ilustrasi ibu memberi hadiah (pexels.com/RDNE Stock project)
Dalam menerapkan sistem reward, setiap anak gak bisa disamakan. Selain memahami karakternya, kamu juga mungkin perlu mempertimbangkan usianya agar hadiah yang diberikan bisa tepat sasaran. Dr. Eshleman menjelaskan, sangat penting untuk memastikan bahwa perilaku atau tugas yang diharapkan dapat dicapai berdasarkan usia dan kemampuan anak.
"Untuk anak-anak yang lebih kecil (di bawah 3 tahun), kamu gak perlu terlalu memikirkan hadiah atau mengeluarkan banyak uang untuk membelikannya mainan baru setiap kali ia berperilaku baik. Imbalan yang besar pada usia ini adalah perhatian ekstra positif seperti pelukan, ciuman, senyuman, atau pujian dari orangtua. Pujian bisa diungkapkan spesifik dengan menyebutkan perilaku baik anak," tambahnya.
Sedangkan, untuk anak usia sekolah mungkin butuh sesuatu yang bersifat lebih visual dari sekadar pujian. Misalnya, kamu bisa membuat jadwal harian yang diberikan tanda centang setiap kali ia beres mengerjakannya.
Setelah ia berhasil melakukan hal tersebut, kamu bisa memberinya tawaran untuk memilih makan malam favoritnya. Perlu diingat juga, sebaiknya jangan pernah meminta anak untuk melakukan terlalu banyak hal diluar kemampuannya.
Berikutnya, untuk anak usia remaja (dua belas tahun ke atas) sistem reward akan lebih kompleks lagi. Dilansir Verywell Family, Anisha Patel-Dunn, seorang psikiater, mengungkapkan, di usia ini kamu bisa menggabungkan imbalan yang lebih kecil dengan yang lebih besar untuk tujuan jangka panjang. Misalnya, saat ia berhasil meningkatkan nilai rapornya, berikan ia pujian dan hadiah yang sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.