Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Rasanya gak terlalu berlebihan ya jika sakit kepala sebelah atau migrain itu benar-benar menyiksa. Apalagi timbulnya disaat-saat kita sedang banyak-banyaknya kerjaan. Duh, bisa deadline!
Tapi penelitian saat ini menunjukkan kalau sakit kepala sebelah atau migrain itu bisa disebabkan oleh seseorang yang pernah mengalami penderitaan pelecehan emosional dalam bentuk trauma pada masa kanak-kanak, lho. Apa benar, ya? Bagini penjelasan dari para peneliti.
1. Apa sih migrain itu?
pexels.com/NastyaSensei Sens Dikutip dari Migraine Research Foundation, migrain bukan hanya sakit kepala. Melainkan gejala neurologis yang termasuk rasa sakit berulang dan berdenyut-denyut keras di satu sisi kepala. Namun, pada 1/3 serangan migrain, kedua sisi kepala bisa dirasakan juga. Sakitnya bisa berlangsung antara 4 sampai 72 jam dan sering disertai dengan satu atau lebih dari gejala seperti gangguan visual, mual, muntah, pusing, sensitivitas ekstrim terhadap suara, cahaya, sentuhan dan bau, serta kesemutan atau mati rasa pada ekstremitas atau wajah. Tentu saja, setiap orang berbeda, dan gejalanya bervariasi berdasarkan orang atau juga serangan migrain yang dialaminya.
Baca Juga: KPAI: Angka Kekerasan Anak di Media Sosial Terus Naik
2. Penelitian ini diterbitkan oleh American Academy of Neurology
Sebuah studi yang dipresentasikan kepada American Academy of Neurology (AAN) menegaskan bahwa anak-anak yang mengalami pelecehan emosional lebih mungkin mengalami sakit kepala migrain ketika mereka dewasa nanti.
Menurut penulis studi ini, Dr Gretchen Tietjen, dari University of Toledo di Ohio, pelecehan emosional menunjukkan keterkaitannya dengan peningkatan risiko migrain, dan pelecehan yang terjadi pada anak-anak bisa memiliki efek jangka panjang pada kesehatan dan kesejahteraan hidup mereka.
3. Penelitian dari pelecehan emosional ini diikuti 14.484 peserta
Penelitian dari pelecehan emosional ini khususnya meliputi pelecehan fisik seperti dipukul atau ditinju, ditendang, atau dilemparkan ke lantai, ke dinding, atau dari tangga. Pelecehan seksual juga termasuk, seperti sentuhan seksual secara paksa atau adanya hubungan seksual.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Dari sekitar 14.484 peserta dewasa, yang usianya berkisar 24-32 tahun, hampir 14 persen didiagnosis memiliki migrain, dan sekitar 47 persen dari mereka melaporkan bahwa mereka telah dilecehkan secara emosional selama masa kanak-kanak. Delapan belas persen lainnya melaporkan bahwa mereka telah dilecehkan secara fisik dan lima persen mengatakan bahwa mereka telah mengalami pelecehan seksual.
Dan juga, 61% dari mereka yang mengalami migrain mengungkapkan kalau mereka dilecehkan pada masa kecil mereka, sementara 49 persen dari mereka yang gak pernah mengalami migrain mengatakan hal yang sama.
Secara keseluruhan, mereka yang melaporkan mengalami pelecehan pada masa kanak-kanak meliputi 55 persen lebih mungkin untuk mengalami migrain daripada mereka yang gak pernah dilecehkan (setelah memperhitungkan usia, ras dan jenis kelamin.)
4. Pelecehan emosional saat anak-anak berisiko mengalami migrain dari pada yang tidak
pexels.com/Juan Pablo Arenas Korelasi antara pelecehan emosional pada masa kanak-kanak dan peningkatan risiko migrain di kemudian hari tetap stabil ketika para peneliti menjelaskan depresi dan kegelisahan, kondisi kesehatan mental yang keduanya dikaitkan dengan masalah migrain.
Dalam analisis terakhir mereka, penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa yang mengalami pelecehan emosional saat anak-anak 32 persen lebih mungkin untuk mengalami migrain ketika mereka dewasa daripada mereka yang gak mengalami pelecehan dalam bentuk apa pun.
Baca Juga: Kekerasan di Ranah Privat Dominan Dilaporkan, KDRT Tertinggi