TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pentingnya Bermain buat Anak, Orangtua Harus Tahu!

Orangtua perlu menyediakan ruang bermain yang bersih & aman

Liputan Kampanye SoKlin Lantai Sensasi Natural Essence "Berani Main di Lantai" pada Selasa (18/7/2023) di Buumi Playscape Pacific Place Jakarta (dok. SoKlin)

Jakarta, IDN Times - Dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli 2023 mendatang. SoKlin ingin mengajak para orangtua menciptakan ruang bermain yang aman dan nyaman bagi sang buah hati. Bukan sekadar melindungi dari paparan kuman dan virus saja, SoKlin Lantai Sensasi Natural Essence turut mengajak orangtua untuk memahami betapa pentingnya bermain bagi anak-anak.

Nah, hal ini dibahas langsung bersama Pritta Tyas, M. Psi, Psikolog dalam konferensi pers kampanye "Berani Main di Lantai" pada Selasa (18/7/2023) di Buumi Playscape Pacific Place Jakarta. Jadi, apa sih yang perlu orangtua tahu tentang pentingnya kegiatan bermain dalam kehidupan sehari-hari?

1. Bermain akan menunjukkan bahwa anak memiliki keinginan alami untuk belajar

Liputan Kampanye SoKlin Lantai Sensasi Natural Essence "Berani Main di Lantai" pada Selasa (18/7/2023) di Buumi Playscape Pacific Place Jakarta (IDN Times/Adyaning Raras)

Sebagai orangtua yang berperan dominan di rumah, cenderung lupa bahwa anak perlu dibebaskan untuk bermain. Kampanye "Berani Main di Lantai" pun hadir berdasarkan pengalaman para orangtua dan anak yang cukup terkekang dengan terbatasnya ruang bermain selama pandemik.

Padahal, Zahratun Mutmainah selaku Brand Manager SoKlin Lantai Sensasi Natural Essence, melihat bahwa anak perlu kebebasan dalam bermain dan gak boleh dibatasi. Mengapa demikian? Pritta menjelaskan bahwa bermain akan mendorong anak untuk memiliki keinginan belajar secara alami.

Psikolog Pritta Tyas selaku Co-Founder Bumi Nusantara Montessori dan Parents Educator menerangkan bahwa ada metode stimulasi bernama Montessori. Metode inilah yang akan mengajarkan anak untuk melatih berbagai keterampilan diri sejak ini.

"Salah satu prinsip dalam metode Montessori adalah unique inner teacher. Kita sebagai orangtua terkadang merasa paling tahu padahal masing-masing anak punya keinginan alami untuk belajar," kata Pritta.

Pernah melihat anak yang membiarkan mainannya tersebar atau aktif menyusun balok? Pritta menjelaskan bahwa perilaku tersebut merupakan cara anak untuk mengeksplorasi banyak hal. Anak akan mengingat pengalaman, memproses memori, dan melatih kemampuan visual-spasial dengan barang-barang 3D.

2. Membangun bonding dengan orangtua atau orang terdekatnya

Liputan Kampanye SoKlin Lantai Sensasi Natural Essence "Berani Main di Lantai" pada Selasa (18/7/2023) di Buumi Playscape Pacific Place Jakarta (IDN Times/Adyaning Raras)

Orangtua penting sekali menyadari dan memahami bahwa kegiatan bermain bersama anak merupakan cara melatih bonding. Menurut Pritta, salah satu hak anak dalam bermain adalah mengembangkan sosio emosional.

Contoh sederhananya adalah terjadinya kontak mata antara anak dan orangtua selama bermain. Perkembangan sosio emosional terjadi ketika orangtua bisa menangkap ekspresi anak ketika bermain.

Pritta menerangkan, "Kalau anak seru, ya orangtua juga ikutan seru. Menurut riset dari Harvard, itu bisa meningkatkan bonding dengan anak. Anak akan merasa bahwa 'mama papa ternyata satu dunia sama aku'."

Baca Juga: 5 Prinsip Parenting Montessori, Membebaskan Anak Mengeksplorasi 

3. Bermain akan membantu anak melatih daya ingat dan kemampuan berkomunikasi

Liputan Kampanye SoKlin Lantai Sensasi Natural Essence "Berani Main di Lantai" pada Selasa (18/7/2023) di Buumi Playscape Pacific Place Jakarta (dok. SoKlin)

Selain itu, bermain akan membantu anak mengembangkan daya ingat dan kemampuan sensoris-motorik. Ada permainan-permainan yang bisa mengembangkan kemampuan bahasa seperti pretend play.

"Dulu mungkin kita mainnya dokter-dokteran, masak-masakan. Mungkin anak sekarang mainnya jual beli, yang akhirnya bikin dia mengarang sesuatu dan belajar mengomunikasikannya," tutur Pritta.

Prinsip Montessori juga berkaitan dengan daya ingat, apa yang tangan dan tubuh anak lakukan akan masuk ke dalam working memory. Sebabnya, Pritta menjelaskan bahwa anak usia 3 sampai 8 tahun masih membutuhkan hand on learning.

"Ketika badan dan tangan bergerak, maka anak akan lebih mengingatnya," terang Pritta.

4. Mengajarkan anak tentang kemampuan sensoris-motorik

Liputan Kampanye SoKlin Lantai Sensasi Natural Essence "Berani Main di Lantai" pada Selasa (18/7/2023) di Buumi Playscape Pacific Place Jakarta (IDN Times/Adyaning Raras)

Bermain mendorong anak untuk mengembangkan kemampuan sensoris dan motorik. Mengapa demikian? Pasalnya, bermain akan membuat anak terus bergerak dan mengeksplorasi banyak hal dari melihat sampai meraba.

Pritta menjelaskan, "Yang namanya motorik, ketika anak bermain idealnya membutuhkan minimal 3 jam per hari untuk bergerak. Jadi, kalau anak bermain ya biarkan saja bergerak dengan begitu terhitung sampai 180 menit tadi."

SoKlin Lantai berkolaborasi dengan Buumi Playscape mengadakan playdate bersama anak-anak balita dan edukasi dari Psikolog Pritta Tyas. Untuk memberikan stimulasi pada anak, teknik floor time merupakan salah satu cara yang bisa dipilih.

“Dasar teknik floor time adalah bermain dan berinteraksi dengan anak di lantai selama 20-30 menit. Contoh permainan yang dapat dilakukan pada saat floor time adalah menyusun puzzle atau balok, dan masih banyak lagi. Floor time dapat menstimulasi kekuatan otot-otot inti, kaki, lengan, dan punggung; melatih keterampilan motorik kasar dan halus, dan merangsang perkembangan sensoris yang melibatkan 7 sistem indera,” ujar Pritta. 

Floor time memberikan rasa nyaman pada anak, dan posisi orang tua sejajar dengan anak agar tidak memberi pengaruh buruk pada indera mata anak yang sedang berkembang. Jika anak harus menengadah karena posisi anak di lantai dan orangtua berdiri, maka akan mengganggu perkembangan mata. 

Baca Juga: Hemat Tapi Tetap Edukatif, Bikin 7 Mainan Montessori Ini Yuk!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya