Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak makan sendiri (pexels.com/Naomi Shi)
ilustrasi anak makan sendiri (pexels.com/Naomi Shi)

Setiap orangtua tentu ingin melihat anaknya tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan mandiri. Salah satu metode yang banyak dipilih adalah pola asuh Montessori yang menekankan kebebasan anak untuk belajar sesuai ritme mereka sendiri. Dengan pendekatan ini, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan dasar sejak dini melalui pengalaman sehari-hari.

Montessori bukan sekadar metode pendidikan, melainkan gaya hidup yang bisa diterapkan di rumah. Dengan memberikan ruang, pilihan, dan kesempatan untuk mencoba, anak-anak terbiasa mengambil keputusan sendiri. Hasilnya, mereka lebih bertanggung jawab, percaya diri, dan mandiri dalam berbagai aspek kehidupan.

1. Memberikan kebebasan dalam batasan yang aman

ilustrasi anak bahagia memakai baju favorit (pexels.com/Снежана)

Pola asuh Montessori mengajarkan bahwa anak perlu kebebasan untuk memilih, namun tetap dalam batasan yang aman. Misalnya, anak boleh memilih pakaian sendiri, tapi dengan opsi yang sudah disiapkan orangtua. Hal ini melatih mereka untuk mandiri sekaligus memahami adanya aturan yang harus diikuti.

Dengan kebebasan seperti ini, anak akan merasa dihargai dan punya kontrol terhadap keputusan kecil dalam hidupnya. Kebiasaan ini menumbuhkan rasa percaya diri sekaligus kemampuan bertanggung jawab. Seiring waktu, anak terbiasa mengambil keputusan tanpa harus selalu bergantung pada orangtua.

2. Menyediakan lingkungan yang ramah anak

ilustrasi anak merapikan mainan (pexels.com/Ron Lach)

Dalam metode Montessori, lingkungan memegang peran penting untuk mendukung kemandirian anak. Meja, kursi, lemari, dan peralatan makan sebaiknya dibuat sesuai ukuran tubuh anak agar mereka bisa menggunakannya tanpa bantuan. Dengan begitu, anak terdorong untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Ketika anak dapat mengambil dan merapikan barang sendiri, mereka belajar disiplin sejak dini. Lingkungan yang ramah anak membuat mereka merasa mampu melakukan sesuatu tanpa rasa takut gagal. Hal ini juga meminimalisir ketergantungan pada orangtua dalam aktivitas sederhana.

3. Melatih anak dengan aktivitas kehidupan sehari-hari

ilustrasi orangtua memasak bersama anak (pexels.com/Vanessa Loring)

Montessori menekankan pentingnya aktivitas nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk melatih kemandirian anak. Contohnya, anak diajak untuk menuangkan air, mengancingkan baju, atau menata meja makan. Aktivitas sederhana ini membangun koordinasi motorik sekaligus rasa tanggung jawab.

Melalui praktik berulang, anak akan terbiasa melakukan banyak hal tanpa diminta bantuan. Mereka merasa lebih percaya diri karena bisa menyelesaikan sesuatu dengan tangannya sendiri. Aktivitas kecil ini menjadi fondasi penting untuk membentuk kemandirian di masa depan.

4. Memberi kesempatan untuk mengalami trial and error

ilustrasi anak sedang belajar (pixabay.com/Muscat_Coach)

Dalam pendekatan Montessori, anak didorong untuk mencoba dan belajar dari kesalahan. Orangtua tidak langsung memperbaiki kesalahan, melainkan memberi waktu agar anak bisa menemukan solusinya sendiri. Hal ini melatih ketekunan dan kemampuan problem solving sejak dini.

Saat anak berhasil memperbaiki kesalahannya, mereka akan merasa puas dan bangga. Rasa percaya diri yang tumbuh membuat mereka berani mencoba hal baru tanpa takut gagal. Dengan begitu, kemandirian anak terbentuk secara alami.

5. Menghargai proses belajar, bukan hanya hasil

ilustrasi anak dan orangtua tersenyum bahagia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Montessori mengajarkan bahwa proses belajar lebih penting daripada hasil akhir. Anak diberi kesempatan untuk fokus pada aktivitas tanpa tekanan untuk selalu sempurna. Hal ini membantu mereka menikmati proses, sekaligus menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan.

Ketika orangtua menghargai usaha anak, mereka akan merasa lebih dihargai. Anak pun belajar bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar, bukan sesuatu yang memalukan. Sikap ini membentuk karakter mandiri yang kuat sejak usia dini.

Melihat anak tumbuh mandiri sejak kecil tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi orangtua. Jadi, sudah siap mencoba pola asuh Montessori di rumah bersama si kecil?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team