Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pola Asuh yang Membuat Anak Tumbuh Menjadi Keras Kepala

Ilustrasi anak yang keras kepala (pexels.com/mohamed abdelghaffar)
Ilustrasi anak yang keras kepala (pexels.com/mohamed abdelghaffar)

Menjadi orangtua selalu menjadi hal yang menantang. Tak hanya saat akan mempunyai anak pertama, anak-anak selanjutnya juga butuh proses belajar baru untuk mendidiknya. Sebab beda anak tentu beda karakter.

Ayah-Bunda tentu tak jarang dihadapkan pada situasi dimana adik dan kakak memiliki karakter yang sangat bertolak belakang. Misalnya sang kakak sangat keras kepala, sedangkan adiknya mudah menangis. Tentu akan sulit menemukan titik tengah.

Karakter anak tak hanya dipengaruhi oleh kode genetik dari orangtuanya saja, tapi juga dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan. Berikut adalah lima pola asuh yang membuat anak tumbuh menjadi keras kepala. Simak baik-baik, ya!

1. Sering membentak anak

Ilustrasi membentak anak (pexels.com/August de Richelieu)
Ilustrasi membentak anak (pexels.com/August de Richelieu)

Anak adalah cermin bagi orangtua. Jika orangtua mencontohkan prilaku yang lembut dan baik, maka anak akan tumbuh dengan hati yang lembut pula. Sebaliknya, jika orangtua senantiasa berprilaku keras, maka anak juga akan tumbuh jadi pribadi yang keras.

Apalagi jika orangtua sering membentak anak. Hal ini akan menyebabkan luka batin yang membuat anak menjadi keras kepala. Dilansir Psychology Today, Matt Huston seorang psikiater menjelaskan,

"Anak ibaratkan gelas berkaca tipis. Jika kita masukkan sesuatu yang terlalu panas atau dingin, ia akan pecah. Dan mereka tak akan sama lagi setelah pecah," katanya mengumpamakan.

2. Selalu menuruti keinginan anak

Ilustrasi selalu memenuhi keinginan anak (pexels.com/MART PRODUCTION)
Ilustrasi selalu memenuhi keinginan anak (pexels.com/MART PRODUCTION)

Sebagai orangtua, Ayah-Bunda perlu memperhatikan betul setiap keinginan anak yang akan dituruti. Karena tidak semua keinginan mereka harus selalu di-iyakan.

Biarkan anak mengerti bahwa untuk mendapatkan sesuatu, mereka perlu melakukan sesuatu. Misalnya membantu pekerjaan rumah untuk mendapat uang jajan tambahan, atau mengajarkan anak berhemat dan menabung untuk membeli sesuatu yang mereka inginkan.

"Meskipun kita bisa saja menuruti dan memenuhinya, tahanlah untuk tidak langsung memberi apa yang mereka mau. Biarkan anak mengetahui apa itu proses," tulis Bridget Shirvell seorang jurnalis, dilansir Parents.

3. Kurang memperhatikan anak

Ilustrasi memperhatikan anak (pexels.com/ Mikhail Nilov)
Ilustrasi memperhatikan anak (pexels.com/ Mikhail Nilov)

Anak yang tumbuh menjadi keras kepala biasanya karena kurangnya pendampingan dan perhatian. Mereka terbiasa sendirian, tapi di sisi lain juga ingin diperhatikan. Karakter keras kepala akhirnya terbentuk sebagai bentuk defensif dalam diri anak.

"Anak yang berhati lembut, penurut, dan mudah dibujuk biasanya memiliki orangtua yang penuh perhatian. Perhatian ini selanjutnya memunculkan kepercayaan dari anak pada orangtuanya," tulis Maureen Healy seorang kontributor sekaligus psikolog anak, dilansir Psychology Today.

4. Gaya asuh otoriter

Ilustrasi orangtua yang otoriter (pexels.com/RODNAE Productions)
Ilustrasi orangtua yang otoriter (pexels.com/RODNAE Productions)

Sebagai orangtua, tentu Ayah-Bunda selalu ingin anak-anaknya memilih jalan terbaik. Tak jarang orangtua yang sudah menetapkan semuanya, mulai dari pakaian hingga sekolah mana yang akan dimasuki tanpa berdiskusi dahulu dengan anak.

Namun, anak-anak biasanya memiliki pilihan yang berbeda dengan orangtua. Ini wajar saja, hal yang biasa terjadi. Membiarkan anak memilih adalah hal bijaksana yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua, kata Bridget.

5. Kurang berkomunikasi dengan anak

Ilustrasi berkomunikasi dengan anak (pexels.com/cottonbro studio)
Ilustrasi berkomunikasi dengan anak (pexels.com/cottonbro studio)

Jika Ayah-Bunda heran kenapa anak tumbuh jadi keras kepala, coba tanya ke dalam diri sendiri. Apakah Ayah-Bunda sudah cukup baik dalam berkomunikasi dengan anak?

Dilansir Wow Parenting, Meena Mundada, Founder dari The Freedom Park School menjelaskan bahwa sebetulnya anak hanya perlu diberi pengertian dengan sabar dan didengarkan. Komunikasi semacam ini yang biasanya luput dilakukan orangtua.

Sebagian besar orangtua kurang sabar dalam memberi pengertian dan hanya mau didengarkan. Padahal, sebagaimana komunikasi dengan orang dewasa, komunikasi dengan anak juga harus bersifat dua arah.

Nah, itu adalah lima pola asuh yang menyebabkan anak tumbuh menjadi keras kepala. Sifat keras kepala memang tak selalu buruk, tapi juga bisa menjadi pertanda bahwa anak mengalami luka batin. Jadi, Ayah-Bunda, hati-hati dalam menerapkan pola asuh ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kintan Ayu Sevila
EditorKintan Ayu Sevila
Follow Us