekun (unsplash.com/Steven Lasry)

Seorang yang berjiwa kompetitif adalah si pemberani yang gak takut gagal dan gak ragu  untuk mencoba kembali. Baginya, kegagalan menjadi bagian dari proses dalam mencapai keberhasilan. Karena fokus utamanya adalah mencapai keberhasilan, maka ia tak akan berhenti sebelum sampai pada apa yang diimpikan. Proses yang panjang dan melelahkan pun akan dilewati dengan penuh keberanian.

Hal ini akan berbeda dengan sikap orang yang tak punya jiwa kompetitif. Sekali menghadapi kegagalan, ia akan berpikir bahwa dirinya sudah mengalami kekalahan yang harus diterima dengan lapang dada. Alih-alih mencoba kembali, yang dilakukan hanyalah menerima kegagalan tanpa mengevaluasi kesalahan diri sendiri. Jangan sampai kamu menjadi orang yang seperti ini, ya.

3. Menciptakan versi terbaik dari dirimu sendiri

ilustrasi seseorang yang sukses (Nastya_Gepp)

Setiap orang memiliki potensi yang jika disadari dan dikembangkan akan menjadi nilai jual tersendiri bagi dirinya. Sayangnya gak semua orang sadar akan hal tersebut. Alhasil, potensi yang tak pernah tersentuh akan selamanya menjadi bakat terpendam.

Proses untuk menyadari potensi dalam diri tak semudah membalikkan telapak tangan. Hal tersebut membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Satu-satunya cara untuk menemukan potensi dalam diri adalah dengan melakukan berbagai macam hal untuk mencapai sebuah target yang diinginkan.

Nantinya kamu akan menemukan potensi yang gak semua orang punya, tapi kamu memilikinya. Setelah sadar akan hal tersebut, kamu hanya perlu mengembangkannya dan usaha tersebut akan menjadikanmu versi terbaik dari dirimu sendiri. Sekali lagi, hal ini hanya bisa didapatkan jika kamu memiliki jiwa kompetitif dan gak takut bersaing.

4. Berpeluang untuk mendapatkan prestasi yang lebih besar di antara teman-temanmu

ilustrasi menjadi juara (unsplash.com/Claudio Schwarz)

Pernahkah kamu mengamati perbedaan  perilaku antara si juara kelas dan si rangking terbawah di kelas? Si juara kelas pasti merupakan orang yang tidak pernah melewatkan sehari pun tanpa belajar. Berbeda dengan anak yang memiliki nilai terendah, kemungkinan besar ia jarang sekali mempelajari ulang materi-materi yang sudah diajarkan oleh guru di sekolah. Jiwa kompetitif yang dimiliki si juara kelas membuatnya selalu ingin menjadi yang terbaik di antara teman-teman yang lain.

Seorang yang berjiwa kompetitif akan berusaha lebih keras di antara para pesaingnya. Di saat orang-orang menghabiskan waktu 3 jam untuk belajar, maka ia tak segan-segan meluangkan waktu belajarnya 2 kali lipat dari itu. Bahkan, di saat yang lain bersenang-senang, ia akan memanfaatkan waktu luangnya untuk mengambil les tambahan di luar sekolah. Alasannya sangat realistis, yaitu ia ingin menjadi yang terbaik dengan melakukan usaha yang terbaik pula.

5. Menjadi kebanggaan keluarga, lingkungan sekitar bahkan negara

ilustrasi menjadi kebanggaan negara (unsplash.com/Fauzan Saari)

Meski tak semuanya, namun dalam beberapa hal, hidup adalah tentang berkompetisi  menjadi yang terbaik. Untuk mendapatkan kampus ternama, untuk mendapatkan karier yang bagus dan menduduki jabatan strategis di kantor, semuanya harus didapatkan melalui kompetisi. Tak bisa dipungkiri, seseorang dengan pencapaian yang baik akan lebih dihargai dan menjadi kebanggaan orang-orang di sekitarnya.

Seorang siswa yang berhasil memperoleh juara dalam ajang nasional akan menjadi murid kebanggaan sekolahnya. Lebih jauh, seorang yang berhasil mendapatkan medali emas  dalam kompetisi olahraga dunia akan menjadi kebanggaan negaranya. Sekali lagi, pencapaian-pencapaian besar tersebut hanya bisa didapatkan oleh orang-orang dengan jiwa kompetitif, terus berusaha dan gak takut bangkit dari kegagalan.

Demikian beberapa alasan mengapa dalam hidup kamu harus punya jiwa kompetitif. Hal ini mungkin akan membuat hidupmu lebih melelahkan. Tapi, percayalah bahwa lelahmu akan terbayar setelah mendapatkan hasil yang diinginkan. Kamu juga harus ingat, bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us