TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Cara Mendidik Anak agar Tidak Jadi Generasi Durian, Wajib Tegas!

Jangan sampai anak menjadi bagian dari generasi durian

ilustrasi keakraban orang tua dan anak (pexels.com/Gustavo Fring)

Setelah muncul julukan generasi sandwich dan generasi stroberi, muncul julukan baru bernama generasi durian. Apakah itu generasi durian merupakan salah satu jenis durian terbaru?

Bukan, julukan generasi durian berasal dari negara Singapura. Untuk maknanya sendiri, Cares for Kids menjelaskan bahwa generasi durian adalah generasi yang anak-anaknya didik dengan pola asuh orang tua yang selalu memanjakan mereka. Akibatnya, anak-anak generasi durian ini tidak punya fighting spirit, egois, dan terlalu mengandalkan orang tua.

Sebagai orang dewasa, tentu kamu tidak ingin anak, sepupu, keponakan, atau kerabatmu berperilaku demikian, kan? Untuk menghindarinya, coba terapkan tujuh cara mendidik berikut ini!

1. Buat aturan yang jelas 

ilustrasi berdiskusi dengan anak (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Keberadaan peraturan di rumah sering dianggap sebagai sesuatu yang mengekang anak. Padahal, anggapan tersebut tidaklah benar. Peraturan sebenarnya dibuat untuk membentuk sikap disiplin pada anak.

Orang tua bisa melibatkan anak dalam proses membuat peraturan. Dengan begitu, orang tua dapat mendengar alasan mengapa anak setuju atau menentang peraturan tersebut, begitu pun sebaliknya. Dengan melibatkan anak saat membuat peraturan, mereka jadi punya tanggung jawab untuk menaati peraturan yang sudah ia setujui sendiri.

2. Didik anak supaya mandiri 

ilustrasi anak memasak sendiri (pexels.com/Gustavo Fring)

Anak generasi durian dikenal manja dan selalu bergantung pada bantuan orang tua. Tak jarang masalah kecil pun mereka pasrahkan ke orang tua untuk menyelesaikannya.

Sebagai orang tua, dorong anak untuk memecahkan masalahnya sendiri. Jika sudah berusaha maksimal tapi anak masih kesulitan, kamu bisa membantunya secara bertahap. Dengan cara ini anak akan terlatih mandiri dalam menyelesaikan masalah di kemudian hari.

Baca Juga: 5 Tips Mendidik Anak agar Mau Menaati Peraturan, Tak Jadi Pemberontak!

3. Ajarkan nilai kerja keras 

ilustrasi membimbing anak belajar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Selanjutnya, anak generasi durian cenderung suka menuntut orang untuk menuruti apa yang ia inginkan. Meski tau hal itu tidak baik, tak jarang orang tua masih saja menurutinya dengan alasan tidak ingin melihat anak sedih, menangis, marah, dan lain sebagainya.

Coba tanamkan nilai kerja keras dan ketekunan pada diri anak dengan cara sederhana. Misalnya jika ingin punya mainan, maka anak harus memiliki nilai ujian yang bagus. Atau jika ingin beli jajan, anak harus membantu ibu menyapu rumah.

Meski sepele, namun kebiasaan ini dapat membangun etos kerja. Anak jadi sadar bahwa untuk mendapatkan yang dia mau, maka ia harus kerja keras terlebih dahulu.

4. Batasi penggunaan barang-barang mewah 

ilustrasi anak bermain dengan boneka (pexels.com/Karolina Grabowska)

Hindari memberikan anak koleksi barang-barang mewah, baik itu perhiasan, pakaian, barang elektronik, dan masih banyak lagi. Sebab anak-anak sebenarnya belum mengerti esensi barang-barang mewah tersebut.

Alih-alih memberikan barang mewah, kamu bisa memberikan barang-barang yang mereka butuhkan dan memang pas untuk usianya. Ini dapat membentuk terciptanya rasa memiliki dan menghargai barang-barang sederhana, meski tidak branded atau mewah.

5. Jadi panutan yang baik 

ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Anak adalah peniru yang cerdas. Jadi daripada hanya berkata-kata, cobalah jadi role model bagi anak.

Tunjukkan kepada anak, bagaimana cara berperilaku dan berpikir dengan cara yang positif. Tunjukkan pada mereka bahwa sikap empati, sifat baik, dan sifat hormat pada sesama dapat membawa rasa tentram di kehidupan kita.

6. Ajarkan cara bersyukur 

ilustrasi dua anak berjabat tangan (pexels.com/freepik)

Bersyukur dapat membuat kita tidak gampang mengeluh. Nah, hal ini bisa diajarkan ke anak-anak supaya mereka selalu legowo dan menghargai diri sendiri serta orang lain.

Mengajarkan cara bersyukur tidaklah sulit.  Kamu bisa menanamkan kebiasaan untuk mengatakan “terima kasih” setelah mereka merasa telah mendapat bantuan atau kebaikan dari orang lain.

Baca Juga: 5 Kesalahan Fatal dalam Mendidik Anak Laki-laki yang Harus Dihindari

Verified Writer

Alfadhylla Rosalina Wibisono

An ESFP - but sometimes like to be quiet

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya