Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi ngobrol dengan anak laki-laki (pexels.com/Julia M Cameron)
Ilustrasi ngobrol dengan anak laki-laki (pexels.com/Julia M Cameron)

Komunikasi gak hanya soal pesan atau memberi instruksi, apalagi kalau menyangkut hubungan antara orangtua dan anak. Banyak orangtua merasa komunikasi dengan sudah berjalan lancar karena tiap hari selalu bicara sama anak. Tapi, komunikasi yang bikin anak merasa dekat dan nyambung gak hanya sekadar pertanyaan rutinitas harian. Ini adalah obrolan yang tumbuh dari rasa ingin tahu, empati, kejujuran, dan keterbukaan.

Lebih kepada mendengarkan, memahami, dan menunjukkan kalau kita peduli. Lewat obrolan dengan cara asyik dan penuh perhatian, anak merasa dihargai dan dimengerti. Dari situlah hubungan yang kuat bisa terbentuk. Obrolan yang hangat bisa jadi jembatan bonding yang erat dan tahan lama. Nah, berikut lima alasan komunikasi yang hangat dan terbuka jadi sarana bonding yang kuat antara orangtua dan anak.

1. Komunikasi ngajarin anak kalau perasaannya penting

Ilustrasi membaca buku bareng anak (pexels.com/Ivan Samkov)

Saat orangtua beneran dengerin anak, gak cuma menyimak kata-katanya tapi juga menangkap emosi, anak akan merasa dirinya penting. Ketika anak cerita soal temannya yang menyebalkan dan kamu nanggapinya dengan serius, gak langsung nyuruh sabar atau menghakimi, itu bikin anak merasa aman. Anak jadi tahu apa yang dia rasakan itu nyata dan gak dianggap remeh. Ini penting banget, karena anak masih belajar mengenali dan mengelola emosinya.

Ketika ada orangtua yang hadir dan mau mendengarkan tanpa langsung kasih nasihat, anak merasa lebih tenang dan dimengerti. Dari sini, bakal tumbuh rasa kepercayaan yang kuat dengan orangtua. Anak jadi tahu kalau apa pun yang dia alami, selalu ada tempat buat berbagi. Saat anak merasa didengar, hubungan pun tumbuh jadi lebih hangat dan dalam.

2. Obrolan sehari-hari bangun koneksi yang konsisten

Ilustrasi dekat dengan anak (pexels.com/Kampus Production)

Kadang kita pikir bonding cuma terjadi saat momen spesial seperti liburan atau ulang tahun. Padahal, yang sebenarnya bikin hubungan erat justru berasal dari obrolan kecil yang dilakukan tiap hari. Misalnya, tanya bagaimana hari anak di sekolah atau cerita apa yang dia suka. Saat orangtua tertarik mendengar jawabannya, anak otomatis mereka merasa diperhatikan.

Obrolan sederhana membuat anak merasa lebih penting dan dihargai. Akhirnya, kebiasaan ini bisa membangun kedekatan emosional kuat antara keduanya. Bahkan saat anak lagi bete atau gak mood, komunikasi yang terjalin bisa jadi penguat. Dengan begitu, hubungan orangtua dan anak jadi terasa lebih hangat dan nyaman.

3. Komunikasi bikin orangtua dan anak saling mengerti

Ilustrasi mengerti perasaan anak (pexels.com/Kindel Media)

Masalah terjadi biasanya karena orangtua dan anak gak saling mengerti satu sama lain. Orangtua merasa anaknya gak mau mendengarkan, sementara anak merasa gak dipahami. Kalau komunikasi berjalan dengan baik, keduanya bisa saling melihat dari sudut pandang masing-masing. Misalnya, orangtua bisa jelaskan alasan di balik aturan yang dibuat, jadi gak hanya memaksa anak buat patuh.

Tapi, orangtua juga harus kasih kesempatan anak buat menyampaikan perasaannya tanpa dimarahi. Momen seperti ini yang membuat hubungan berubah jadi dialog dua arah, bukan cuma perintah dan kepatuhan. Anak merasa pendapatnya dihargai dan orangtua lebih sabar memahami anak. Dari situ, ikatan emosional jadi semakin kuat karena saling percaya dan mengerti.

4. Komunikasi membuka ruang untuk tumbuh bersama

Ilustrasi saling berbagi cerita (pexels.com/Ivan Samkov)

Lewat komunikasi yang terbuka, anak belajar cara menyampaikan pikirannya dengan percaya diri. Mereka tahu gimana cara menyampaikan perasaan secara sehat. Tapi gak hanya anak yang berkembang, orangtua juga ikut belajar banyak hal dari anaknya. Kadang cara pandang anak yang polos dan jujur membuka mata orangtua melihat hal-hal baru.

Hubungan jadi lebih hidup dan gak kaku, karena keduanya saling tumbuh bersama. Orangtua gak hanya mengarahkan, tapi juga belajar bersama anak dalam proses hidup ini. Komunikasi seperti ini bikin hubungan lebih kuat dan dinamis. Lama-lama, ikatan itu makin erat karena keduanya merasa dihargai dan diperhatikan.

5. Komunikasi jadi pondasi kepercayaan

Ilustrasi kedekatan ibu dan anak (pexels.com/Kampus Production)

Saat orangtua dan anak terbiasa komunikasi, kepercayaan otomatis bisa tumbuh makin kuat. Anak yang merasa didengar sejak kecil biasanya lebih terbuka di saat dewasa. Mereka tahu ketika ada masalah, keluarga adalah tempat paling aman buat berbagi cerita. Kepercayaan ini gak cuma soal kata-kata, tapi tentang rasa aman yang dirasakan anak dalam hubungan keluarga.

Dengan pondasi seperti ini, anak gak bakal takut menghadapi tantangan hidup karena punya dukungan penuh dari keluarga. Orangtua juga merasa lebih dekat dan bisa mendampingi anak dengan lebih baik. Hubungan yang dibangun lewat komunikasi seperti ini bisa bertahan lama, meskipun anak sudah besar dan mandiri. Intinya, komunikasi yang hangat ciptakan ikatan yang kuat dan tahan lama.

Dalam dunia yang serba cepat ini, biasanya perhatian mudah terpecah oleh pekerjaan maupun gadget, komunikasi jadi sesuatu yang harus dioptimalkan. Gak hanya menyampaikan pesan, tapi membangun hubungan yang lebih bermakna. Setiap obrolan kecil bahkan setiap perdebatan yang diselesaikan dengan baik bisa jadi jembatan emosional antara orangtua dan anak.

Ketika komunikasi sudah jadi kebiasaan yang hangat pastinya bonding yang kuat bakal tumbuh dengan sendirinya. Gak perlu nunggu momen besar, tapi lewat obrolan sehari-hari yang jujur dan penuh cinta kamu bisa bangun bonding yang kuat dengan anak. Yuk, dekat dengan anak lewat komunikasi!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team