Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Tiger parenting adalah salah satu bentuk pola asuh ketika orangtua menggunakan otoritasnya secara penuh sebagai orang yang berhak membuat anak mengikuti dan mencapai harapan mereka. Oleh karena orangtua terlalu menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap anak, dalam praktiknya sering kali pola asuh tiger parenting mengandalkan pola asuh yang keras untuk mendorong anak mencapai tujuan orangtua, terutama dalam hal akademis agar lebih unggul dari yang lain.

Berdasarkan pengertian tersebut, banyak yang beranggapan bahwa tiger parenting termasuk pola asuh yang buruk. Namun, jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, sebenarnya ada beberapa hal baik yang bisa dipelajari dari pola asuh tiger parenting, lho. Selengkapnya, yuk langsung saja simak penjelasannya sebagai berikut.

1. Mencintai anak tanpa syarat sembari mengelola ekspektasi yang tinggi

ilustrasi anak belajar dengan ibunya (pexels.com/Pixabay)

Ekspektasi yang tinggi kerap dikaitkan dengan sifat ambisius. Sebenarnya, boleh saja orangtua memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak mereka. Tapi, harus digaris bawahi bahwa orangtua juga harus bisa mengelola ekspektasi atau harapannya tersebut.

Caranya yaitu dengan menerima kemampuan yang dimiliki oleh anak terlebih dahulu. Kemudian pelajari ke arah mana minat atau kemampuan si anak. Setelah itu, barulah orangtua bersama anak menetapkan ekspektasi bersama lalu bekerjasama mewujudkan ekspektasi atau harapan tersebut. Dalam hal ini, antara orangtua dan anak harus memiliki tujuan yang sama atau sejalan.

2. Membangun karakter anak dengan memberikan fasilitas yang dibutuhkan

Editorial Team

Tonton lebih seru di