Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Melatih Empati Anak saat Terjadi Bencana, Donasikan Uang Jajan

ayah dan putrinya
ilustrasi ayah dan putrinya (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Punya empati sangat penting untuk kehidupan anak hingga masa dewasanya. Empati yang tinggi mencegah anak menjadi pribadi yang masa bodoh, bahkan kejam. Perasaannya akan lebih lembut serta memiliki kepedulian pada sesama.

Bagaimana cara melatihnya? Orang tua tidak bisa sepenuhnya mengandalkan sekolah untuk melatih empati anak. Seperti banyak karakter positif lain yang lebih mudah dibangun sejak di rumah, empati juga perlu ditumbuhkan langsung oleh orang tua.

Supaya saat anak berada di luar rumah, dia sudah menunjukkan perilaku yang penuh empati pada siapa pun. Kondisi keluarga kalian aman dan tinggal jauh dari titik bencana. Jangan cuek serta bersikap seakan-akan tidak terjadi apa-apa pada masyarakat di daerah lain. Selain kamu sendiri segera berdonasi buat korban bencana, latih pula empati anak dengan cara berikut.

1. Ajak anak menyaksikan berita dan jelaskan apa yang terjadi

menyaksikan berita
ilustrasi menyaksikan berita (pexels.com/Helena Lopes)

Di hari-hari biasa, televisi di rumah mungkin selalu disetel di saluran film kartun sesuai kesukaan anak. Namun, ketika terjadi bencana besar di daerah lain, alihkan ke saluran berita sesering mungkin.

Mungkin anak akan agak protes di awal. Namun, orang tua tak perlu selalu menuruti keinginannya menyaksikan film animasi. Katakan pada anak bahwa ada berita penting yang harus diketahui dan diikuti oleh kalian semua.

Masih ada banyak hari buat menyaksikan film kartun. Sementara, bencana yang terjadi beberapa hari lalu butuh kepedulian semua masyarakat. Setidaknya di jam-jam siaran berita, kuasai remote TV dan arahkan ke saluran berita. Jelaskan pada anak apa yang terjadi karena mungkin ia sulit memahami tayangan dan berita yang dibacakan.

2. Minta anak membayangkan rasanya menjadi korban bencana

mengedukasi anak
ilustrasi mengedukasi anak (pexels.com/Karola G)

Empati adalah kemampuan merasakan kondisi orang lain. Sekalipun anak belum pernah mengalami bencana apa pun, giring perasaannya supaya bisa menempatkan diri di situasi orang lain. Misalnya, ketika terjadi banjir bandang.

Minta anak membayangkan seandainya rumah kalian yang terendam bahkan roboh diterjang banjir. Ke mana kalian akan pergi? Bagaimana bila kalian tidak bisa berenang sama sekali atau gak kuat melawan arus?

Tidak ada selembar pakaian pun yang bisa dibawa ke tempat pengungsian. Cuma ada pakaian yang melekat di badan. Semuanya basah dan membuat kalian kedinginan. Mencari makanan serta minuman juga sangat sulit.

Boro-boro anak jajan berbagai snack. Kalian bisa lebih dari sehari tidak makan nasi. Sementara listrik yang mati membuat hanya ada kegelapan total setiap malam. Kalian ketakutan, lelah, kedinginan, dan kelaparan.

3. Jelaskan pada anak tentang kewajiban membantu sesama

ayah dan anak-anak
ilustrasi ayah dan anak-anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Anak yang sudah bersekolah tentu telah diajarkan buat membantu sesama. Ini kerap disampaikan guru dan tercantum di buku pelajaran. Bahkan, sering menjadi bagian dari soal ujian.

Namun, anak mungkin masih belum mampu menghubungkannya dengan bencana yang benar-benar terjadi. Peran orang tua penting buat memperkuat ajaran yang telah disampaikan di sekolah serta buku. Ajak anak bicara tentang kewajiban masyarakat yang terbebas dari bencana seperti kalian.

Walaupun bencana terjadi di daerah lain, bukan berarti biar masyarakatnya sendiri yang saling membantu. Kalian yang beda daerah pun mesti bergerak. Toh, sekarang banyak lembaga tepercaya yang siap membantu penyaluran bantuan hingga ke tempat-tempat yang jauh.

4. Ajak anak melakukan aksi nyata

membagikan susu kotak
ilustrasi membagikan susu kotak (pexels.com/Phúc Phạm)

Kalian sudah menyaksikan berita seputar bencana. Dengan penjelasanmu, anak mulai paham apa yang terjadi serta apa yang perlu dilakukan kalian. Jangan berhenti hanya sampai di situ. Langsung ajak anak buat mempraktikkan semua teori itu.

Arahkan anak untuk memilih bantuan yang akan diberikannya. Pilihannya bisa sebagian uang jajannya, pakaian-pakaiannya yang sudah gak muat dan masih bagus, buku cerita anak, serta sebagian mainannya. Nantinya orangtua juga menambahinya biar lebih banyak.

Kalian bisa belanja bahan makanan dan obat-obatan buat dikirim ke lokasi bencana. Uang anak digabungkan dengan uangmu serta pasangan untuk ditransfer ke lembaga penyalur bantuan. Kalau lokasi bencana cukup dekat, kalian beserta warga lain dapat memasak makanan siap santap buat dibagikan pada para korban.

5. Ajari anak menyiapkan bantuan yang siap disalurkan kapan pun

donasi buku
ilustrasi donasi buku (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Meski tidak diharapkan, bencana pasti akan datang lagi suatu saat nanti. Apalagi bencana akibat kerusakan lingkungan. Kemungkinan akan lebih sering terjadi daripada bencana yang murni karena alam seperti gempa bumi dan tsunami.

Memperbaiki lingkungan yang kadung rusak tidak mudah. Butuh waktu lama. Selama itu pula potensi bencana mengintai. Maka sekalipun bencana kali ini telah berlalu, kamu perlu mengajak anak menyiapkan bantuan.

Agar kapan pun dan di mana pun terjadi bencana, kalian telah memiliki tabungan atau bentuk bantuan lain yang siap disalurkan. Anak bisa menyisihkan sekian persen dari uang sakunya tiap hari di celengan khusus untuk berdonasi ketika bencana terjadi. Begitu pula pakaian dan peralatan sekolah bekas disimpan dengan baik agar tidak kotor atau rusak.

Meski bencana gak terjadi di daerah kalian, bencana itu tidak jauh selama ada rasa persaudaraan yang menghubungkan. Tak ada kata terlalu dini buat melatih empati anak. Jangan biarkan emosinya tumpul saat melihat penderitaan orang lain. Dengan sifat egosentris yang masih kuat, anak tetap bisa sedikit demi sedikit diajari lebih peduli pada dunia di luar dirinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ken Ameera
EditorKen Ameera
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Soft Skill Wajib Content Writer Selain Jago Merangkai Kata

03 Des 2025, 15:57 WIBLife