Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi hubungan yang renggang (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Masalah warisan sering menjadi sumber perselisihan dalam keluarga, terutama jika tidak ada wasiat yang jelas dari orangtua.

  • Kurangnya komunikasi dan pertemuan antarsaudara dapat memperburuk hubungan persaudaraan setelah orangtua meninggal.

  • Adanya saling menyalahkan, dominasi, perasaan tidak disayang, gesekan dengan saudara ipar, dan kurangnya rasa kewajiban untuk saling membantu dapat merusak hubungan persaudaraan.

Saat kedua orangtua masih lengkap, kehidupanmu serta saudara-saudara seperti rangkaian gerbong kereta yang amat dijaga agar melaju di rel yang tepat. Ayah dan ibu selalu memberikan arahan pada kalian tentang cara bersaudara dengan harmonis. Sedikit saja salah satu dari kalian berulah langsung ditegur orangtua.

Namun, ketika ayah atau ibu berpulang, hubungan antarsaudara mulai terasa berbeda. Apabila tidak lama kemudian satu-satunya orangtua yang tersisa juga wafat, hubungan itu makin di ambang kehancuran. Kalian mungkin tidak bertengkar secara terang-terangan.

Akan tetapi, jarak yang membentang kian terasa. Kalian tidak lagi mengobrol dengan lepas dan mudah terjadi kesalahpahaman. Benih ketidakcocokan di antara saudara yang bertambah jelas bisa disebabkan oleh tujuh hal berikut.

1. Masalah warisan

ilustrasi dua bersaudara (pexels.com/Qasim Ali)

Bukan rahasia lagi jika persoalan harta peninggalan orangtua sering menjadi rebutan dalam keluarga. Jangankan antara kakak dengan adik, keluarga besar pun bisa ikut campur dan ingin mendapat bagian. Harta sudah terlebih dahulu dibagi oleh orangtua pun tetap dapat timbul perselisihan.

Ada ketidakpuasan di masing-masing pihak dan ingin pembagian warisan diatur ulang. Potensi kisruh tambah besar kalau orangtua bahkan belum berwasiat apa-apa tentang harta bendanya. Anak laki-laki boleh jadi mendesak jatah yang lebih besar, sedangkan anak perempuan menolak karena menganggapnya tidak adil.

2. Jarang berkomunikasi apalagi bertemu

ilustrasi berkumpul (pexels.com/Oktay Köseoğlu)

Baik atau tidaknya hubungan tak cuma ditentukan oleh kesamaan genetik. Hubungan persaudaraan perlu dirawat sedemikian rupa supaya selalu dekat sekalipun tempat tinggal berjauhan dan masing-masing sibuk. Walaupun sekarang tak ada lagi orangtua yang perlu ditengok, tetaplah berkumpul setidaknya 1 atau 2 kali dalam setahun.

Tempat yang menjadi titik kumpul dapat bergantian di rumah kalian. Bisa juga kalian mengagendakan liburan bersama. Jangan lupa buat selalu berkirim pesan untuk sekadar menanyakan kabar bahkan bercanda. Di akhir pekan, kalian juga bisa melakukan panggilan video.

3. Saling menyalahkan

ilustrasi dua bersaudara (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Orangtua sudah tidak ada. Apa yang menjadi masalah sehingga kalian saling menyalahkan? Barangkali terkait selama orangtua sakit dan hari-hari terakhirnya. Seperti anak yang merantau jauh, lama gak pulang, serta sulit dihubungi disalahkan oleh saudara-saudaranya.

Ia dianggap abai pada orangtua. Bahkan seakan-akan saudara-saudaranya percaya bahwa dia secara tak langsung menyebabkan orangtua sakit-sakitan sampai meninggal dunia. Sikap saling menyalahkan begini hanya dapat diatasi dengan menerima takdir. Tutup cerita lama karena keributan di antara kalian juga gak bisa mengembalikan orang tersayang.

4. Ada yang ingin selalu mengatur dan dipatuhi

ilustrasi dua bersaudara (pexels.com/Julia M Cameron)

Dominasi tidak disukai oleh sesama orang dewasa. Kakak sulung misalnya, biasanya ingin mendominasi dengan mengatur ini itu. Termasuk menjadi pengatur pembagian harta warisan. Memang adanya pemimpin kadang dibutuhkan supaya kalian lebih kompak.

Akan tetapi, jika pemimpin ini terlalu dominan dan ingin dipatuhi secara mutlak bakal muncul masalah. Saudara-saudaranya merasa tidak puas. Mereka seperti dipaksa buat mengikuti saja instruksi satu orang yang belum tentu tepat. Ruang diskusi harus lebih dibuka dan memegang prinsip kesetaraan.

5. Meributkan siapa yang dulu paling disayang orangtua

ilustrasi dua bersaudara (pexels.com/RDNE Stock project)

Sikap mengungkit begini dipicu oleh perasaan terluka yang lama dipendam. Terdapat kecemburuan antarsaudara akibat perlakuan orangtua yang dirasa tidak sama. Orangtua dinilai lebih menyayangi salah satu anak dengan berbagai alasan. Anak yang lain menjadi merasa dianaktirikan.

Kekesalan baru keluar di depan saudara selepas orangtua wafat. Dulu dia hanya memprotes orangtua, tetapi sekarang juga meluapkan kemarahan pada saudara yang diistimewakan. Memang menyakitkan bagi anak yang selalu dinomorduakan dalam keluarga. Namun, terus mengungkitnya padahal orangtua telah tiada cuma memperdalam luka sendiri.

6. Gesekan dengan ipar

ilustrasi makan bersama (pexels.com/Kenneth Surillo)

Sebenarnya persoalan yang berkaitan dengan saudara ipar dapat muncul sejak orangtua masih hidup. Hanya saja, saat itu mereka yang meredamnya dan menjembatani. Tapi kini baik kamu dengan saudara ipar atau antarsaudara ipar dapat makin berani menunjukkan ketidaksukaan. Pesan-pesan orangtua diabaikan.

Pun walau awalnya masalah berkaitan dengan ipar, akhirnya antarsaudara kandung pun bisa saling membenci. Baik kamu maupun saudaramu kudu sama-sama mengendalikan pasangan masing-masing. Ajak pasangan masing-masing supaya lebih sabar untuk meminimalkan potensi keributan.

7. Merasa tidak ada kewajiban untuk saling membantu

ilustrasi dua bersaudara (pexels.com/Ninthgrid)

Boleh jadi nilai tolong-menolong dengan saudara kurang ditanamkan dalam keluarga. Kalian terbiasa setiap butuh apa pun hanya meminta pada orangtua. Mereka yang melakukan segalanya untuk anak. Kamu tidak pernah diarahkan buat minta bantuan ke kakak atau adik terlebih dahulu.

Demikian juga sebaliknya dengan saudara-saudaramu. Kalian pun gak didorong untuk saling mengulurkan tangan. Kalian menjadi berpikir tugas membantu anak ada di pundak orangtua.

Ketika mereka sudah tiada, seandainya salah satu dari kalian meminta pertolongan pasti yang lain bersikap tak mau tahu. Dalihnya sama, mereka bukan orangtuanya dan kalian semua harus berusaha sendiri-sendiri. Pihak yang tertolak menjadi sakit hati.

Seharusnya berpulangnya orangtua bikin hubungan persaudaraan tambah erat. Kalian harus sadar bahwa tanpa orangtua saja, hidup sudah terasa berat. Apalagi jika kalian saling bertikai. Rawat kerukunanmu dengan adik dan kakak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team