Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi saudara (pexels.com/RF._.studio)
ilustrasi saudara (pexels.com/RF._.studio)

Hubungan dengan saudara apalagi kakak dan adik kandung seharusnya sangat dekat. Sebab kalian tumbuh bersama sejak kecil hingga saat ini. Kalian juga dibesarkan dengan ajaran-ajaran kebaikan yang serupa dari orangtua. Lantas sejak kapan hubungan kalian memburuk?

Hindari terus menyangkal situasi dalam persaudaraan kalian yang makin ke sini makin renggang. Masalah ini harus diakui supaya kalian lebih mudah memikirkan solusinya. Jangan biarkan kesamaan darah tak lagi dapat membuat kalian rukun. Hindari berpikir bahwa kalian bisa hidup sendiri-sendiri.

Suatu saat nanti kalian bakal tetap saling membutuhkan. Kalian ibarat tulang-tulang dalam satu tubuh. Sejauh-jauhnya jarak antara tulang kepala dengan jari kaki, kamu serta saudara-saudaramu ialah satu kesatuan. Renungkan enam ciri hubungan persaudaraan rusak berikut ini. Tidakkah kalian rindu masa kecil yang penuh canda?

1. Tidak saling bicara saat bertemu

ilustrasi saudara (pexels.com/Liza Summer)

Jarak kalian begitu dekat. Bahkan mungkin kamu dan saudara berdiri atau duduk bersisian. Namun, tetap saja kalian tidak bertegur sapa. Jangankan kalian mengobrol, saling menatap pun tidak. Masing-masing berusaha menghindari segala bentuk kontak. 

Bahasa tubuh kalian yang menunjukkan keretakan hubungan amat jelas. Kalian cenderung untuk memunggungi atau memalingkan wajah. Begitu ada kesempatan, kamu dan dia bergegas kabur. Jika pun ada orang yang mengajak kalian berdua mengobrol, cuma salah satu yang aktif menyahut.

Demikian pula saat kalian sama-sama pulang kampung ke rumah orangtua. Berhari-hari tinggal seatap pun hubungan tetap dingin. Atau, salah satu sengaja menginap di hotel sekalipun di rumah orangtua ada banyak kamar. Tujuannya bukan menikmati penginapan melainkan semata-mata menghindari saudara.

2. Jauh pun gak tahu kabar satu sama lain

ilustrasi saudara (pexels.com/cottonbro studio)

Kalau jarak yang dekat tidak juga membuat kalian akrab, apalagi saat berjauhan. Misalnya, kalian merantau ke kota yang berbeda. Kamu tidak pernah menghubungi saudaramu dan sebaliknya. Akibatnya, kalian tak saling mengetahui kabar masing-masing.

Dirimu gak tahu tempat tinggal saudara, sedang sakit atau sehat, bahkan tempat kerja terbaru dan posisinya. Begitu pula saudaramu lebih mengetahui kabar kawan-kawannya daripada kabarmu. Di titik ketegangan yang lebih tinggi kamu bisa tak tahu saudara sudah menikah, keponakanmu bertambah, atau ia sakit keras.

Ini terjadi apabila kalian putus kontak dalam waktu lama, seperti lebih dari setahun. Perkembangan teknologi komunikasi seakan-akan gak ada gunanya buat kalian. Sejauh apa pun jarakmu dengan saudara, seharusnya masih bisa saling berkomunikasi. Tentu hanya jika ada niat untuk melakukannya.

3. Bertengkar terus, termasuk di grup WA

ilustrasi pertengkaran (pexels.com/RDNE Stock project)

Pertengkaran mewarnai hubunganmu dengan saudara. Selalu terjadi perselisihan tajam di antara kalian tentang apa saja. Kalian bisa bertengkar hampir di setiap perjumpaan. Kalaupun kalian tidak berhadap-hadapan, pertengkaran pindah ke grup WA keluarga. Perang  chat dengan kata-kata yang melukai hati seperti telah menjadi makanan sehari-hari.

Siapa pun yang berusaha melerai kalian tetap tidak berhasil. Termasuk kedua orangtua. Malah usaha mereka seolah-olah membuat cekcok kalian kian memanas. Saking pertengkaran seperti tak kenal henti, lama-lama salah satu dari kalian pun keluar dari grup WA keluarga. 

Kapan-kapan saudara yang lain mencoba kembali memasukkanmu atau saudara ke grup, ujung-ujungnya keluar lagi. Masing-masing punya alasan untuk tak mau mengalah atau minimal mendengarkan dan merespons perkataan secara baik-baik. Kalau sudah bertengkar, menyumpahi saudara pun dengan mudahnya dilakukan.

4. Senang melihat saudara susah, sedih bila sebaliknya

ilustrasi tertawa (pexels.com/cottonbro studio)

Hubungan persaudaraan seharusnya membuat kalian dapat berempati satu sama lain. Penderitaan saudara bisa dirasakan olehmu. Demikian pula kabar bahagianya juga turut membuatmu senang. Saudara pun mesti bersikap sama terhadap suka dan duka dalam hidupmu.

Akan tetapi, ini tidak lagi terjadi dalam hubungan kalian. Meski kamu berusaha menutupi, cukup jelas dalam hatimu ada rasa senang ketika melihat saudara mengalami kesusahan. Sebaliknya, saat ia bahagia oleh sesuatu rasanya begitu menyiksamu. Hal serupa pun dirasakannya padamu.

Kamu bisa tahu hal ini dari reaksinya ketika mendengar kabar sedih atau bahagiamu. Atau, orang lain yang mengatakan dan kesaksiannya bisa dipercaya. Kalian tidak lagi merasa senasib sepenanggungan. Kamu dan saudara hanya peduli pada kehidupan sendiri. Tak ada lagi empati karena rasa kasih sayang di antara kalian telah menipis.

5. Jago menyalahkan saudara yang tertimpa musibah

ilustrasi saudara (pexels.com/RDNE Stock project)

Saudaramu gak bersikap ekstrem dengan menunjukkan kebahagiaannya ketika melihatmu susah. Akan tetapi, ini bukan jaminan untuk keharmonisan hubungan kalian. Ia hanya sibuk menyalahkanmu atas musibah dalam hidupmu. Dia tak memikirkan perasaanmu.

Kamu sudah pusing oleh suatu persoalan masih pula ditekan. Tindakannya hanya menambah bebanmu. Padahal jika dia mau, seketika membantumu juga bukan hal yang sulit. Minimal, jangan bersikap seakan-akan dirimu sengaja menginginkan kemalangan tersebut.

Sama halnya denganmu ketika saudara mendapatkan ujian hidup. Sebagai contoh, ia terkena PHK. Kamu sontak mengatakan itu karena kinerjanya buruk sehingga perusahaan tak memperpanjang kontraknya. Dirimu abai pada kenyataan usaha di sektor tersebut memang sedang lesu sehingga berbuntut perampingan karyawan.

6. Menjelek-jelekkan saudara di depan orang lain

ilustrasi percakapan (pexels.com/SHVETS production)

Ada kepuasan tersendiri saat kalian saling menjelek-jelekkan di depan orang lain. Banyak orang sampai bingung mendengar perkataan kalian yang tak menggambarkan hubungan persaudaraan yang semestinya. Di suatu waktu, dirimu yang menjelek-jelekkan saudara.

Di waktu lain, dia gantian memburuk-burukkanmu. Di lingkungan yang mengenal kalian berdua, kebiasaan ini sudah amat dihafal. Hampir semua dari mereka tampak mendengarkan kalian dengan baik. Seakan-akan mereka percaya saja apa yang dikatakan olehmu atau saudaramu.

Namun, sesungguhnya mereka mencibir di belakang kalian. Kamu tahu sering dijelek-jelekkan oleh saudara dari mereka. Saudaramu juga tahu aksimu dari orang-orang yang sama. Kejadian begini seharusnya menyadarkan kalian untuk lebih menahan ucapan di depan orang lain. Tidak ada yang diuntungkan. Mayoritas dari mereka hanya ingin melihat babak baru yang lebih seru dalam pertikaianmu dengan saudara.

Hubungan persaudaraan rusak memang rawan terjadi, apalagi setelah kalian dewasa. Akan tetapi, jaga hubungan itu agar tidak hancur. Hindari berpikir gak apa-apa hubungan dengan saudara rusak karena kamu masih punya banyak teman. Saudara apalagi seayah dan seibu tidak pernah sama dengan sekadar kawan atau sahabat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team