Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Setiap manusia tumbuh dipengaruhi oleh pola asuh orangtua baik yang toksik maupun positif. Tanpa disadari pola asuh tersebut akan terus berputar dari generasi ke generasi. Kita boleh menerapkan pengasuhan yang positif namun harus mengakhiri pengasuhan yang toksik agar istilah lingkaran setan pengasuhan toksik dapat berhenti.
Tentunya kita memiliki pilihan untuk memutus rantai tersebut, asalkan bertekad melakukan lima hal penting ini.
1. Menyelami diri lebih dalam
Kita dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik jika mengetahui diri kita yang sebenarnya. Kita bisa melihat kelebihan dari sifat maupun kemampuan berupa softskill dan hardskill. Sedangkan kelemahan diri berupa hal yang seringkali membuat stres, kecewa atau menghambat pengembangan diri.
Tanda jika kita sudah menyelami diri dengan baik yakni jika sudah mengetahui cara memaksimalkan kapasitas diri dengan kelebihan dan memahami batas kemampuan menghadapi suatu problem dari melihat kekurangan diri.
Dengan begitu, kita dapat melakukan antisipasi maupun mencari solusi dengan tepat dan bijak. Mengenal diri sendiri menjadi tanda jika kita sudah menjaga kesehatan mental dan artinya kita sudah siap secara mental untuk berumah tangga dan membangun generasi berkualitas.
Baca Juga: Pola Pengasuhan Setara, Ini 5 Keuntungannya bagi Orangtua dan Anak
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
2. Meningkatkan kadar self-love
Pexels/This Is Engineering Setelah menyelami diri lebih dalam, kita akan lebih mudah untuk meningkatkan kadar self-love. Kita mengetahui hal yang membuat kita merasa lebih rileks, nyaman dan merasa dicintai, menghibur diri di kala gundah maupun meminta pertolongan ketika sudah di ambang batas kapasitas diri.
Self-love menjadikan seseorang lebih bisa berdamai dengan dirinya, menghargai dan bangga dengan kemampuannya, mengakui ketika berbuat salah, tidak malu mengakui ketidaktahuannya dan belajar dari yang tidak dipahaminya.
Mampu meningkatkan self-love erat kaitannya menumbuhkan seseorang menjadi pribadi dewasa yang resilient yakni mampu bertahan dan melewati rintangan hidup. Begitu pun ketika kita sudah berumah tangga, kita akan mampu menghadapi beragam persoalan yang singgah beserta tanggung jawab yang bertambah.
3. Mencoba berdamai dengan luka batin
Pasti kita pernah merasakan kejadian tidak menyenangkan di masa lalu sehingga berusaha melupakannya. Namun hal tersebut tidaklah menyelesaikan permasalahan sebab jika dibiarkan akan meledak pada saatnya seperti bom waktu.
Jadi hal yang dapat dilakukan adalah dengan merasakan kehadirannya, lampiaskan emosi, menyadari hal tersebut menjadi bagian dari masa lalu yang di luar kendali diri. Terimalah semua apa adanya dan perlahan cobalah untuk memaafkannya. Memaafkan berarti mengikhlaskan dan saat itulah kamu sudah berdamai dengan luka batin.
Luka batin yang tidak sembuh akan membuat kita melampiaskannya pada anak. Jadi usahakan untuk berdamai dengan luka batin tersebut sebelum memantapkan berumah tangga agar dapat mendidik generasi yang sehat secara mental.
4. Jadilah pribadi yang haus ilmu dan suka belajar
Pribadi yang suka belajar banyak hal dan haus akan ilmu pengetahuan pasti merasakan manfaatnya dalam berbagai aspek kehidupan. Orang yang berilmu akan lebih bijaksana dalam berpikir dan bersikap sehingga berpengaruh ketika menjadi orangtua dalam mendidik anak. Menjadi orangtua bukan berarti tanda masa belajar telah usai, sebaliknya kita akan belajar lebih banyak lagi hal baru yang semakin mendewasakan diri bersama tumbuh kembang anak.
Baca Juga: 5 Alasan Ayah Wajib Ikut Serta dalam Setiap Pengasuhan Anak di Rumah