TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Dampak Toxic Masculinity pada Anak Laki-laki

Perkembangan mental dan pribadinya jadi gak bagus

ilustrasi menasihati anak (pexels.com/August de Richelieu)

Toxic masculinity adalah anggapan yang salah tentang maskulinitas hingga berdampak pada tuntutan yang tidak wajar terhadap sisi kuat dan maskulin seseorang. Parahnya, banyak orangtua yang belum memahami ini dan menerapkannya dalam parenting

Anak laki-laki adalah yang paling sering terkena toxic masculinity, dan dampaknya pada mental dan pembentukan pribadinya pun tak main-main. Beberapa di antaranya ada dalam poin pembahasan di bawah ini, dan semoga semakin banyak orang yang menyadari bahwa menerapkan hal ini dalam parenting tidaklah baik untuk anak. 

1. Harus kuat dan gak boleh nangis apapun yang terjadi

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/August de Richelieu)

Toxic masculinity pertama yang sering dilakukan dalam parenting ialah melarang anak untuk menangis. Terutama untuk anak laki-laki yang mana kalau menangis ketika jatuh atau sedang tidak Baik-baik saja dianggap lemah dan cengeng. 

Hal ini sebenarnya berdampak buruk pada anak, yang mana karena sedari kecil dilarang menangis dia jadi banyak memendam emosi dan perasaan sakitnya sendiri. Karena dia berpikir kalau laki-laki tidak boleh menangis, padahal kenyataannya kalau menangis pun tidak menandakan laki-laki lemah. 

2. Harus pemberani berhadapan dengan siapa saja

ilustrasi menatap (pexels.com/William Fortunato)

Selain gak boleh nangis, di dalam parenting juga menerapkan aturan kalau anak laki-laki itu harus berani berhadapan dengan siapa saja. Berhadapan dengan orang baru, orang yang berniat jahat dan buruk, dan bermacam-macam orang lainnya. 

Hal ini bertujuan supaya anak dapat tumbuh menjadi sosok pemberani yang bisa melindungi diri dan gak pengecut. Tapi dampaknya bisa membuat anak jadi sok hebat, lho. Apalagi kalau dia sampai berhadapan dengan orang berbahaya. 

Baca Juga: 5 Keuntungan Punya Circle Pertemanan Berkualitas, Jauh dari Kata Toxic

Toxic masculinity ketiga yang diterapkan dalam parenting ialah ketika anak laki-laki diwajibkan supaya bisa segala hal. Terutama dalam menangani masalah di rumah dan membantu mengerahkan pekerjaan berat. 

Yang mana kalau mau jadi anak laki-laki yang maskulin maka harus bisa menjadi sosok yang diandalkan menangani banyak hal. Di sisi lain hal ini membuat anak laki-laki jadi dituntut serba bisa dan sempurna dalam berbagai hal supaya kelaki-lakiannya diakui. 

3. Bisa diandalkan pada segala hal

ilustrasi pria (pexels.com/Anete Lusina)

4. Gak boleh gampang baper dan sensitif sama perkataan orang

ilustrasi bicara (pexels.com/RODNAE Productions)

Ketika anak perempuan dianggap wajar jika perasaannya sensitif, maka anak laki-laki kebalikannya. Hal ini termasuk salah satu toxic masculinity yang melarang anak laki-laki untuk memiliki perasaan yang sensitif. 

Sayangnya hal ini berdampak pada pribadi anak ke depannya. Ketika sejak kecil ia dilarang untuk memasukkan kata-kata orang ke dalam hati, maka saat besar ia cenderung acuh dan cuek pada perkataan orang. Dia harus menahan sakit hati dalam diam hingga membuatnya tertekan sendiri. 

Baca Juga: 9 Ciri Teman Toxic Menurut Psikolog, Wajib Kamu Hindari

Verified Writer

afifah hanim

Follow me on instagram: @afifahhanim_lm

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya