TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Tantangan yang Dialami oleh Single Parent, Sosok yang Tangguh 

Single parent memiliki peran ganda dalam parenting

ilustrasi seorang ibu dan anaknya (pexels.com/Gustavo Fring)

Peran sebagai seorang single parent begitu kompleks dan tidak bisa dimungkiri bahwa perjalanan ini penuh dengan tantangan yang memerlukan ketangguhan. Sosok yang tangguh ini sama hebatnya dengan orangtua yang lengkap, bahkan mereka menjalankan peran ganda dalam parenting sebagai ayah dan juga ibu.

Dalam menjalani keseharian yang melibatkan tanggung jawab penuh terhadap anak-anak tanpa adanya pasangan hidup, seorang single parent harus berhadapan dengan berbagai aspek kehidupan yang tidak selalu mudah dihadapi. Berikut, tujuh tantangan yang dialami oleh single parent.

Baca Juga: 5 Alasan Logis Bertahan Jadi Single Parent, Fokus Membesarkan Anak

1. Kesepian

ilustrasi seorang ayah dan anak perempuannya (unsplash.com/CDC)

Kesepian adalah salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh single parent. Mereka mungkin merasa terisolasi atau kehilangan dukungan emosional karena tidak ada pasangan untuk berbagi pengalaman sehari-hari. Kesepian bisa dirasakan di rumah, terutama ketika malam tiba dan anak-anak sudah tidur. Di sisi lain, di lingkungan sosial, single parent mungkin merasa sulit untuk terlibat dalam kegiatan bersama teman atau keluarga karena keterbatasan waktu dan tanggung jawab terhadap anak-anak.

Single parent perlu mengatasi kesepian dengan mencari dukungan dari teman, keluarga, atau komunitas lokal. Bergabung dengan kelompok dukungan untuk single parent atau terlibat dalam kegiatan sosial dapat membantu mengurangi rasa kesepian. Lakukan komunikasi terbuka dengan orang terdekat agar tidak merasa terasingkan dan dapat berbagi pengalaman.

2. Kesulitan mendisiplinkan anak

ilustrasi seorang ibu dan kedua anaknya (unsplash.com/Alexander Dummer)

Single parent sering mengalami kesulitan dalam mendisiplinkan anak-anak mereka. Tugas ini menjadi lebih berat karena tidak ada pasangan untuk berbagi tanggung jawab dalam mengasuh dan mendidik anak-anak. Mungkin sulit untuk memastikan konsistensi dalam aturan dan hukuman, terutama jika ada perbedaan pendapat antara orangtua dan anak.

Untuk mengatasi tantangan ini, single parent perlu menciptakan struktur dan rutinitas yang jelas di rumah. Komunikasi terbuka dengan anak-anak juga sangat penting. Single parent dapat membahas aturan dan konsekuensi dengan anak-anak mereka, memberikan pemahaman yang jelas tentang harapan, dan memberikan konsekuensi yang konsisten ketika aturan dilanggar. Pemahaman dan dukungan dari teman atau keluarga juga dapat membantu single parent mengelola tugas mendisiplinkan anak.

3. Rendahnya rasa percaya diri

ilustrasi seorang ibu dan anaknya (unsplash.com/Colin Maynard)

Rendahnya rasa percaya diri adalah dampak psikologis dari menjadi single parent. Mungkin ada perasaan kurangnya nilai diri atau kegagalan, terutama jika perceraian atau kehilangan pasangan terjadi secara tidak terduga. Beban tanggung jawab tunggal dapat membuat seseorang meragukan kemampuannya untuk berhasil sebagai orangtua.

Single parent perlu mengingat bahwa menjadi orangtua tunggal adalah tugas yang sangat menantang dan membutuhkan keberanian dan ketahanan. Untuk meningkatkan rasa percaya diri, mereka perlu mengakui dan merayakan pencapaian kecil sehari-hari. Menciptakan waktu untuk diri sendiri dan melakukan aktivitas yang menyenangkan dapat membantu meningkatkan perasaan positif tentang diri sendiri. Terapi atau konseling juga bisa menjadi sumber dukungan yang baik untuk membantu mengatasi perasaan negatif dan membangun kembali rasa percaya diri.

4. Sering merasa bersalah

ilustrasi seorang ayah dan anaknya (unsplash.com/Derek Owens)

Single parent sering kali merasa bersalah karena merasa tidak dapat memberikan perhatian dan waktu yang cukup untuk anak-anak mereka. Dalam upaya untuk mencukupi kebutuhan finansial dan mengatasi tugas rumah tangga, mereka mungkin terpaksa mengorbankan waktu bersama anak-anak. Perasaan bersalah ini dapat menjadi beban emosional yang berat.

Single parent perlu mengenali bahwa perasaan bersalah adalah bagian alami dari pengalaman menjadi orangtua tunggal. Namun, penting juga untuk meresapi fakta bahwa kualitas waktu bersama anak-anak lebih penting daripada kuantitas. Menciptakan momen berarti dan fokus pada hubungan yang kuat dengan anak-anak dapat membantu mengurangi perasaan bersalah. Komunikasi terbuka dengan anak-anak tentang tantangan yang dihadapi juga dapat membantu mereka memahami situasi dan merasa lebih terlibat.

Baca Juga: 10 Karakter yang Dibesarkan Single Parent di Drakor Terbaru

5. Masalah keuangan

ilustrasi seorang ayah dan anaknya (unsplash.com/Wesley Tingey)

Masalah keuangan sering menjadi beban besar bagi single parent. Tanggung jawab finansial untuk mendukung anak-anak secara tunggal dapat menimbulkan stres dan kecemasan. Kadang-kadang, single parent harus mengatasi tantangan finansial yang tidak terduga, seperti biaya perawatan kesehatan atau pemeliharaan mendesak.

Untuk mengatasi masalah keuangan, single parent perlu membuat anggaran yang ketat dan mencari cara untuk menghemat uang. Mungkin juga penting untuk mencari sumber pendapatan tambahan, seperti pekerjaan paruh waktu atau pekerjaan sampingan. Literasi keuangan juga dapat membantu single parent membuat keputusan keuangan yang bijaksana dan mengelola sumber daya mereka dengan lebih efisien.

6. Keseimbangan kerja dan kehidupan (work life balance)

ilustrasi seorang ibu bekerja (pexels.com/Sarah Chai)

Menjaga keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan adalah tantangan besar bagi single parent. Mengelola tuntutan karier dengan tanggung jawab orangtua dapat menjadi sangat sulit. Single parent sering kali merasa sulit antara memberikan waktu untuk anak-anak dan mencapai kesuksesan dalam kehidupan profesional. Tekanan untuk memberikan secara finansial untuk keluarga dapat mengakibatkan jam kerja yang panjang, meninggalkan sedikit waktu untuk kegiatan pribadi atau bersama keluarga.

Untuk mengatasi masalah keseimbangan kerja dan kehidupan, single parent sebaiknya memberi prioritas dan mengatur waktu dengan efektif. Menetapkan batas yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sangat penting. Pekerjaan yang fleksibel atau pembicaraan dengan atasan tentang pengaturan kerja yang lebih sesuai bisa menjadi solusi. Mencari dukungan dari keluarga atau teman dalam tanggung jawab mengasuh anak juga dapat membantu mengurangi beban kerja single parent.

Verified Writer

Fairuz Marhaenda Prasida

Semoga tulisanku bermanfaat :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya