5 Penyebab Anak Suka Berkata Kasar dan Cara Mengatasinya

Perilaku kasar dalam perkataan pada anak-anak merupakan fenomena yang seringkali menjadi perhatian serius bagi orangtua dan pendidik. Kekhawatiran muncul karena perilaku semacam ini memiliki potensi untuk tidak hanya merusak hubungan sosial anak dengan teman sebaya atau orang dewasa, tetapi juga mencerminkan kurangnya kemampuan dalam mengendalikan diri serta kurangnya pemahaman tentang pentingnya norma-norma sopan santun dalam berinteraksi dengan orang lain.
Dampak dari perilaku kasar ini dapat berdampak jauh lebih dalam daripada sekadar gejala permukaan, mengingat hubungannya dengan kualitas hubungan interpersonal, perkembangan emosional, dan kesuksesan akademis anak di masa depan. Anak yang cenderung menggunakan bahasa kasar mungkin menghadapi kesulitan dalam membangun koneksi emosional yang sehat, menunjukkan ekspresi emosi yang sesuai, serta menjalin hubungan yang positif dengan lingkungan sekitar. Yuk, mari kita telaah lebih dalam mengenai penyebab dari perilaku tersebut.
1. Imitasi lingkungan
Anak-anak memiliki kemampuan alami untuk menyerap dan meniru segala hal yang mereka lihat dan dengar di sekitar mereka. Jika mereka sering terpapar pada bahasa kasar dari berbagai sumber, seperti teman sebaya yang menggunakan kata-kata kasar, anggota keluarga yang tidak mengontrol perkataan mereka, atau bahkan konten media yang menampilkan perilaku agresif, anak-anak dapat dengan mudah mengadopsi dan meniru perilaku tersebut.
Proses imitasi ini terjadi karena anak-anak masih dalam tahap perkembangan, yang mana mereka belajar melalui pengamatan dan peniruan. Mereka mencoba memahami dunia sekitar dengan meniru perilaku orang-orang di sekitar mereka. Ini dapat menjadi hal yang riskan, terutama jika lingkungan sekitar mereka sering menunjukkan perilaku yang tidak pantas atau kasar.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan pengasuh untuk menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung, di mana anak-anak terpapar pada contoh-contoh perilaku yang sopan dan menghormati. Memberikan pengawasan terhadap apa yang mereka tonton di media dan berkomunikasi secara terbuka tentang nilai-nilai serta norma-norma yang diharapkan dalam interaksi sosial dapat membantu mencegah anak-anak meniru perilaku kasar.