Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi anak (pexels.com/Gustavo Fring)

Media sosial sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita saat ini. Hampir semua orang menggunakan platform digital untuk berkomunikasi, berbagi momen, hingga mencari informasi. Di tengah maraknya penggunaan media sosial, banyak orangtua yang bingung kapan waktu yang tepat untuk memperbolehkan anak mereka memiliki akun sendiri. Terlalu dini, bisa jadi anak belum siap menghadapi kompleksitas dunia maya. Namun terlalu lama menunda, justru membuat anak ketinggalan dalam literasi digital yang kini jadi keterampilan penting.

Keputusan memperbolehkan anak memiliki media sosial memang gak bisa disamakan untuk setiap anak. Ada yang sudah menunjukkan kematangan di usia 12 tahun, tapi ada juga yang di usia 15 tahun masih belum siap. Daripada hanya berpatokan pada usia, lebih baik perhatikan tanda-tanda kematangan dan kesiapan mereka. Berikut lima tanda anak sudah siap punya media sosial yang patut orangtua perhatikan!

1. Anak sudah memahami konsep privasi dan batas-batas berbagi informasi

ilustrasi anak (pexels.com/Matilda Wormwood)

Salah satu kesiapan paling dasar untuk memiliki media sosial adalah pemahaman tentang privasi. Anak yang sudah siap biasanya paham bahwa gak semua hal boleh dibagikan di internet. Mereka bisa membedakan informasi pribadi yang harus dijaga kerahasiaannya, seperti alamat rumah, nomor telepon, atau password, dari informasi yang boleh dibagikan secara umum.

Perhatikan apakah anak kamu sudah menunjukkan tanda-tanda ini dalam keseharian. Misalnya, apakah dia sudah bisa membatasi informasi yang diberikan saat berkenalan dengan orang baru? Apakah dia menyadari bahwa foto atau video yang dibagikan bisa dilihat banyak orang? Jika anak sudah memahami pentingnya menjaga informasi pribadi dan konsekuensi dari berbagi terlalu banyak di internet, ini jadi tanda positif bahwa mereka mulai siap untuk berinteraksi di media sosial.

2. Anak bisa bersikap kritis terhadap informasi yang diterima

ilustrasi anak (pexels.com/Kampus Production)

Di era digital yang penuh dengan informasi, kemampuan berpikir kritis jadi keterampilan wajib. Anak yang sudah siap punya media sosial biasanya sudah bisa mempertanyakan kebenaran informasi yang mereka terima, gak langsung percaya begitu saja. Mereka mulai bisa membedakan mana konten yang kredibel dan mana yang mencurigakan atau berisi kebohongan.

Coba amati bagaimana anak kamu menyikapi berita atau informasi sehari-hari. Apakah dia mulai bertanya "Itu beneran?" atau "Sumbernya dari mana?" ketika mendengar sesuatu yang baru? Apakah dia sudah bisa mengidentifikasi iklan yang menyaru sebagai konten biasa? Kemampuan ini sangat penting di media sosial yang sarat dengan misinformasi dan konten manipulatif. Anak yang sudah bisa bersikap skeptis secara sehat menunjukkan bahwa mereka punya bekal untuk menjelajahi dunia media sosial dengan lebih aman.

3. Anak menunjukkan tanggung jawab dalam penggunaan gadget

ilustrasi gawai (pexels.com/Kaboompics)

Cara anak menggunakan gadget yang sudah mereka miliki sekarang bisa jadi indikator bagaimana mereka akan berperilaku di media sosial nantinya. Anak yang belum siap biasanya masih kesulitan mengatur waktu penggunaan gadget, sering mengabaikan batasan yang diberikan, atau menjadi terlalu kecanduan dengan gawai mereka.

Sebaliknya, anak yang sudah menunjukkan tanggung jawab akan lebih mudah menaati aturan yang disepakati. Mereka bisa menyeimbangkan waktu online dengan aktivitas lain seperti belajar, bermain, atau berinteraksi dengan keluarga. Mereka juga cenderung lebih jujur tentang apa yang mereka lakukan dengan gadget mereka, gak sembunyi-sembunyi atau panik kalau orangtua meminta memeriksa ponsel mereka. Tanggung jawab seperti ini menandakan mereka lebih siap mengelola kehadiran mereka di media sosial dengan baik.

4. Anak sudah memiliki keterampilan sosial yang baik di dunia nyata

ilustrasi anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Keberhasilan berinteraksi di media sosial sebenarnya sangat terkait dengan keterampilan sosial yang dimiliki anak di dunia nyata. Anak yang sudah siap biasanya sudah paham etika berkomunikasi, termasuk bagaimana berbicara dengan sopan, menghargai pendapat orang lain, dan menyelesaikan konflik tanpa drama berlebihan.

Perhatikan bagaimana anak kamu berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa. Apakah dia mampu mengekspresikan diri dengan cara yang sehat? Apakah dia bisa mengendalikan emosi dan gak mudah terpancing untuk bersikap kasar atau menyerang saat tidak setuju? Anak yang sudah memiliki fondasi keterampilan sosial yang kuat di dunia nyata lebih mungkin membawa sikap positif yang sama saat berinteraksi di dunia maya.

5. Anak terbuka pada bimbingan dan pengawasan orangtua

ilustrasi anak (pexels.com/Yan Krukau)

Tanda kesiapan yang sering terlewatkan namun sangat penting adalah kesediaan anak untuk dibimbing dan diawasi. Anak yang sudah siap untuk media sosial biasanya gak keberatan kalau orangtua ikut terlibat dalam aktivitas online mereka, setidaknya di tahap awal. Mereka bersedia mendiskusikan apa yang mereka lihat dan alami di dunia maya, serta mau mendengarkan saran orangtua tentang cara berinteraksi yang aman.

Coba perhatikan sikap anak saat kamu membicarakan tentang aturan penggunaan gadget atau internet. Apakah mereka merespon dengan terbuka atau justru defensif? Anak yang sudah siap biasanya gak menolak mentah-mentah ketika orangtua ingin menjadi teman di media sosial mereka atau kadang memeriksa aktivitas online mereka. Mereka memahami bahwa pengawasan ini bentuk perlindungan, bukan gangguan terhadap privasi mereka.

Ingat, kesiapan tiap anak berbeda-beda. Sebagai orangtua, kamu yang paling tahu kondisi anakmu. Meski semua tanda di atas sudah terpenuhi, tetap penting untuk memulai dengan platform yang lebih aman dan pengawasan yang konsisten. Dengan pendampingan yang tepat, anak bisa belajar menavigasi media sosial dengan cara yang sehat dan positif, sambil mengambil manfaatnya untuk pengembangan diri mereka!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian