TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Alasan Kenapa Seorang Anak Bisa Tumbuh Menjadi Tukang Risak

Beragam masalah keluarga, lingkungan, dan pergaulan

pexels.com/mohamed Abdelgaffar

Banyak anak-anak bahkan sampai usia remaja pernah mengalami aksi perisakan. Hampir sebagian besar anak-anak itu adalah perempuan. Ini adalah masalah yang perlu perhatian, tapi kita harus lihat lebih dulu akar penyebab kenapa ada anak-anak yang berlaku beringas.

Tentu kita semua menentang perisakan dan kekerasan lain. Berikut coba diuraikan alasan yang memicu seorang anak menjadi tukang risak. Tujuan akhirnya adalah untuk menyelamatkan anak-anak dari trauma psikologis.

1. Beragam masalah dalam rumah tangga

pexels.com/Pixabay

Sangat berbahaya saat lingkungan di rumah tidak sehat. Anak-anak yang mengalami kekerasan oleh anggota keluarga lebih berpotensi menjadi tukang risak dibanding lainnya untuk menunjukkan agresivitas dan luapan emosi.

Seorang anak menjadi tukang risak karena hal itu memberi mereka sebuah kontrol yang tidak diperoleh di rumah. Perasaan rendah diri anak membangkitkan setan yang membisikkan keinginan untuk mendominasi orang lain dengan cara yang beringas.

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Korban Bullying Memilih Diam Dibanding Menyuarakannya

2. Popularitas dan status sosial

pexels.com/Daniel Nieto

Banyak dari kita menonton film di mana remaja populer merisak orang lain. Mungkin itu tampak sekadar lucu-lucuan, tapi sebenarnya adalah sebuah untuk mencari status sosial.

Popularitas memberimu kekuatan dan juga efek samping, seperti munculnya rumor dan gosip. Anak yang berada di pusat jejaring sosial biasanya lebih kalem dibanding mereka sedikit ada di luar, maka untuk menjadi pusat perhatian, mereka bertindak agresif.

3. Tidak ingin terlihat lemah

pexels.com/kat wilcox

Kita bisa berasumsi bahwa anak yang kalem dan tidak mencoba untuk merisak orang lain karena dia paham itu tindakan yang tidak pantas. Mereka nyaman dengan posisinya dalam kelompok dan tidak takut kehilangan status sebagai pemimpin.

Tapi saat anak-anak berlaku agresif, mungkin sebenarnya itu adalah tanda kelemahan. Mereka merasa tidak aman dengan tempatnya dalam kelompok dan merespon dengan perisakan untuk menutupi kelemahannya.

4. Tekanan dari anak-anak lain

pexels.com/Thick and Thin

Kita adalah makhluk sosial dan mencoba menyesuaikan diri dalam kelompok. Maka, tampaknya lebih baik merisak seseorang seperti yang dilakukan anak lain, daripada menjadi target selanjutnya.

Tekanan sosial bisa sangat kuat dan anak-anak kadang merasa tidak punya pilihan selain melakukan hal yang sama, merisak seorang anak lemah yang nampaknya tidak cocok dalam kelompok.

5. Pembalasan atas perisakan yang pernah dialami

pexels.com/Noelle Otto

Saat anak-anak menjadi korban perisakan, mereka punya tendensi untuk merisak anak lain pada suatu kesempatan sebagai balas dendam. Banyak anak-anak dan remaja yang pernah menjadi korban perisakan mencari balas dendam. Anak-anak itu sering mencari pembenaran atas tindakan yang menyakiti orang lain.

Seringnya anak-anak mencari korban yang lebih lemah untuk dirisak, sehingga hal ini memunculkan lingkaran setan.

6. Kurangnya empati

pexels.com/Pixabay

Beberapa anak mungkin tampak menikmati merisak atau membuat lelucon yang menyerang karena mereka kurang empati. Anak-anak ini juga tidak paham tentang rasa sakit yang mereka sebabkan. Maka, para orang tua berperan penting untuk mengajari kecerdasan emosional pada anak-anaknya.

Baca Juga: 6 Film tentang Bullying Ini Wajib Kamu Tonton Sekali Seumur Hidup

Verified Writer

Bayu Widhayasa

Suka belajar tapi tidak suka makar

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya