Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi membacakan cerita (pexels.com/RDNE Stock project)

Jika kita ingin anak suka belajar dan membaca, harus ada intervensi sejak dini agar anak dekat dengan bacaan. Terlambat kalau kita menunggu anak bisa membaca. Sebelum anak mengenal huruf pun, rangsangan sudah harus diberikan.

Caranya dengan rutin membacakan cerita untuk anak. Stimulus ini bisa dimulai sejak anak masih begitu kecil. Agar kegiatan membacakan cerita untuk anak lebih efektif, perhatikan rambu-rambu berikut.

1. Pilih cerita sesuai dengan usia anak

ilustrasi membacakan cerita (pexels.com/Karolina Grabowska)

Makin muda usia anak, makin sedikit kata-kata yang dimengertinya. Ketahanannya dalam mendengarkan orang bicara pun amat terbatas. Perhatiannya masih mudah teralihkan.

Hindari anak bosan dengan memilih bacaan yang singkat. Misalnya, buku cerita untuk anak yang per halamannya hanya ada satu kalimat. Setelah mendengarkan orangtua membaca satu kalimat, anak akan memperhatikan ilustrasi guna belajar memahami cerita.

2. Ekspresif

ilustrasi membacakan cerita (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dengan keterbatasan anak dalam memahami arti kata, ekspresi orangtua selama membaca menjadi penting. Misalnya, ketika cerita mengisahkan tokoh yang bersedih, maka raut wajah kita pun menggambarkan kesedihan tersebut. Saat kita membacakan narasi atau dialog, cara bicara pun perlu mengikuti emosi yang dibangun oleh penulis.

Cara membaca cerita yang ekspresif akan memudahkan anak mengerti makna kalimat dan perasaan tokoh. Kalau kita hanya membaca tanpa ekspresi, anak sulit menyerap emosi-emosi yang terkandung dalam cerita tersebut. Anak mendengarkan, tetapi barangkali gagal memahami.

3. Jangan membaca cepat-cepat

ilustrasi membacakan cerita (pexels.com/Alex Green)

Mendampingi anak dalam hal apa pun memang memerlukan kesabaran. Termasuk ketika kita memperkenalkannya pada bacaan. Ingat bahwa tujuan kita ialah membuka wawasan anak.

Bila kita terlalu cepat dalam membaca, hal-hal yang semestinya disimak oleh anak akan terlewatkan begitu saja. Fokus kita ketika membaca untuk anak bukanlah berapa banyak buku yang dapat dituntaskan. Namun, anak tertarik dan berhasil memahami isi cerita sedikit demi sedikit pun sudah baik.

4. Beri jeda untuk membuat ringkasan dan mengingatkan anak

ilustrasi membacakan cerita (pexels.com/Kamaji Ogino)

Anak biasanya belum mampu merekam cerita yang panjang saat pertama kali mendengarnya. Oleh sebab itu, setiap beberapa kalimat atau paragraf, orangtua sebaiknya memberi jeda. Kita bantu anak untuk mengingat dengan meringkas cerita dalam bahasa sehari-hari yang lebih mudah dimengerti.

Pancing anak supaya menjadi pendengar yang aktif. Caranya dengan menanyai anak tentang bagian cerita yang tadi dibacakan. Jika anak kurang tepat dalam mengingat atau keliru memahami cerita, luruskan dulu sebelum lanjut ke bagian berikutnya.

5. Tekankan pesan moralnya

ilustrasi membacakan cerita (pexels.com/Ron Lach)

Untuk anak yang sudah bersekolah, menarik pesan moral dari sebuah cerita umumnya cukup mudah. Akan tetapi, anak prasekolah masih memerlukan peran kita buat menggarisbawahi nasihat dari kisah tersebut. Jadi, kita tak sekadar membacakan buku dari awal sampai akhir.

Selain memahami isi cerita, memetik hikmahnya juga sangat penting. Pesan moral ini akan menjadi pegangan anak. Misalnya, pesan moral bahwa siapa yang berbuat jahat akan merasakan akibat dari kejahatannya sehingga kita harus berbuat baik pada siapa saja.

Membacakan cerita untuk anak juga akan mendekatkan hubungan kita dengannya. Jangan berpikir anak masih terlalu kecil sehingga tidak perlu dibacakan apa pun. Mendengar dan melihat adalah jalan utama untuk anak memperoleh pengetahuan sebelum ia bisa membaca sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team